Jumat, 28 November 2008

Panorama Sastra Indonesia

Maman S Mahayana
http://www.riaupos.com/

Sastra Indonesia adalah lanskap pelangi; warna-warni dengan beragam cabaran ideologinya. Ia bagai taman bunga dengan tetumbuhannya yang semarak, dedaunannya yang rimbun, meski di sana tumbuh pula mawar berduri. Di taman itu, orang-orang boleh duduk bercengkerama, memadu kasih, memetik beberapa tangkai bunga untuk dipajang di dalam rumah atau mencampakkannya begitu saja. Taman itu milik semua dan sesiapa pun, boleh ikut memeliharanya; menanam pepohonan baru atau menyiraminya agar tetap segar sambil memberinya rabuk atau melakukan persilangan.

Sastra Indonesia adalah hutan belantara dengan aneka ragam kekayaan pepohonannya yang eksotik bersama kehidupan masyarakatnya yang tidak dapat melepaskan diri dari kultur yang telah melahirkan dan membesarkannya. Dan kita, sungguh tidak dapat menafikan ruh kultur etnik yang menjiwai sastra Indonesia.

Seperti juga bahasa Indonesia, sastra Indonesia bersumber dari akar tradisi kebudayaan besar yang bernama Melayu. Ia bergulir, menggelinding, mekar, dan berkembang memenuhi tuntutan zaman. Kedatangan bangsa asing adalah bagian penting dari perkembangannya itu. India dengan Hinduisme dan Buddhismenya, mula-mula diterima begitu saja. Tetapi kemudian diolah kembali secara kreatif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kultur Indonesia yang beraneka ragam itu.

Berikutnya datang pula Islam yang juga diterima dengan memasukkan corak dan semangat lokalitas (tempatan) yang khas, sehingga ia menjadi sumber lain yang pada akhirnya menjelma keindonesiaan yang memperlihatkan homogenitasnya dan sekaligus kekayaan heterogenitasnya. Islam yang mewarnai keindonesiaan itu menjadi begitu unik, khas, dan beragam. Kemudian masuk pula Portugis, Cina, Jepang, Persia, dan bangsa-bangsa Barat, ikut mewarnai keindonesiaan itu. Jadilah sastra Indonesia sebagai produk budaya yang seperti merepresentasikan proses terjadinya akulturasi dan sekaligus inkulturasi yang rumit. Kultur lokal dengan segala etnisitasnya yang inklusif telah membiarkan dirinya dimasuki berbagai-bagai pengaruh luar.

Kedatangan bangsa Barat, harus diakui, telah membawa perjalanan kebudayaan –khasnya kesusastraan—Indonesia memasuki modernisme. Alat cetak yang kemudian menjelma penerbitan buku dan media massa adalah buah fisik yang menjadikan sastra Indonesia menyebar secara luas dan massal. Itulah salah satu keajaiban mesin-mesin yang diperkenalkan bangsa Barat. Abdullah Munsyi menyebutkan empat perkara atas pertemuannya dengan alat cetak: (1) betul perkataannya dengan tiada bersalah, (2) lekas pekerjaannya, (3) terang hurufnya lagi senang membacanya, dan (4) murah harganya.

***

Masyarakat Tionghoa berhasil memanfaatkan alat-alat cetak itu lebih awal. Kemudian pribumi dan belakangan Belanda melalui usahanya mendirikan Balai Pustaka. Berkat kekuasaannya, Belanda pula yang memainkan peranan penting dalam membangun dan menciptakan pencitraan sastra Indonesia sebagai sastra elitis. Di sana, berbagai pemanipulasian terjadi semata-mata untuk mengukuhkan citra Belanda sebagai bangsa yang berbudaya, sebagai mesias, sebagai juru selamat!

Itulah awal masalah karut-marut perjalanan sastra Indonesia. Masalah itu lalu menyebar dan mencengkeram dunia pendidikan dan pengajaran sastra di hampir semua peringkat sekolah. Tanpa sadar, di sekolah ditanamkan cara pandang yang salah tentang citra dan profesi sastrawan. Mendesak masyarakat lebih menghargai segala yang fisikal daripada perkara intelektual. Keadaannya semakin teruk ketika pemerintah Orde Baru lebih mengedepankan pembangunan ekonomi dan apresiasi terhadap segala yang fisikal.

Itulah problem berikutnya yang terjadi dalam perjalanan sastra Indonesia. Di dalamnya yang terutama adalah perkara pengajaran sastra dan kritik sastra. Pengajaran sastra menjadi ilmu pengetahuan tentang sastra, dan bukan apresiasi terhadap karya sastra. Sementara itu, kritik sastra terjerumus pada kesalahpahaman teoretis dan seolah-olah segalanya datang dari Barat. Karya sastra menjadi objek anatomi.

Analisis terhadap karya sastra dilakukan dengan mengucilkan pengarangannya, menghapus masyarakat yang melahirkannya, dan menafikan kultur etnik yang menjadi inti jiwanya. Segalanya bertumpu pada pemahaman yang fragmentaris, terpenggal-penggal atas konsepsi strukturalisme. Ia diperlakukan seolah-olah sebagai satu-satunya senjata pamungkas yang dapat digunakan untuk menganalisis semua unsur dengan segala kasusnya yang terdapat dalam teks sastra.

Problem sastra Indonesia pada akhirnya berpusat pada beberapa hal berikut: Pertama, kekeliruan dalam memandang dan menempatkan citra dan peranan profesional sastrawan sebagai intelektual, pemikir budaya, dan pejuang kemanusiaan.

Kedua, kesalahan dalam memperlakukan teks sastra hanya sebagai sebuah struktur yang otonom. Teks sastra seolah-olah hanya deretan kalimat beku, tercerabut dari lingkungan masyarakat dan kebudayaan yang melahirkannya. Analisis lewat pendekatan struktural, berhasil membenamkan denyar kekayaan kultural.

Ketiga, kesalahpamahan dalam memahami kritik sastra yang seharusnya menjadi salah satu alat pemberi pencerahan dan pembuka tabir yang menyelimuti kekayaan sosio—budaya sebuah teks sastra. Kesalahpahaman ini ditandai dengan: (1) kelalaian membuka perjalanan sejarah kritik sastra di Indonesia, (2) kekeliruan dalam memahami strukturalisme, (3) keterpesonaan yang berlebihan pada teori Barat, (4) keangkuhan kaum akademis yang tidak mau melibatkan sastrawan dalam pengajaran sastra, (5) keengganan dalam mencoba mempertanyakan kembali pemikiran tokoh-tokoh kritik sastra Indonesia sebelumnya.

Keempat, kemalasan dalam menguak dan mengungkapkan berbagai kekayaan yang mendekam di balik teks sastra yang justru ada cantelannya dengan konteks yang tersebar di sekelilingnya.

Kelima, kedangkalan dalam neyusun sejarah sastra Indonesia yang seolah-olah cukuplah berupa catatan ringkas tentang pengarang, judul karya, penerbit, tahun terbit, dan usaha melakukan periodesasi. Sejarah sastra Indonesia cenderung berupa senarai yang tidak mengungkapkan dinamika dan perkembangan pemikiran manusia Indonesia yang terekam dalam karya sastra.

***

Demikianlah beberapa masalah dalam sastra Indonesia yang coba diungkapkan dalam buku Sembilan Jawaban Sastra Indonesia (Jakarta: Bening Publishing, 2005, 504 halaman). Masalah lain tentu masih tercecer dan bertebaran. Meskipun demikian, setidak-tidaknya, buku itu telah menawarkan pemikiran lain tentang sastra Indonesia dan menyediakan jawabannya atas berbagai masalah tentang sastra Indonesia selama ini.

Jadi, buku Sembilan Jawaban Sastra Indonesia coba menyodorkan pandangan lain, meskipun mungkin kontroversial, tentang bagaimana menyikapi: (1) peranan dan profesi sastrawan, (2) sastra dan kesastraan, (3) pandangan lain tentang kritik sastra (Indonesia), (4) pendekatan yang membuka peluang pendedahan kekayaan soio-budaya yang berada di luar teks sastra, (5) usaha mengembalikan pengajaran (sejarah) sastra dan kritik sastra Indonesia ke jalan yang benar. Itulah selayang pandang gambaran umum tentang buku Sembilan Jawaban Sastra Indonesia.***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati