Minggu, 26 Oktober 2008

Mitos Besar dari Bangsa Besar

Arie MP Tamba
http://jurnalnasional.com/
Kebesaran sebuah bangsa terekam dalam kekayaan mitologi dan legendanya.

Judul : Mitos & Legenda China
Penulis : ETC Werner
Penerjemah : Johan Japardi
Kategori : Non Fiksi
Tebal : 414 hlmn
Cetakan : Pertama
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Biarkan China terlelap. Sebab, jika China terbangun, dia akan mengguncang dunia. Begitulah Napoleon Bonaparte, si penakluk Eropa, itu pernah berkata. Dan China saat ini agaknya sudah terbangun dan dunia terpana kepadanya. Ketika krisis keuangan global terjadi di bulan Oktober 2008, akibat krisis ekonomi yang (disebabkan dan) terjadi di Amerika Serikat, semua pasar modal global guncang (termasuk Tokyo, Jepang). Kecuali, di Korea Selatan dan China!

Lalu, di kalangan intelektual, pada tahun 2000, seorang pengarang China, Gao Xingjian mendapatkan Nobel Sastra melalui The Soul Mountain (Gunung Jiwa, 1990). Dunia sastra khususnya: terbelalak. Terlepas dari posisi Gao yang telah menjadi warga negara Prancis, ke-China-an Gao jadi tambahan bagi berbagai ikon China di berbagai sektor kehidupan: politik, ekonomi, kesenian, pendidikan, teknologi, olahraga, otomotif, industri kreatif, dll. – yang sedang “digandrungi” dunia.

Setiap hari, isu kemajuan atau keberhasilan China dan juga kontroversinya, seperti tak habis-habisnya berkumandang. Ingat saja bulan lalu, bagaimana dunia kerepotan oleh produk susu China yang mengandung melamin. Terlepas dari aspek negatifnya, segera menjadi jelas bahwa produk susu China itu sudah merambah ke semua pelosok dunia. Hingga, bila pada abad ke-20 dunia adalah milik Amerika Serikat, maka dunia abad ke-21 adalah milik China. Begitulah pameo digembar-gemborkan, termasuk oleh futurolog terkenal asal Amerika Serikat, John Naisbiit.

Naisbiit jadi saksi, saat Deng Xiaoping berkunjung ke Amerika Serikat pada 1979, ia dibawa mengelilingi pabrik Ford yang masa itu menghasilkan mobil per bulan dalam jumlah lebih banyak daripada diproduksi di China dalam setahun. Deng yang memimpin China setelah kematian Mao pada 1976, muncul sebagai agen perubahan. ”Warna seekor kucing tidak penting, asalkan sang kucing menangkap tikus.” Itulah peribahasa Deng yang terkenal. Menyindir kucing ”sosialisme” Mao, yang gagal mengangkat perekonomian China, dan menggantinya dengan kucing ”kapitalisme”.

Deng memulai pembangunan dengan membentuk zona ekonomi khusus di beberapa kota terpilih, dan menjadikan sektor swasta sebagai komponen ekonomi paling dinamis. Ia membiarkan modal asing masuk ke China – memburu hampir satu miliar manusia yang akan jadi pasar menggiurkan untuk bisnis apa pun. Lalu, begitu saja, pada 2004, 25 tahun setelah kunjungan Deng ke Amerika, lebih dari 5 juta mobil diproduksi di China oleh lebih dari 120 produsen mobil. China juga sudah memiliki 166 kota, dengan populasi lebih dari 1 juta – bandingkan dengan 12 di Jepang, 9 di AS, dan 1 di Inggris, di bawah 10 di Indonesia – sebagai pasar lokal. Ditambah banyak kota besar di China yang memiliki populasi 6, 7, atau 8 juta jiwa. Urbanisasi cepat telah mengangkat jutaan penduduk pinggiran China, keluar dari kemiskinan.

Hampir semua kota di China, kata Naisbitt, kini sedang diubah menjadi zona konstruksi yang luas. Setiap kota berkembang jadi sebuah kota dunia. Mereka membangun bandara internasional, gedung-gedung tinggi, jalanan lebar, berbagai sarana publik, hingga kota-kota penuh cahaya bermunculan bagai cendawan di musim hujan pada malam hari.

Lalu, dari mana semua ”kebesaran” bangsa China itu bersumber? Edward Theodore Chalmers Werner, pada tahun 1922, telah merekam jejak mahakekayaan – ilmu pengetahuan, gagasan, sentimen sosial, keunikan psikologi, tatanan adat-istiadat, keluasan maupun keliaran imajinasi yang dikonkretkan ke dalam fiksi, aturan rumah tangga, relung-relung moralitas, perjalanan nasib, makna kasih-sayang, filosofi hidup sebagai anggota masyarakat, umat beragama, warga negara (baca: kerajaan), di bawah aturan hukum, logika alam, hingga berbagai kemungkinan khayali kehidupan sebelum (dan sesudah) hari ini – yang menjadi narasi penopang kebudayaan bangsa China selama ribuan tahun.

Semua itu, terangkum dalam sebuah buku besar, Mitos dan Legenda China, Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia di Baliknya. Buku yang cukup berpengaruh selama puluhan tahun di kalangan antropolog, sosiolog, maupun penggemar mitologi atau sekadar pemerhati kebudayaan China sampai saat ini. Terdiri dari 26 bab, di antaranya: mengurai sosiologi orang China, mitologi China, kosmogono-pangu dan penciptaan mitos, dewa-dewa China, mitos-mitos bintang, guruh, petir, angin, hujan, air, api, wabah, obat-obatan, legenda-legenda, dll.

Werner menyebutkan, secara umum karakter fisik, emosional, dan intelektual manusia China sudah diketahui di banyak kalangan masyarakat dunia karena penyebarannya yang tinggi. Mata sipit berbentuk buah badam (admond), dengan selaput pelangi berwarna hitam dan lingkar mata yang terpisah jauh, lipatan vertikal kulit di atas sudut kelopak atas dan bawah mata bagian dalam, yang menyembunyikan sebagian selaput pelangi, sebuah ciri khas yang membedakan bangsa-bangsa timur Asia dengan semua kerabat manusia lain.

Tinggi tegak dan berat otak umumnya di bawah rata-rata. Rambut hitam dan lurus, janggut jarang atau tidak ada. Warna kulit di China selatan lebih gelap ketimbang di China utara. Dan secara emosional, manusia China berkesadaran rajin, berdaya tahan dan juang luar biasa, berterima kasih, sopan, formal, dengan rasa kehormatan berdagang yang tinggi, dan juga berlibido tinggi.

Meski manusia China abad ke-21 tampak lebih progresif, dengan cepatnya perkembangan berbagai teknologi termasuk teknologi informatika di China saat ini, pada puluhan tahun lalu (masa Werner), manusia China cenderung menghindari kemajuan, terikat pada keseragaman, mempertahankan mekanisme budaya, tidak imajinatif, lamban, penuh curiga dan cenderung mempercayai tahyul.

Takhayul-takhayul itu, sebagian besar bisa diikuti pada bab mitos-mitos (V s/d IX). Dimulai dari mitos bintang-bintang, yang menyebutkan bahwa matahari, bulan, dan planet-planet memengaruhi kejadian-kejadian sublunar, terutama kehidupan dan kematian manusia, dan perubahan warna benda-benda angkasa itu menandakan malapetaka yang mengancam.

Perubahan penampilan matahari, jadi tanda kesialan bagi negara atau kepala negara berupa pemberontakan, bahaya kelaparan, atau kematian kaisar. Ketika bulan semakin memerah, atau berubah menjadi pucat, kehidupan manusia (atau masyarakat) pasti berada dalam masa-masa sangat sial seperti telah diramalkan.

Dan semua ini hanya sebagian kecil dari kekayaan ”Timur”, seperti disebutkan Ratu Saba dari Mardrus. Tetapi, negara-negara Timur ini, Asia ini, akhirnya merupakan perbatasan-perbatasan sebenarnya. Asia adalah tempat di mana vulgaritas berakhir, di mana martabat dilahirkan, dan di mana keanggunan intelektual dimulai. Dan negara-negara Timur adalah tempat di mana sumber puisi begitu melimpah ruah.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati