Jurnal Nasional, 14 Sep 2008
Grathia Pitaloka
Ia piawai menyusun kata-kata lembut dalam rangkaian puisinya.
Dari sederet nama penyair Tanah Air era 1970-an, Abdul Hadi WM merupakan salah satu yang layak diperbincangkan. Pria berdarah Madura ini merupakan salah satu motor penggerak lahirnya puisi-puisi sufistik yang memperbincangkan kedekatan manusia dengan penciptanya.
Abdul Hadi mengakui, ketertarikannya pada puisi-puisi sufistik dikarenakan tema-tema spiritual kurang mendapat tempat dalam perkembangan sastra di Indonesia. "Padahal hal itu penting untuk sebuah keseimbangan hidup," kata Abdul Hadi kepada Jurnal Nasional, Selasa (9/9).
Kepiawaian lelaki kelahiran Sumenep enam puluh tahun lalu ini dalam merangkai kata memang tak diragukan lagi. Dengan lincah Abdul Hadi merangkai simbol-simbol untuk bercerita mengenai sejarah Islam maupun konsep kesufian, bukan sekadar tiruan dari kenyataan. "Bagi saya menulis puisi bukan hanya menggunakan perasaan, tapi juga intuisi," ujar pengajar Seni dan Budaya Sastra Islam, Universitas Paramadina Jakarta ini.
Sastrawan Sides Sudyarto mengatakan, Abdul Hadi biasa menggunakan bahasa yang lembut dalam karya-karyanya. "Pilihan katanya cukup sederhana namun penuh makna, sehingga ketika membaca orang langsung tahu bahwa itu karya Abdul Hadi," kata Sides.
Tengok saja sajaknya yang berjudul Tuhan, Kita Begitu Dekat. Karya yang cukup representatif untuk menggambarkan komitmen dan orientasi estetik kepenyairan Abdul Hadi.
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti api dan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti kain dan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Secara sekilas puisi tersebut menampilkan kesan sederhana yaitu, kedekatan Abdul Hadi dengan penciptanya menggunakan bahasa perumpamaan. Tetapi jika dikaji dengan menggunakan metode intertekstualitasnya Julia Christeva, puisi tersebut dapat dikaitkan dengan konsep yang rumit tentang tasawuf.
Dalam dua bukunya yaitu, Revolution in Poetic Language (1974) dan Desire in Language: A Semiotic Approach to Literature and Art (1979) Kristeva mengatakan, intertekstualitas merupakan kunci untuk memahami sebuah teks sastra secara lengkap. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya dimensi ruang dan waktu dalam menafsir teks sastra.
Di sisi lain penyair Slamet Soekirnanto mengagumi kedalaman Abdul Hadi dalam mengeksplorasi tema. "Syair-syair yang ia tulis tak semata-mata bersandar pada inspirasi melainkan melalui proses pengendapan, pencarian serta sublimasi," ujar penulis sajak Gergaji ini.
Slamet mengatakan, Abdul Hadi dengan lentur memadukan imajinasi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Setiap tema yang diusung selalu diperkuat dengan riset sehingga kedalaman pesan yang ingin disampaikan sangat terasa.
Pernyataan Slamet ini hampir senada dengan pernyataan H.B. Jassin dalam Harian Berita Buana, Oktober 1977 lalu. Di sana Jassin menyebut Abdul Hadi sebagai salah satu penyair yang mempunyai pemikiran atau latar belakang estetik yang jelas. "Abdul Hadi tak menulis sajak begitu saja, asal jadi dan asal tulis. Ia menulis dengan pertimbangan tertentu yang dilakukan secara sadar," kata Jassin ketika itu.
Kedalaman eksplorasi puisi-puisi Abdul Hadi bermuara dari kegemarannya membaca berbagai macam litelatur mulai dari buku tasawuf hingga kitab suci. "Setiap hari saya menyediakan waktu minimal dua jam untuk membaca," kata Abdul Hadi.
Sejak muda Abdul Hadi sudah melahap buku-buku karya pemikir dunia seperti Plato, Socrates, Imam Ghazali, hingga R Tagore. Bahkan untuk memuaskan rasa keingintahuannya Abdul Hadi memilih untuk meninggalkan Fakultas Sastra, dan pindah ke Fakultas Filsafat.
Abdul Hadi mulai "jatuh cinta" dengan puisi waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tak heran, mengingat darah seni mengalir deras dalam tubuhnya. Ayahnya gemar melukis, sementara kakeknya senang bersenandung mocopatan dan membaca sastra Jawa.
Suami dari pelukis Tedjawati ini juga lebih senang disebut sebagai penyair. Menurut dia, profesi lain yang digelutinya seperti pengajar, wartawan dapatlah dianggap sebagai tambahan.
Tema sufistik
Tema sufistik sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru dalam percaturan dunia sastra nusantara. Sejak abad ke-16 Hamzah Fansuri telah memulainya. Namun ajaran tasawuf yang disebarkan oleh Fansuri sempat coba dihapus oleh Sultan Iskandar Muda, meski tak sepenuhnya berhasil karena para pengikut Fansuri berusaha mengumpulkan jejak yang ditinggalkan.
Setelah Fansuri, jejak sufistik dapat dirasakan melalui karya-karya Amir Hamzah. Meski kemudian tidak terlalu kentara karena ditelikung polemik kebudayaan tentang pemikiran Barat yang diusung oleh Sutan Takdir Alisjabana dan pemikiran Timur yang disuarakan oleh Sanusi Pane.
Sutardji Calzoum Bachri mengatakan, polemik kebudayaan tersebut berlanjut hingga Indonesia merdeka. "Polemik itu dimenangkan oleh Takdir dan kawan-kawan, ketika itu keberadaan sastra sufistik pun mulai memudar," kata pria yang baru saja memperoleh penghargaan Bakrie Award ini.
Lelaki kelahiran Rengat 67 tahun silam ini memaparkan, kemenangan kelompok yang mengusung pemikiran Barat bukan diperoleh dengan logika maupun perdebatan, melainkan melalui karya. "Polemik dalam sastra harus dibuktikan dengan karya," kata Sutardji.
Hingga kemudian Oktober 1950, Chairil Anwar, Asrul Sani serta Rivai Apin mendeklarasikan Surat Kepercayaan Gelanggang yang berisi pernyataan bahwa mereka merupakan ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan berhak meneruskan dengan caranya sendiri.
Dalam deklarasi yang dipublikasikan dalam majalah Siasat, Chairil dan kawan-kawan juga menyebutkan jika mereka tidak akan mengelap hasil kebudayaan lama sampai berkilat, tapi memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat.
Menurut Sutardji, Chairil beserta rekan-rekannya berhasil membuktikan geliat pemikiran Barat dalam karya-karyanya. Sebaliknya, karya sastra yang berkiblat pada pemikiran Timur keberadaannya semakin meredup.
Sekitar tahun 1970-an perkembangan sastra Tanah Air mulai berbalik arah. Perdebatan serta wacana konseptual mengenai kesusastraan kembali kencang berembus. "Saat itu semangat kembali ke akar, kembali ke sumber, tengah gencar dielu-elukan," ujar Sutadji.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Sosial Politik, Universitas Padjadjaran Bandung ini menuturkan, ketika itu para sastrawan giat menggali nilai-nilai yang dekat serta akrab dengan mereka, entah itu kesukuan maupun religiusitas.
Abdul Hadi sendiri membagi corak pendekatan dan sikap terhadap tradisi yang dilakukan para sastrawan pada masa itu ke dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang mengambil unsur budaya tradisional untuk keperluan inovasi dalam pengucapan. Kelompok ini melihat dalam tradisi terdapat aspek yang relevan bagi pandangan hidup manusia mutakhir. "Irrasionalisme ternyata mendapat perhatian kaum eksistensialis dan penganut aliran sastra absurd," kata Abdul Hadi.
Kelompok yang kedua adalah mereka yang menumpuk perhatian hanya pada satu budaya daerah saja seperti, Jawa, Minangkabau, Melayu Riau, Sunda, dan lain-lain. "Kelompok ini memiliki kecenderungan untuk memberi corak khas kedaerahan terhadap perkembangan kesusastraan Indonesia," ujar Abdul Hadi.
Sementara kelompok ketiga merupakan mereka yang mengambil tradisi dari spiritualitas dan agama tertentu. "Mereka yang masuk dalam kelompok ini sadar tradisi dan budaya masyarakat Indonesia terbentuk berkat masuknya beberapa agama besar, seperti Hindu, Buddha, dan Islam," kata Abdul Hadi.
Salah satu konsep yang menonjol ketika itu adalah sastra sufistik yang diusung oleh Abdul Hadi dan beberapa sastrawan lain seperti Danarto, Leon Agusta, serta Sutardji Calzoum Bachri. "Konsep mereka adalah menjadikan tema ketuhanan dan sufisme sebagai sumber ilham dalam bersastra," kata Sides.
Lebih lanjut, Sides mengatakan, gerakan sufistik merupakan aktivitas para penyair untuk mencari nilai-nilai religiusitas yang lebih mendalam. "Dalam hal itu sastra religius dan sufistik ada kesamaan, yaitu pendekatan diri dengan yang maha kuasa dengan caranya masing-masing," ujar Sides.
Abdul Hadi mengatakan, sastra sufisme ini sebagai kebudayaan universal dari segi peradaban, kebudayaan, serta estetika dan bukan sekadar dogma agama saja. "Islam merupakan agama yang universal," ujar Abdul Hadi.
Kurang dilirik
Tiga puluh tahun silam Sutardji pernah mengatakan kekagumannya pada karya-karya Abdul Hadi. Ia melihat Abdul Hadi sebagai seorang penyair yang senantiasa berkembang. "Abdul Hadi dikenal sebagai penyair yang prolifik alam, sajak mistis dan sufis, sajak cinta, sajak mbeling, sajak protes sosial," kata Sutardji ketika itu.
Kini setelah tiga dasawarsa berlalu, Sutardji masih tetap mengakui kelenturan Abdul Hadi dalam mengolah kata, serta pendalaman-pendalamannya ketika mengeksplorasi tema. "Abdul Hadi penyair yang hebat, sayangnya kurang dilirik oleh kritikus sastra," ujar Sutardji.
Setali tiga uang dengan Sutardji, penyair asal Minang, Taufik Ismail juga memberikan apresiasi terhadap karya-karya Abdul Hadi. Menurut Taufik, Abdul Hadi merupakan seorang penyair yang sangat produktif dalam berkarya. "Pemberian gelar profesor di bidang sastra untuk Abdul Hadi sangat-sangat terlambat," kata Taufik Ismail.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar