Sabtu, 28 Februari 2009

Membaca Pipa Air Mata

Romi Zarman
http://www.riaupos.com/

Hampir setiap koran di negri ini memiliki halaman sastra. Masing-masingnya tentu memiliki cara yang berbeda dalam mengapresiasi penulisnya. Ada yang mengapresiasi dengan cara memberikan honor yang layak bagi penulisnya. Ada yang mengapresiasi penulisnya dengan cara mengumpulkan sejumlah karya dalam satu buku. Kompas, misalnya, mereka menyeleksi cerpen-cerpen yang dimuat selama setahun dan mengumpulkannya dalam bentuk buku. Begitu pun puisi dan esai yang dimuat di rubrik “Bentara”.

Belakangan Riau Pos juga mengapresiasi penulisnya dengan membukukan sejumlah karya. Adapun tahun 2008, Riau Pos mengumpulkan sejumlah cerpen yang pernah dimuat selama setahun dengan judul buku Pipa Air Mata. Dalam buku tersebut, terhimpun lima belas cerpen yang ditulis oleh berbagai pengarang. Selain dari Riau, buku tersebut juga menghimpun tiga cerpen dari pengarang Sumatra Barat dan daerah lain. Tentu hal itu mengindikasikan bahwa Riau Pos sangat diminati oleh pengarang-pengarang dari luar Riau. Bahkan, seperti dikatakan redaktur sastranya dalam buku ini, naskah-naskah yang masuk juga ada yang berasal dari Medan, Lampung, Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Semarang, dan Kudus, dll.

Adapun kelima belas pengarang itu adalah, Deddy Arsya, Eddy Akhmad RM, Fakhrunnas MA Jabbar, Fariz Ihsan Putra, Gde Agung Lontar, Hary B Kori‘un, Joni Lis Efendi, M Badri, Mohm Amin MS, Pinto Anugrah, Olyrinson, Pandapotan MT Siallagan, Sobirin Zaini, Sultan Yohana, dan Yetti A KA. Kelima belas pengarang di atas terdiri dari berbagai generasi. Ada Fakhrunnas, selama tahun 2008 saya juga membaca cerpen-cerpennya di sejumlah koran nasional. Ada Hary B Kori‘un, karyanya yang paling kuat menurut saya adalah Nyanyian Batanghari (lihatlah bagaimana pengarangnya berhasil mengolah karakter Martinus Amin dengan jalinan cerita yang apik). Ada Yetti A KA, dengan bahasa yang puitik ia mengolah cerita, walau di beberapa cerpennya kita melihat adanya alur yang agak samar.

Cerpen pertama dari buku ini adalah karya Deddy Arsya, dengan judul “Kurir Peluru”. Ia bercerita tentang seorang kurir yang bertugas sebagai pengantar peluru semasa terjadinya perang saudara. Saya pikir cerpen ini berhasil tanpa melibatkan tendensi cerita. Lihatlah ceritanya yang berlatar perang. Perang saudara yang dimaksud pengarang adalah perang antara Pusat dan PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia), yang terjadi di Sumatra Tengah antara tahun 1958-1961. Secara historis, perang saudara itu merupakan bentuk ketidakmampuan Jakarta untuk menerima kritik dari daerah. Saat itu daerah melancarkan kritik pada pusat. Akan tetapi, kritik itu dibalas dengan senjata. Padang dibombardir. Tentara Pusat merajalela. Permerkosaan dan penindasan terjadi di mana-mana. Efek dari semua itu adalah trauma yang sangat mendalam. Orang Minang disebut pemberontak. Dan lebih pedihnya lagi, Ahmad Yani, diberi gelar pahlawan oleh Jakarta. Sebagai seorang komandan operasi pada saat itu, Yani tak pernah dimintai pertanggungjawabannya atas jatuhnya korban dari kalangan sipil yang tak bersalah.

Tentu saja bila kita membaca latar cerpen itu akan membuat kita sedikit emosi. Akan tetapi, pada bagian inilah pengarangnya berhasil merangkai kisah. Tanpa tendensi, pengarangnya berhasil menggambarkan sosok manusia pandir dalam jalinan kisah yang apik. Bahasanya terang. Alurnya jelas, dengan sudut pandang orang pertama. Sekilas teknik cerpen ini mengingatkan kita pada teknik cerpen “Rubuhnya Surau Kami”.

Cerpen kedua dalam buku ini adalah “Pil-Kadal”, karya Eddy Akhmad RM. Bercerita tentang seorang anak yang hendak maju dalam pemilihan gubernur. Akan tetapi, ketakutan segera merayapi ayah kandungnya. Tokoh Ayah dapat digolongkan sebagai potret masyarakat kecil dengan tetap mempertahankan prinsip dan idealisme. Pada bagian awal cerpen ini, melalui tokoh Ayah, pengarang menyuarakan suara komunal tentang kegundahan masyarakat dalam setiap pemilihan gubernur. Lihatlah logika yang digunakan pengarangnya... paling sedikit setiap calon harus memiliki uang Rp.150 miliar. Ke mana hendak mencari uang sebanyak itu?... Kalaulah Ahmad melakukan hal yang sama seperti dilakukan calon lain... mau jadi apa negri ini? (hal. 11). Untunglah pengarangnya tidak terlalu hanyut dengan kegundahan itu. Di pertengahan cerita, pengarangnya mulai menarik cerita ke dalam konflik. Konflik itu terjadi ketika tokoh Ayah membaca di sebuah koran bahwa anaknya mundur dari pencalonan gubernur dikarenakan tidak mendapat restu dari orangtua. Tentu saja Ayahnya tersentak karena ia tak pernah melarang anaknya. Pada bagian inilah konflik antara Ayah dan anak mulai terjadi.

Cerpen Fakhrunnas, “Kiamat Kecil di Sempadan Pulau”, berkisah tentang sebuah kota pelabuhan yang dilanda bencana karena merajalelanya perbuatan maksiat. Saya pikir, cerpen ini memiliki ruang tersendiri sehingga tidak heran kenapa ceritanya agak terasa bertenden. Sejauh pengamatan saya atas cerpen-cerpen Fakhrunnas, cerpen ini agak berbeda dari cerpen-cerpennya yang lain. Biasanya cerita digerakan oleh alur, dialog yang padu serta didukung dengan suasana yang menggigit.

Cerpen “Simpul”, karya Fariz Ihsan Putra, bercerita tentang detik-detik kematian seorang presiden. Penyajian ceritanya sangat apik. Lihatlah bahasa yang digunakan pengarangnya, sangat detail dan penuh sebab-akibat. Ia bercerita dengan sabar dan memiliki alur yang terang. Tidak seperti “Sejarah Sungai Darah”, karya Gde Agung Lontar. Meminjam istilah Raudal, cerpen ini adalah cerpen “gumam” bila dilihat dari bahasa yang digunakan. Tidak adanya alur yang jelas dan ditambah lagi dengan bahasa yang cendrung metaforik menyebabkan pembaca sukar memahami cerita. Padahal bila ditelisik secara seksama, maka tokoh cerpen ini hanya bergumam tentang silsilah sebuah sungai. Sekilas pengarangnya nampak ingin bereksperimen. Hal itu terlihat dari minumnya tokoh cerita dan adanya beberapa suku kata yang mengganggu keutuhan sintaksis, seperti “perlelahan”, “terkekejut”, “memarah” dan “memasing” (saya kira keberadaan kata-kata ini perlu dipertanyakan secara morfologis).

Cerpen keenam adalah “Cinta Ibu”, karya Hary B Kori`un. Cerpen ini menggambarkan kegetiran hidup di Tongar, Pasaman Barat. Saya kira Hary sangat memahami benar kondisi masyarakat Tongar. Tidak hanya pada cerpen ini. Dalam Nyanyian Batanghari pun ia juga berkisah tentang Tongar dengan segala kompleksitas persoalannya. Bahkah, jauh-jauh hari, Hary telah melakukan penelitian dalam bentuk skripsi atas kasus Tongar di Pasaman Barat. Tentu saja data-data itu akan semakin membantukannya dalam berimajinasi.

Lihatlah tokoh Aku dalam cerpen ini. Ceritanya mengalir lancar, mengisahkan seorang ibu yang tetap setia menunggu suaminya tiba dari Suriname. Kesetiaan itu terus dipertahankannya hingga akhir hayatnya. Cerita ini tidak hanya menceritakan tentang penantian seorang istri, melainkan juga bercerita tentang tragisnya kehidupan masyarakat Tongar. Lihatlah pada akhir cerita. Kuburan sang ibu diratakan dengan tanah dan dijadikan ladang sawit oleh pihak perkebunan. Sesuatu yang benar-benar tragis di negri ini!

Sementara, cerpen ”Teman Kecil”, Yetti A KA, juga bercerita tentang seorang ibu. Ia kecewa pada anaknya karena telah menghamili seorang perempuan. Seperti biasanya, bila kita perhatikan sejumlah cerpen Yetti, maka ceritanya sering berpusar pada tema-tema keluarga, dengan jalinan bahasa yang puitik dan terkadang dengan menyamarkan alur cerita.

“Pipa Air Mata”, karya M Badri, yang menjadi judul buku ini, bercerita tentang sebuah kampung di tengah hutan, yang diberangus oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Pengarangnya berhasil mengolah data jadi cerita yang memikat. Lihatlah bagaimana Badri membangun cerita dengan alur yang terang. Mampu membangkitkan emosi pembaca. Seperti halnya juga dalam “Bakau Sungai Tanjung”, Sobirin Zaini. Dengan suasana yang mencekam, pengarangnya juga berhasil membangun cerita jadi memikat dengan latar yang sama-sama dunia Melayu. Sementara “Hujan dan Pertemuan”, berkisah tentang seorang pelacur. Mohd Amin MS, melalui cepen “Menjadi Kutu”, bercerita tentang seorang tokoh aku yang menjadi kutu. Cerpen ini bersifat simbolis. Lihat saja dari judulnya: Menjadi. Dan proses menjadi kutu itulah yang ditampilkan oleh pengarangnya.***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati