Senin, 15 September 2008

Pengarang yang Menggandeng Jibril

diambil dari Jurnal Nasional 7 Sep 2008.
Grathia Pitaloka
Berbicara mengenai spiritualitas dalam karya sastra Indonesia, tak genap rasanya bila tak menyebut Danarto.

Membaca cerpen-cerpen Danarto, lelaki kelahiran Sragen, 27 Juni 1940 ini, seperti masuk ke sebuah dunia asing layaknya Alice in the Wonderland. Dengan cantik Danarto menyulap pohon, hantu, bahkan ayat suci Al Quran menjadi tokoh dalam ceritanya. Berlatarkan nuansa Jawa yang sangat kental, Danarto mengetengahkan cerita bergaya surealis lengkap dengan pilihan kata fantastis.

Coba tengok karya Danarto yang berjudul Pohon Rambutan. Cerita pendek yang dimuat dalam buku berjudul Kaca Piring ini bercerita tentang sebatang pohon rambutan yang tumbuh begitu saja di tepi jalan, di tepi sawah. Tak bertuan, tak berteman. Pohon rambutan itu sudah ada sejak zaman Jenderal Sudirman berperang melawan Belanda. Buahnya selalu lebat dari musim ke musim, dinikmati oleh siapa saja. Pohon ini menjalin persahabatan dengan seorang lelaki. Sebuah pertemanan yang abadi, sejak si lelaki masih belia hingga tua renta.

Dalam salah satu esainya, Korrie Layun Rampan menyebut Danarto sebagai pembaharu dalam khazanah sastra Indonesia. Pendapat tersebut diamini oleh sutradara sekaligus penulis Putu Wijaya.

Menurut Putu, gaya eksperimen telah digeluti Danarto sejak tahun 60-an, meski pada masa itu gaya eksperimen terbilang sesuatu yang tak lazim. "Kalau saat ini tulisan eksperimentalis bisa dibilang biasa, tetapi ketika itu Danarto telah memperkaya pembendaharaan cerpen lewat cerita-cerita yang surealis," kata Putu kepada Jurnal Nasional, Selasa (2/9).

Senada dengan Putu, sastrawan Abdul Hadi WM juga menilai kalau Danarto telah membawakan corak baru dalam dunia sastra Indonesia. Danarto mengajak para pembacanya masuk ke dalam dunia lain yang tak mungkin terjangkau realitas sehari-hari. "Danarto menyajikan tema, gaya bercerita, serta tokoh-tokoh ceritanya seperti mendongeng. Ia menggerakkan imajinasi, tak peduli realitas atau bukan, bagi Danarto semua hal adalah realitas," ujar Abdul Hadi.

Keberanian mengangkat nilai-nilai tradisi sebagai bahan baku tulisan merupakan salah satu keistimewaan pria lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia ini. "Cerita-cerita Danarto dapat menyusup ke relung hati pembacanya," kata Putu Wijaya, pentolan Teater Mandiri ini.

Putu mengatakan, ketika tokoh-tokoh pembaharu sastra lainnya banyak terpengaruh oleh aliran roman baru yang tengah berkembang di dunia Barat, Danarto justru berangkat dari nilai-nilai tradisi yang digali dari latar belakang budayanya.

Ketika kaum eksistensialis Barat bertolak dari rasio dan penalaran ilmiah yang bermuara pada sistem filsafat, maka Danarto lebih memilih merapat pada nilai-nilai mistik yang sulit dijabarkan lewat logika. "Danarto belajar dari tradisi Jawa. Ia menulis layaknya orang Jawa menulis, di dunia Barat tidak ada yang seperti dia," kata pria yang pernah menjadi Dosen tamu teater dan sastra Indonesia modern di Universitas Wisconsin dan Universitas Illinois, AS ini.

Sisi mistik Jawa
Berbeda dengan Putu Wijaya, bagi Budi Darma, nilai-nilai kejawaan Danarto belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tak seperti Pramoedya Ananta Toer atau Mangunwijaya yang mengangkat budaya Jawa secara realis, Danarto cenderung menyajikan sisi mistiknya.

Budi mengatakan, hal lain yang menjadikan Danarto penulis yang istimewa adalah kepiawaiannya menguntai plot cerita yang sederhana, namun membuat pembacanya paham tentang kehidupan lain. "Karya-karya Danarto sulit untuk dijabarkan, tetapi dengan mudah dapat dirasakan," ujar penulis Nyonya Talis ini.

Selain sarat akan nilai-nilai mistik Jawa, karya-karya Danarto juga kental dengan doktrin sufi yang disajikan sebagai salah satu corak pemahamannya terhadap Tuhan. "Danarto adalah seorang Muslim yang taat, ia memasukkan nilai-nilai agama pada hampir semua tulisannya. Tentu saja melalui jendela pemahamannya yang tidak umum," kata Putu.

Danarto berkenalan dengan dunia tasawuf dari buku-buku yang sering dibaca ayahnya, Jakio Harjodinomo. Ayahnya yang berprofesi sebagai mandor sebuah pabrik gula sering membaca buku-buku tasawuf Al-Ghazali, Agus Salim, bahkan Leadbiter. Maka tak heran jika Danarto lebih dulu akrab dengan dunia tasawuf ketimbang agama.

Penerima SEA Write Award dari Kerajaan Thailand ini juga mengaku tak pernah belajar tentang agama pada siapa pun. Ia bertutur jika kota yang didiaminya tidak terdapat pesantren maupun tempat untuk menuntut ilmu agama.

Danarto mengaku baru berkenalan resmi dengan agama ketika menginjak 27 tahun. Nah, Pengalaman-pengalaman spiritualnya dalam mencari sosok Tuhan itulah yang kemudian dicurahkan dalam karya-karyanya. "Karya-karya Danarto dipengaruhi oleh pengalaman batinnya. Di mana jalan ceritanya merupakan rekaan namun intisarinya merupakan kisah nyata," kata Putu.

Pembelajaran hidup membuat Danarto tidak menyajikan nilai-nilai ketuhanan secara vulgar. Ia tidak mengobral dakwah melainkan memilih mengadopsi bias-bias realita dan menyajikannya melalui cerita-cerita fantastis.

Seperti dalam cerita pendek berjudul Anakmu Bukanlah Anakmu, ujar Gibran. Cerita tersebut berkisah tentang perempuan bernama Niken yang hamil tanpa melakukan hubungan seksual. Kemudian Niken memilih menikah dengan Tomo, lelaki miskin yang tak pernah dikenal sebelumnya.

Bukan Danarto jika tidak menyajikan kejutan dalam ceritanya. Pada pesta pernikahan Niken dan Tomo muncul pujangga Khalil Gibran - seorang tokoh sufi yang telah meninggal tahun 1931- yang datang untuk memberikan kado.

Dalam cerita yang sederhana, Danarto melakukan eksperimen sehingga terbentuklah cerita yang tak biasa, bahkan bisa terbilang absurd. "Danarto banyak terpengaruh tarekat Jawa yang kental akan nilai-nilai mistik. Namun karena dia Muslim yang baik maka semuanya tersalur dengan baik," ujar Putu.

Latar seni rupa
Abdul Hadi menambahkan, gaya penuturan Danarto merupakan perpaduan antara sastra Melayu dan sastra Jawa. "Dengan semangat Jawa yang kental Danarto mencampuradukkan tokoh-tokoh mistik Islam dan non-Islam dalam sebuah cerita," kata Abdul Hadi.

Latar belakang seni rupa yang digeluti Danarto juga berpengaruh pada karya sastra yang dihasilkannya. Ia pernah aktif di Sanggar Bambu Yogyakarta, sebuah perhimpunan pelukis yang biasa mengadakan pameran seni lukis keliling, teater, pergelaran musik, dan tari.

Danarto juga sempat berkecimpung dalam pementasan drama dan film sebagai penata dekorasi. Ia sempat membantu beberapa pementasan yang disutradarai Rendra dan Arifin C Noor. Beberapa film yang dekorasinya sempat dikerjakan Danarto yaitu, Lahirnya Gatotkaca (1962), San Rego (1971), Mutiara dalam Lumpur (1972), dan Bandot (1978).

Di mata Putu, Danarto merupakan seorang pelukis yang baik. Persingungan antara seni rupa dan sastra yang digelutinya tak dapat dihindari. "Karya-karya sastra yang dihasilkannya sangat dekat dengan seni rupa, sehingga ketika membaca tulisan Danarto bagai membaca lukisan yang diceritakan," kata pria yang telah empat kali dinobatkan sebagai pemenang sayembara penulisan lakon Dewan Kesenian Jakarta itu.

Sementara, seiring berjalannya waktu, Budi Darma melihat Danarto mulai bisa memberi sekat antara dua dunia seni yang digelutinya. "Pada karya-karyanya yang sekarang nuansa seni rupa sudah tidak terlalu kentara, sepertinya Danarto sudah membedakan keduanya," kata pria kelahiran Rembang, 25 April 1937 ini.

Putu mengatakan, dari segi konteks maupun cara penuturan Danarto mulai mengalami pergeseran. Jika dulu Danarto lebih konsern pada konteks transendetal, sekarang karya-karyanya cenderung konsern pada konteks sosial politik. "Jika dulu cara penuturannya kental dengan nuansa sufistik, sekarang cenderung lebih populer," ujar pria asal Tabanan, Bali ini.

Dari puisi ke prosa
Budi juga memiliki pandangan serupa dengan Putu, menurutnya, karya-karya Danarto di masa lampau terasa lebih syahdu, sementara karya-karya saat ini lebih cenderung kearah realis. "Gaya bahasa Danarto dulu lebih mengena pada hati pembaca cenderung seperti puisi, kalau sekarang seperrti prosa biasa," kata mantan Rektor IKIP Surabaya ini.

Budi melihat perubahan pada karya-karya Danarto disebabkan oleh perubahan realita sosial yang bergulir begitu cepat. Sementara dulu, ritmenya terbilang masih lebih lambat. "Dulu jumlah media dan bacaan tidak terlalu banyak seperti saat ini," kata penulis Orang-Orang Blomingtoon ini.

Namun baik Budi maupun Putu sepakat jika Danarto merupakan penulis Indonesia terbaik untuk aliran realisme magis. "Jarang penulis seperti dia, Danarto masih yang terbaik saat ini," kata Putu.

Danarto dapat dikategorikan sebagai seorang penulis bernapas panjang. Hingga menginjak kepala tujuh pria yang sempat mengajar di Institut Kesenian Jakarta ini masih produktif menghasilkan karya-karya berkualitas. "Untuk menilai produktivitas seorang penulis tak boleh hanya berdasarkan kuantitas karyanya, aspek kontinuitas juga harus diperhatikan," ujar Putu.

Putu mengatakan, ada banyak penulis lain yang awalnya produktif menghasilkan karya, namun kini tak terdengar lagi kabarnya. "Tetapi Danarto masih tetap menulis dan melahirkan karya-karya berkualitas," kata ayah satu orang anak ini.

Hal senada juga dilontarkan oleh Abdul Hadi, menurutnya, imajinasi Danarto semakin berkembang dan merajalela. "Kalau pengarang lain banyak yang memilih mengekang kebebasannya, tidak untuk Danarto. Bahkan ia tak peduli jika disebut kuno," ujar Abdul Hadi.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati