Minggu, 25 Januari 2009

Romansa Kebun Tebu

Aris Kurniawan
http://www.sinarharapan.co.id/

Dua malam lagi aku akan meninggalkan kota ini. Beberapa menit setelah tiang listrik dipukul orang tiga kali, dan penjual nasi goreng mendorong gerobaknya pulang meninggalkan kawanan tukang becak yang terkapar di dalam becak mereka setelah lelah berjudi. Saat-saat seperti itulah aku bisa keluar dari kamar kontrakan dengan perasaan lapang. Mengunci pintu perlahan-lahan, kemudian meletakkannya bersama sebuah surat di bawah keset untuk ibu kontrakan.

Dua malam lagi kamar kontrakan yang bertahun-tahun menghidupiku dengan kesunyian hanya akan kubawa dalam ingatan. Meninggalkan tumpukan baju kotor yang menggelantung di balik pintu. Meninggalkan percakapan anak-anak mahasiswa yang selalu diselingi gelak tawa. Meninggalkan gadis kecil yang dua minggu ini setiap menjelang magrib melintas di jalan itu. Gadis kecil berambut kemerahan yang selalu berjalan dengan langkah-langkah kecil dan tergesa. Dua tangan mungilnya mendekap sebuah buku di dadanya. Gadis kecil yang telah membatalkan niatku pulang.

Mestinya sejak dua minggu lalu aku meninggalkan kota ini. Tetapi niatku yang sudah bulat mendadak menguap begitu saja ketika memandang gadis kecil itu. Gadis kecil berbaju biru yang segera menghilang di tikungan begitu kukejar. Sehingga aku harus menunggunya menjelang magrib pada keesokan harinya. Tetapi sampai berkali-kali aku mengejarnya, dia selalu lebih cekatan menghilang. Seakan menghindari bahaya yang siap menerkam.

Aku pernah mencoba mengadangnya untuk dapat menatap wajahnya dengan jelas. Aku berdiri di balik pintu pagar menatap ke arah ia biasanya muncul. Beberapa lama menunggu, kulihat dia akhirnya muncul dengan langkah-langkah kecil dan tergesa menapaki jalanan berkerikil, dengan gerak tubuh yang tiba-tiba sangat kuhapal. Terutama dua tangan mungilnya yang mendekap sebuah buku di dadanya. Rambutnya keriting dan sedikit dikacaukan angin tampak makin kemerahan oleh matahari menjelang magrib. Pandangannya lurus, kadang tertunduk, melihat buku di dadanya yang tampak begitu dikhawatirkannya lepas terjatuh.

Dia makin mendekat. Hanya beberapa langkah lagi dia akan melintas di depanku, aku akan menyapa dan menghentikan langkahnya, memegang pundaknya, memberinya senyum seraya menatap wajahnya. Namun ketika selangkah lagi dia melintas di depanku, tiba-tiba terdengar bunyi benturan amat keras yang mengalihkan perhatianku ke seberang jalan. Dan manakala rasa terkejutku hilang, gadis itu sudah jauh berada di ujung jalan dan segera lenyap ditelan tikungan. Peristiwa ini kuingat terjadi lebih dari satu kali. Ketika beberapa waktu kemudian berhasil mencegat langkahnya, dia hanya membisu, menatapku beberapa lama, menepis tanganku, dan lekas-lekas berlalu. Wajah gadis itu mirip Laila yang tengah kucari di kota ini.

Laila, gadis yang telah kuhancurkan masa depannya. Mungkin aku akan menanggung rasa bersalah sepanjang umurku. Apa boleh buat, tak ada lagi yang bisa kulakukan. Laila, maafkan aku.

Kukemasi sejumlah barang dan pakaianku yang tak seberapa. Mengemasi baju-baju ke dalam tas seperti mengemasi perjalanan hidupku yang belum selesai. Ini sungguh pekerjaan yang tidak mudah. Dan yang lebih berat lagi, aku harus mengemas perasaanku yang rawan. Lalu bagaimana aku mengemas perasaan bersalah pada Laila yang gagal kutemukan di kota ini?

“Katanya takkan pulang sebelum Laila kamu temukan?” Terngiang ucapan ibu kontrakan siang tadi. Aku menggeleng seraya tersenyum getir.

Lima tahun lalu, sekembali dari kuliah di kota ini, ayah-ibuku menyambut dengan gembira. Aku berhasil lulus dengan predikat cum laude. Ini prestasi yang membanggakan orangtuaku. Selain jodoh, telah disiapkan pekerjaan buatku di pabrik gula yang ada di kota kecamatan. Ayahku adalah salah seorang pembesar di perusahaan yang telah banyak menghidupi warga desa tersebut. Namun sayang, keduanya gagal kuperoleh. Bukan hanya karena aku tidak tertarik pada kedua pilihan tersebut, melainkan karena aku bertemu dengan Laila. Gadis kecil anak seorang kuli tebu. Matanya yang indah dan pipinya yang penuh membuat hatiku tak dapat mengelak mencintainya. Tak peduli Laila seorang gadis kecil 13 tahun, dan aku insinyur 27 tahun. Aku sering secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumahnya di tepi kebun tebu. Biasanya menjelang magrib.

Aku tahu Laila merasa senang setiap aku datang, bukan cuma karena aku membawakan majalah-majalah remaja yang disukainya dan mengajarinya menggunakan handphone. Laila senang, karena dirinya bisa bercerita pada orang lain tentang dirinya. Maklum, tak ada teman sebaya di sekitar rumahnya. Ia baru lulus sekolah dasar, dan tak mungkin melanjutkan ke SMP. Tidak dengan ibu-bapaknya yang tampak cemas. Aku mengerti, tentu mereka khawatir aku hanya mempermainkan anaknya. Tapi mereka tak mungkin mengatakannya.

Kuajak Laila berjalan menemaniku menyusuri pematang, melompati parit. Duduk di atas pematang, memandang langit merah yang berangsur gelap. Kami menerobos kebun tebu. Kupetik bunga tebu untuk Laila, dan kucium bibirnya dengan gairah yang meletup tak terkendali. Masih sempat kudengar Laila merintih dan memekik. Suaranya hilang timbul di antara gemuruh nafasku dan suara angin yang terengah menggetarkan daun-daun tebu, menerbangkan serat-serat kembang tebu. Entah berapa kali batang-batang tebu merekam peristiwa indah itu. Sampai tibalah suatu hari aku menangis di pangkuan ibunya karena aku telah membuatnya hamil.

Kubuktikan tanggung jawabku sebagai laki-laki, aku meminang Laila. Tapi ayah-ibuku tak menerima Laila menjadi menantunya. Tentu perbedaan usia yang terpaut jauh hanya alasan mereka menolak Laila. Alasan yang sesungguhnya adalah karena Laila hanya lulusan SD dan hanya anak seorang buruh tani. Aku dipaksa menikah dengan perempuan yang telah disiapkan orang tuaku. Sementara Laila harus menanggung penderitaan seorang diri. Kudengar Laila kemudian diungsikan ke kota.

Beberapa lama setelah mendengar kabar tersebut, aku pergi meninggalkan rumah, menyusul Laila ke kota ini. Menyewa kamar kontrakan, tempat aku menitipkan baju-bajuku, meletakkan tubuh lelahku setelah melakukan pencarian. Kuingat hampir lima tahun aku melakukannya. Lima tahun, berarti lima kali masa tanam dan potong tebu di kampungku. Dan selama lima tahun seluruh sudut kota ini telah kususuri sepanjang siang sepanjang malam, bertanya pada hampir semua orang.

“Berambut lurus, ada tahi lalat di bawah dagu.” kataku seraya menyodorkan selembar foto kusam. Dan selalu gelengan kepala yang kudapatkan, atau kalimat “Nggak ada,” dengan nada yang sering kali amat ketus.

Memang kadang ada pula yang menjawab lembut, penuh perhatian dan berkeinginan membantu,
“Adik atau istri sampeyan?”
“Istri saya, namanya Laila”
“O, tapi dia bukan Laila. Tapi Lilis namanya,” ujar ibu penjaga warung rokok.
“Mungkin saja dia ganti nama. Antarkan saya pada Lilis,” kataku mengharap.
“Walah, saya nggak tahu rumahnya. Kemarin sih dia datang. Besok saja datang lagi kemari. Siapa tahu dia ke sini,”

Esoknya dan esoknya, dan esoknya lagi aku datang. Tapi Lilis tak juga muncul. Ibu penjaga warung itu memberi kabar, “Kata si Nur, dia sudah pulang kampung,”
“Nur, siapa dia? Temannya? Bisa saya ketemu dengan dia,”
“Tunggu saja di sini. Malam ini pasti dia datang,”

Sampai hampir subuh Nur tidak pernah tampak. Bahkan sampai beberapa malam aku tunggu. Kini kesabaranku sudah sampai pada batasnya. Aku tak mungkin membiarkan umurku habis untuk mencari Laila di kota ini. Menghabiskan malam-malamku menyusuri tikungan jalan, membebat tubuhku dengan jaket atau sweter, menyelinap ke pintu pub, bar, dan warung remang-remang sepanjang kota ini.

Dua malam lagi, waktu yang akhirnya kupilih untuk menghentikan pencarian dan kembali pulang menemui rumah dan ayah-ibu. Mungkin aku akan menemui ibu dan bapak Laila, untuk kesekian aku akan meminta maaf. Maafkan aku, Laila. Maafkan aku…

Pondok Pinang, 2008

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati