Nurel Javissyarqi*
Berangkat dari kesadaran kesemestaan atas organ lingkungan diri, memasuki wacana memproyeksi hal tertandakan bagi tampakan keberzamanan. Poin-poin mengenai perubahan, wajib dimengerti pribadi secara terus berevolusi di dalam kapasitasnya memurnikan nilai-nilai kemanusiaan.
Satu gagasan mensengajakan wahana untuk sarana perbaikan kasus, agar tidak lusuh meninggalkan aspirasi insani. Segerak maju saat-saat suasana data dari kontrak sosial, perjanjian kesementaraan dinilai, ditemukan solusi pencerahan. Dengan mengesampingkan suara lokal demi kepentingan perubahan global serta tidak meninggalkan unsur lainnya.
Mempelajari makna kekuasaan, lewat mengedepankan kebersamaan, bertumpu pada jalinan sesama. Bermula lingkungan terkecil atau rumah tangga, berkelanjutan sampai struktur pemerintahan. Ini bisa kiranya setelah kemanusiaan terpuruk di bingkai pertikaian berkepanjangan, lalu kesadaran masa berbangkit, menyuarakan nurani keamanan bersama sebagai perwujudan hayat.
Pokok permasalahannya melewati pendekatan bathin, yang mana penulis turut bagi jalannya beberapa pendekatan yang telah mapan. Atau saya menggunakan pendekatan humanis naturalis, yang menampilkan keberimbangan dari ruang yang ada, di dalam pun di luar lingkup diri kemanusiaan.
Mungkin sebagian orang mengatakan, pendekatan ini sekadar asumsi kelewat berani dari apa-apa menjadi kendaraan sebelumnya. Atau mereka berkata, saya terlalu yakin mempersoalkan ini, sedang tanda dari perubahan menuju keambrukan belum tersentuh.
Lalu saya mencoba mengurai persoalan tersebut, sebagai daya rindu bertumpuknya pesakitan atas teror terlihat di depan mata, terpampang di media masa. Bukankah asumsi itu daya rindu menggebu atas tingkat kendali saat-saat pilu, lalu menjadi tahap pelajaran demi mewujudkan asumsi sebagai ilmu.
Mungkin jalan tengah tertawarkan ini menjadi solusi baik di medan persoalan kehidupan sosial, atau pada puncaknya saling memberi kasih, ruang-waktu bermeditasi sosial, sebagai tahap pembuka keselarasan pandang di bangku-bangku penyelesaian persoalan yang ada.
Revolusi sosial, bahan penulis tempuh menggigit kebakuan atau kebekuan masa yang selama ini mencekik makna kemanusiaan. Sebagai lokomotifnya kalbu mengurai persoalan, sehingga hasil tercita-citakan berupa kesejukan pilihan, palu penentu perimbangan, penyelesaiannya bukan berdasar kepentingan kekuasaan ambigu yang tiran.
Dasar tertempuh berkendaraan perubahan sosial dan geografis dinamik menuju pencerahan, berasal kerja bersama bahu-membahu. Sehingga beban tertanggung mengoreksi ulang perubahan dengan diperbantukan atas makna kata-kata yang bertebaran, yang telah merasuk menjelma racun atas kenangan.
Atau kenangan atas kata-kata memproyeksikan kerja keyakinan, ini pendekatan filosofis, mengurai pokok permasalahan menjadi bahan kajian. Bagian ini, saya sebut kontrak kata dalam menjalankan asumsinya sebagi suatu kekuatan dalam, atau kenangan bahasa yang merasuk sebagai pijakan kesadaran insan menjalani hidup.
Yang ditujukan tidak sekadar rutinitas membosan berakibat mematikan, tetapi dimana alirkan arus kesadaran sungai menggelinjak bertemu bebatuan, mengalir ke lembah kemanusiaan yang teduh penuh kedamaian.
Sehingga yang terbangun berasal wewarna, corak atau volume perubahan jiwa sosial, yang garapannya memasuki bahasan filosofis. Tentunya didasari kesadaran rekonstruksi makna asal kata-kata. Suatu bangunan takkan runtuh jika memang dunia mempercayai kekuatan bahasa.
Apa yang sedang berlangsung itu proses evolusi kemajuan kesadaran indra luar-dalam, memasuki pemahaman yang diharapkan menjadi suatu kemapanan, terkendalikan pada bingkai perasaan manusiawi. Menjembatani remang menuju kejelasan makna kata-kata, dan suatu ambigu pencernaan sebagai konstelasi mencerahkan nantinya.
Maka ikutilah kalimah dengan seksama, lantas bersegeralah memasuki kalbu permenungan sebagai gerak maju revolusi sosial dalam batok kepala, tanpa lupa kaki-kaki berpijak di bumi pertiwi. Atau proses sedang berlangsung pada diri nantinya, merupakan jarak penghubung fenomena dan gejolak nalar serta perasaan, lalu diperbantukan sebagai jemari tangan terkepal.
Dinamakan revolusi, tonggak sejarah, keadaban anyar, menitik beratkan hikmah hayati. Dapat diartikan proses rekonstruksi keyakinan sesuatu yang ilmiah, kelupaan keluputan arah terus diperbantukan sejarah sebelumnya kepada jalur tertempuh berasal kesadaran bersama, identifikasi diri oleh beberapa teguran, probem, tragedi pun musibah serta gejalah menuju ke sana.
Wajar kiranya gagasan yang tampil sebagai jawaban kendali. Berpijak di situ, meski seangin kencang mitos nenek moyang berhembus, meniup debu menutupi pandangan sebelumnya. Nikmat terasa yang tertera menjadi jalannya kisah mendebarkan, tidak sekadar hangat namun menggelora, memuntahkan lahar atas penebangan pohon nilai luhur kemarin silam.
Itu dimaksudkan kesadaran nilai insan, kebangkitan bersama sebagai tahap diri menuju global. Pantas kiranya mengangkat suara-suara anak negeri, corong-corong lantang bukan berdasarkan kedirian sesaat, tapi atas beberapa proses berulang, jatuh bangun bekas jajahan, dan yang sedang berlangsungnya virus merasuk meracuni tubuh permodalan ke pinggiran matahari kita.
Harus diakui, kita sudah lama memendam racun menular dalam tubuh bangsa atas kedirian telah ngapal oleh bertubi-tubinya tragedi, juga kesalahan terus berlangsung, namun hanya menjadi berita manis yang terpampang tanpa memberi pesan ajaib bagi kesadaran.
Pengembangannya pun sekadar pengulangan yang membuat perut pengetahuan kita mulas, atau pertikaian omong kosong membuat mandul, berfikir dari proses sejarah yang melelahkan dari kebodohan. Sehingga yang ada ialah muspro, bukan menjadi mapan seperti petikan berangsur membosan dalam telinga, oleh melodi berkepanjang yang bukan memberi musikal pencerahan.
Makna kekuasaaan hadir saat bertemu kesadaran, atau awal kesadaran bernama keremajaan serta penuwaan di dalamnya. Tentu penilaian ini dari proses yang diperbantingkan ruang waktu diri menyuntuki hal digebu. Dan kehadirannya tidak jauh dari lingkungan, daya asumsi yang dikendalikan renungan. Ini ujiannya sebelum kaki-kaki melangkah di bencah perencanaan.
Sebab-sebab perhitungan matang menjelma penentu fikiran di sekitar terjadinya perubahan. Poin-poinnya melandasi pacuan yang cukup mempengaruhi gerak kedirian mendatang. Seleksi alam pemicu lahirnya kesadaran paling pribadi.
Kesadaran itu kekuasaan terbangun untuk keberlangsungan naluri berbunga dari sekumpulan pertanyaan dan ruang-ruang penentu pijakan. Perbendaharaannya dari kesembuhan nalar atas daya tarik kontrak sosial yang dinamai kesadaran kuasa.
Kekuasaan dan kesadaran ialah cara pandang mendasar, hadir atas percobaan persepsi hingga menjelma premis penentu. Membangun sarana mental evolusi nilai, di sekitar acara telaah hari-hari, dan jarak yang ditempuh pengoreksian diri di depan cermin hayati.
Keduanya (kesadaran dan kekuasaan) merupakan penentu terjadinya pembuangan timbunan pengetahuan yang melelahkan. Yang meletihkan ditariknya beberapa studi kasus kelumpuhan gerak, dengan seperangkat kesadaran manusiawi.
Ini harus selalu dipegang negara, organisasi serta diri yang menanjaki hayat, agar tampil tidak berupa kegagapan menuju kegagalan. Tetapi memberi peluang kemajemukan matang, ruang-waktu atas kontak kemungkinan tertandakan. Membuang gelembung waktu percuma, jika sekiranya sekadar bahan banding tanpa lapangan nyata; kerjasama realitas kesadaran, berperang melawan goda kepentingan kekuasaan yang tiran.
Proses selanjutnnya, memungkinkan mengambil beberapa pelajaran tengah berlalu, bagi kuasa diri atas kesadaran termiliki. Itu evaluasi penting pada nilai-nilai terbangun sampai berkebugaran. Namun sering kali rencana gagal menemui prahara di muka bumi, ialah hasil perencanaan salah; membangun daya dari sesuatu tak hakiki, jauh dari kesadaran manusiawi. Sebab kemasyarakatan selama ini, terbangun berlandaskan keberpihakan, hukum standar ganda membingungkan, yang tampil tali kendali terlepas, sasaran yang seharusnya dilalui itu terabaikan.
Musibah selama ini berasal dari keluputan pengamatan, pada ruang kabur yang sulit menentukan arah kelanjutan, atas lahirnya wacana berseliweran, tidak tertampung di ruang kesahajaan. Kalau memetik kebablasannya revolusi industri; berangkat tergiur perubahan, jiwa kebutuhan merangsek ingin dipenuhi, pola terbangun terstruktur, tiada keberagaman yang nantinya mencapai titik tak manusiawi.
Asumi yang ditimbulkan, bergesernya nilai menjadi bentuk-bentuk perbendaan. Dan fasilitas yang ada, rancangan proses perputaran kerja, tampak ideologi perbudakan. Medan pemaksaan yang menjerumuskan, menenggelamnya nilai-nilai luhur naluriah. Sejauh ini belum memiliki kontrol efektif; tidak ayal, bencana atas rencana berlebihan menemui muara, kehancuran.
Sejenis pola yang dikembangkan orang setres, kelewat mengumbar kesenangan yang masih terbebani sakit kepala atau kumat tiba-tiba. Dengan membaca gejolak yang ada, marilah menghentikan gerak masa sesaat, sehingga tampak yang bergerak bukan berdasarkan kedirian sejati. Semua berjalan serupa tubuh-tubuh robot, kelicikan memerima kepahitan realitas di kedalaman bathin, menghadirkan pelaku frustasi, mesin-mesin pencetak waktu tidak jelas, membuang sejauh mungkin perencanaan yang ada kemungkinan lainnya.
Padahal apabila yang lain ditarik, hasilnya dapat menemukan sesuatu yang lebih baik. Ini kerja membuang kebiasaan lama, membangun berkekuatan baru dari tiap-tiap diri yang ingin merevolusi dari evolusi nilai positif yang terabai. Menjadi minat baca sekiranya digerakkan kesadaran menilik bencana dari rencana. Olehnya gigih menjalankan pilihan sebagai pribadi berkembang. Yang siap terima resiko dengan tantangan serta konsekwensi gerak perubahan. Minat lain kembali pada niatan semula, mengambil tameng pribadi yang terlupa untuk dibawa sebagai jarak keamanan ketika meluruskan perjalanan besar, revolusi.
*)Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar