Minggu, 19 Oktober 2008

BELAJAR MENULIS DARI INTAN PARAMADITHA*

Sutejo

Anda kenal dengan Intan Paramaditha? Wah, rugi jika tidak mengenalnya. Seorang perempuan cantik, cerdas, otak encer, pandai menulis, dan latar belakang pendidikan yang menyakinkan: sastra Inggris UI kemudian mengabdi di almamaternya. Jika anda penasaran, carilah kumpulan cerpennya yang berjudul Sihir Perempuan (KataKita, 2005). Bagaimana background perjalanan proses kreatifnya? Yang jelas masih muda, dia lahir 15 November 1979 di Bandung.

Sementara, kita sering mendengar keraguan melangkah para penulis pemula karena takut ditolak media. Ngapain kalau bercinta, mengungkapkan cinta, ditolak, tidak takut? Banyak penulis sudah berpesan agar kita tidak usah gelisah dengan tulisan yang ditolak. “Wajar, kok!” kata Ucu Agustin. Beni Setia pun, penulis senior yang kini tinggal di Caruban juga punya pandangan yang sama. Bahkan, sepuluh tahun yang lalu ketika bermain di rumahnya, penulis sederhana ini menganalogkan profesi menulis dengan menjual jasa. Ditolak, biasa.

Hal ini pulalah yang menggerakkan Intan merengkuh persalinan karya. “Ditolak ya saya baca ulang, saya kirim ke media lain, atau saya edit lagi, atau saya simpan dalam laci. Saya buat lagi cerpen baru, ditolak, yang saya kirim lagi.” Begitulah ungkap Intan Paramadhita dalam MataBaca (edisi September hal. 15-16). Dengan begitu, hal pertama yang menyentak kita sebagai bekal kepenulisan awal adalah “Jangan takut ditolak!”. Padahal, pengalaman Intan ini sudah menulis sejak duduk di SD, yang sempat menulis cerita misteri setebal 40 halaman yang mirip-mirip cerita Agatha Cristie.

Dalam konteks pengalaman ditolak ini ada beberapa kemungkinan yang dapat kita pelajari (a) ketertolakan itu dimungkinkan karena style yang tidak cocok dengan selera visi media dan redakturnya, (b) karena melampui ruang/ kolom yang tersedia, (c) tema tidak lagi aktual (kadang media massa sangat mempertimbangkan aktualitas cerita), dan (d) penulis tidak konsisten atas gaya dan menulis aneka ragam karya. Untuk pemula hal ini akan mengganggu. Untuk itu, jika kita ingin sukses menembus media perlu memasuki dari satu pintu dulu, baru ketika sudah kokoh barangkali kita bisa merambah pada materi kepenulisan lainnya.

Pengalaman hidup lainnya yang menarik adalah: (a) sejak SD dikenal sebagai siswi yang paling mahir mengetik, (b) lahir dari keluarga yang memanjakan bacaan dari cerita Grimm, H.C. Andersen sampai pada cerita misterinya Agatha Cristie, (c) ibunya membelikan mesin ketik, (d) pengalaman pertama tulisannya dimuat di Bobo ketika di SD berjudul Tim yang Beruntung, (e) karya cerpennya merupakan penyamaran cerita perempuan dari beragam sisi, sebuah cara lain memandang feminisme, dan (f) ide cerita dapat diperoleh dari mana saja.

Belajar dari akuan ini maka kemampuan mengetik penulis juga berpengaruh atas kelancaran karya yang dihasilkannya. Memang ada beberapa penulis yang tidak mengetik tetapi dituliskan orang lain macam Ratna Indraswari Ibrahim. Atau ada juga –konon— dalam menuliskannya ditulis tangan. Dalam konteks kemajuan teknologi yang demikian tentunya hal ini akan mengurangi nilai kompetisi kita dengan penulis lainnya.
Kelahiran Indah dalam keluarga yang memanjakan buku tentunya tidak dapat diirikan. Dalam pandangan inner feng sui, hal ini merupakan keberuntungan dari langit. Tetapi, untuk kita yang tidak mengalaminya tak usah cemas. Kita dapat mengondisikannya sendiri.

Ibu indah yang membelikan mesin ketik juga merupakan keberuntungan lain. Kadang-kadang kita penulis pemula yang lahir dari “dunia yatim piatu” harus berjuang untuk memperolehnya. Tetapi sekarang semua dapat teratasi karena rental telah menjamur dalam masyarakat kita.

Dengan begitu, yang agak berbeda dengan pengarang lain adalah cara memandang karya sebagai “cara lain” menggauli feminisme. Meski tak sekeras Djenar Maesa Ayu dan Ayu Utami, misalnya, paradigma “gerakan” feminisme ini terasa juga. Dan ini, tentu, berbeda juga dengan Nukila Amal dan Dinar Rahayu yang dalam berkarya tidak memiliki pretensi kecuali mengalir. Tak mengherankan kalau kemudian, dia pun mengaku bahwa karya-karyanya merupakan penyamaran dari cerita-cerita tentang perempuan. Hal ini mengingatkan akan pengalaman penulis wanita lain yang juga tidak bisa melepaskan dari sudut pandang keperempuannya macam Nova Riyanti Yusuf.

Ketercukupan sarana dan kesempatan, barangkali itulah yang menguntungkan Intan. Bukankah kini ia sedang studi di University of California San Diego, AS? Bukankah sejak kecil ia dimanja keluarga dengan tersedianya buku, eh tak itu saja, tetapi juga difalitasi dengan mesin ketik ketika dia usia SD. Menulis, karena itu, memang membutuhkan keduanya. Dan jika kita menginginkannya, menanamkan dan memfalitasi ruang keluarga dengan hal-hal itu adalah suatu hal yang memesona.

Sebuah kritik yang perlu dicermati dari Intan Paramadhita tentang perjalanan kepenulisan Indonesia adalah adanya pandangan media dari sudut pandang patriarkhi, perempuan yang lahir sebagai penulis selalu perempuan dalam keadaan serba salah. “Bias gender membuat steriotype penulis perempuan yang dibesarkan oleh penulis laki-laki. Seperti ada ketakutan laki-laki, yang dengan kehadiran penulis perempuan...” Benarkah demikian? Sebuah otokritik yang barangkali tidak perlu dijawab, tetapi senantiasa diinternalisasikan sepanjang waktu. Siapa pun kita, tentu laki-laki dan perempuan, dengan hadirnya para penulis perempuan penting dianggap semacam lahirnya budaya tanding yang akan menggairahkan perjalanan kepenulisan di Indonesia. Siapa pun kita.

Hal terakhir dalam pengalaman Paramadhita adalah adanya akuan (dan ini banyak diungkapkan penulis lain), bahwa ide tulisan bisa berasal dari mana saja. Sebuah kelaziman memang. Dan karena itu, jika kita akan memasuki wilayah kepenulisan menarik untuk mengoleksi ide dalam segala peta dan jangkar hidup lahir-psikis kita. Karena memang, wilayah inilah, yang akan produktif menelorkan ide-ide sebuah tulisan. Pandora jiwa, hutan pengalaman, dan padang pengetahuan akan merupakan sumber investasi penggalian ide yang tidak akan berhenti. Setiap Anda, tentu, memiliki ketiganya. Karena itu, hem, tunggu apalagi. Jika ide belum masak, barangkali kita bisa belajar dari Asma Nadia dengan “memasaknya” lewat membaca dan observasi.

Bagaimana dengan Anda? Tirukan dan lakukan. Latihlah dan uletlah. Meskipun kita tak seberuntung Indah ini tetapi alat ukur dalam perjalanan kepenulisan adalah ketekunan di satu sisi dan kreativitas pada sisi yang lain.
***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati