Minggu, 21 September 2008

Geliat Sufistik Si Anak Laut

Jurnal Nasional, 14 Sep 2008
Grathia Pitaloka

Ia piawai menyusun kata-kata lembut dalam rangkaian puisinya.

Dari sederet nama penyair Tanah Air era 1970-an, Abdul Hadi WM merupakan salah satu yang layak diperbincangkan. Pria berdarah Madura ini merupakan salah satu motor penggerak lahirnya puisi-puisi sufistik yang memperbincangkan kedekatan manusia dengan penciptanya.

Abdul Hadi mengakui, ketertarikannya pada puisi-puisi sufistik dikarenakan tema-tema spiritual kurang mendapat tempat dalam perkembangan sastra di Indonesia. "Padahal hal itu penting untuk sebuah keseimbangan hidup," kata Abdul Hadi kepada Jurnal Nasional, Selasa (9/9).

Kepiawaian lelaki kelahiran Sumenep enam puluh tahun lalu ini dalam merangkai kata memang tak diragukan lagi. Dengan lincah Abdul Hadi merangkai simbol-simbol untuk bercerita mengenai sejarah Islam maupun konsep kesufian, bukan sekadar tiruan dari kenyataan. "Bagi saya menulis puisi bukan hanya menggunakan perasaan, tapi juga intuisi," ujar pengajar Seni dan Budaya Sastra Islam, Universitas Paramadina Jakarta ini.

Sastrawan Sides Sudyarto mengatakan, Abdul Hadi biasa menggunakan bahasa yang lembut dalam karya-karyanya. "Pilihan katanya cukup sederhana namun penuh makna, sehingga ketika membaca orang langsung tahu bahwa itu karya Abdul Hadi," kata Sides.

Tengok saja sajaknya yang berjudul Tuhan, Kita Begitu Dekat. Karya yang cukup representatif untuk menggambarkan komitmen dan orientasi estetik kepenyairan Abdul Hadi.

Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti api dan panas
Aku panas dalam apimu

Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti kain dan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu


Secara sekilas puisi tersebut menampilkan kesan sederhana yaitu, kedekatan Abdul Hadi dengan penciptanya menggunakan bahasa perumpamaan. Tetapi jika dikaji dengan menggunakan metode intertekstualitasnya Julia Christeva, puisi tersebut dapat dikaitkan dengan konsep yang rumit tentang tasawuf.

Dalam dua bukunya yaitu, Revolution in Poetic Language (1974) dan Desire in Language: A Semiotic Approach to Literature and Art (1979) Kristeva mengatakan, intertekstualitas merupakan kunci untuk memahami sebuah teks sastra secara lengkap. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya dimensi ruang dan waktu dalam menafsir teks sastra.

Di sisi lain penyair Slamet Soekirnanto mengagumi kedalaman Abdul Hadi dalam mengeksplorasi tema. "Syair-syair yang ia tulis tak semata-mata bersandar pada inspirasi melainkan melalui proses pengendapan, pencarian serta sublimasi," ujar penulis sajak Gergaji ini.

Slamet mengatakan, Abdul Hadi dengan lentur memadukan imajinasi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Setiap tema yang diusung selalu diperkuat dengan riset sehingga kedalaman pesan yang ingin disampaikan sangat terasa.

Pernyataan Slamet ini hampir senada dengan pernyataan H.B. Jassin dalam Harian Berita Buana, Oktober 1977 lalu. Di sana Jassin menyebut Abdul Hadi sebagai salah satu penyair yang mempunyai pemikiran atau latar belakang estetik yang jelas. "Abdul Hadi tak menulis sajak begitu saja, asal jadi dan asal tulis. Ia menulis dengan pertimbangan tertentu yang dilakukan secara sadar," kata Jassin ketika itu.

Kedalaman eksplorasi puisi-puisi Abdul Hadi bermuara dari kegemarannya membaca berbagai macam litelatur mulai dari buku tasawuf hingga kitab suci. "Setiap hari saya menyediakan waktu minimal dua jam untuk membaca," kata Abdul Hadi.

Sejak muda Abdul Hadi sudah melahap buku-buku karya pemikir dunia seperti Plato, Socrates, Imam Ghazali, hingga R Tagore. Bahkan untuk memuaskan rasa keingintahuannya Abdul Hadi memilih untuk meninggalkan Fakultas Sastra, dan pindah ke Fakultas Filsafat.

Abdul Hadi mulai "jatuh cinta" dengan puisi waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tak heran, mengingat darah seni mengalir deras dalam tubuhnya. Ayahnya gemar melukis, sementara kakeknya senang bersenandung mocopatan dan membaca sastra Jawa.

Suami dari pelukis Tedjawati ini juga lebih senang disebut sebagai penyair. Menurut dia, profesi lain yang digelutinya seperti pengajar, wartawan dapatlah dianggap sebagai tambahan.

Tema sufistik
Tema sufistik sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru dalam percaturan dunia sastra nusantara. Sejak abad ke-16 Hamzah Fansuri telah memulainya. Namun ajaran tasawuf yang disebarkan oleh Fansuri sempat coba dihapus oleh Sultan Iskandar Muda, meski tak sepenuhnya berhasil karena para pengikut Fansuri berusaha mengumpulkan jejak yang ditinggalkan.

Setelah Fansuri, jejak sufistik dapat dirasakan melalui karya-karya Amir Hamzah. Meski kemudian tidak terlalu kentara karena ditelikung polemik kebudayaan tentang pemikiran Barat yang diusung oleh Sutan Takdir Alisjabana dan pemikiran Timur yang disuarakan oleh Sanusi Pane.

Sutardji Calzoum Bachri mengatakan, polemik kebudayaan tersebut berlanjut hingga Indonesia merdeka. "Polemik itu dimenangkan oleh Takdir dan kawan-kawan, ketika itu keberadaan sastra sufistik pun mulai memudar," kata pria yang baru saja memperoleh penghargaan Bakrie Award ini.

Lelaki kelahiran Rengat 67 tahun silam ini memaparkan, kemenangan kelompok yang mengusung pemikiran Barat bukan diperoleh dengan logika maupun perdebatan, melainkan melalui karya. "Polemik dalam sastra harus dibuktikan dengan karya," kata Sutardji.

Hingga kemudian Oktober 1950, Chairil Anwar, Asrul Sani serta Rivai Apin mendeklarasikan Surat Kepercayaan Gelanggang yang berisi pernyataan bahwa mereka merupakan ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan berhak meneruskan dengan caranya sendiri.

Dalam deklarasi yang dipublikasikan dalam majalah Siasat, Chairil dan kawan-kawan juga menyebutkan jika mereka tidak akan mengelap hasil kebudayaan lama sampai berkilat, tapi memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat.

Menurut Sutardji, Chairil beserta rekan-rekannya berhasil membuktikan geliat pemikiran Barat dalam karya-karyanya. Sebaliknya, karya sastra yang berkiblat pada pemikiran Timur keberadaannya semakin meredup.

Sekitar tahun 1970-an perkembangan sastra Tanah Air mulai berbalik arah. Perdebatan serta wacana konseptual mengenai kesusastraan kembali kencang berembus. "Saat itu semangat kembali ke akar, kembali ke sumber, tengah gencar dielu-elukan," ujar Sutadji.

Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Sosial Politik, Universitas Padjadjaran Bandung ini menuturkan, ketika itu para sastrawan giat menggali nilai-nilai yang dekat serta akrab dengan mereka, entah itu kesukuan maupun religiusitas.

Abdul Hadi sendiri membagi corak pendekatan dan sikap terhadap tradisi yang dilakukan para sastrawan pada masa itu ke dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang mengambil unsur budaya tradisional untuk keperluan inovasi dalam pengucapan. Kelompok ini melihat dalam tradisi terdapat aspek yang relevan bagi pandangan hidup manusia mutakhir. "Irrasionalisme ternyata mendapat perhatian kaum eksistensialis dan penganut aliran sastra absurd," kata Abdul Hadi.

Kelompok yang kedua adalah mereka yang menumpuk perhatian hanya pada satu budaya daerah saja seperti, Jawa, Minangkabau, Melayu Riau, Sunda, dan lain-lain. "Kelompok ini memiliki kecenderungan untuk memberi corak khas kedaerahan terhadap perkembangan kesusastraan Indonesia," ujar Abdul Hadi.

Sementara kelompok ketiga merupakan mereka yang mengambil tradisi dari spiritualitas dan agama tertentu. "Mereka yang masuk dalam kelompok ini sadar tradisi dan budaya masyarakat Indonesia terbentuk berkat masuknya beberapa agama besar, seperti Hindu, Buddha, dan Islam," kata Abdul Hadi.

Salah satu konsep yang menonjol ketika itu adalah sastra sufistik yang diusung oleh Abdul Hadi dan beberapa sastrawan lain seperti Danarto, Leon Agusta, serta Sutardji Calzoum Bachri. "Konsep mereka adalah menjadikan tema ketuhanan dan sufisme sebagai sumber ilham dalam bersastra," kata Sides.

Lebih lanjut, Sides mengatakan, gerakan sufistik merupakan aktivitas para penyair untuk mencari nilai-nilai religiusitas yang lebih mendalam. "Dalam hal itu sastra religius dan sufistik ada kesamaan, yaitu pendekatan diri dengan yang maha kuasa dengan caranya masing-masing," ujar Sides.

Abdul Hadi mengatakan, sastra sufisme ini sebagai kebudayaan universal dari segi peradaban, kebudayaan, serta estetika dan bukan sekadar dogma agama saja. "Islam merupakan agama yang universal," ujar Abdul Hadi.

Kurang dilirik
Tiga puluh tahun silam Sutardji pernah mengatakan kekagumannya pada karya-karya Abdul Hadi. Ia melihat Abdul Hadi sebagai seorang penyair yang senantiasa berkembang. "Abdul Hadi dikenal sebagai penyair yang prolifik alam, sajak mistis dan sufis, sajak cinta, sajak mbeling, sajak protes sosial," kata Sutardji ketika itu.

Kini setelah tiga dasawarsa berlalu, Sutardji masih tetap mengakui kelenturan Abdul Hadi dalam mengolah kata, serta pendalaman-pendalamannya ketika mengeksplorasi tema. "Abdul Hadi penyair yang hebat, sayangnya kurang dilirik oleh kritikus sastra," ujar Sutardji.

Setali tiga uang dengan Sutardji, penyair asal Minang, Taufik Ismail juga memberikan apresiasi terhadap karya-karya Abdul Hadi. Menurut Taufik, Abdul Hadi merupakan seorang penyair yang sangat produktif dalam berkarya. "Pemberian gelar profesor di bidang sastra untuk Abdul Hadi sangat-sangat terlambat," kata Taufik Ismail.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati