Imam Muhtarom*
http://jurnalnasional.com/
Pelajaran yang berharga dari membaca cerpen maupun novel karya Budi Darma kita disadarkan bahwa manusia itu pada hakikatnya berjiwa. Jiwa inilah yang mengatasi dunia material tempat ia berada. Dalam khasanah sastra Indonesia posisi karya-karya Budi Darma sudah jelas letak dan sumbangannya. Juga semakin jelas perbedaannya apabila kita membandingkannya dengan karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Semua karya Pramoedya memberi pelajaran pada kita bahwa manusia pada dasarnya pertarungan tak selesei antara kelas penguasa dengan kelas yang dikuasai. Jika pada karya-karya Pramoedya berpijak pada material, maka bisa dikatakan karya-karya Budi Darma berpijak pada yang immaterial, jiwa.
Namun demikian, tokoh-tokoh dalam karya Budi Darma, khususnya dalam kumpulan Orang-Orang Bloomington (selanjutnya disingkat OOB), sekalipun dengan jelas menunjukkan sosok manusia lewat tokoh-tokohnya yang memiliki jiwa, memiliki kepribadian, bukan berarti mereka berada di luar lingkungannya. Yang terjadi justru tokoh-tokoh dalam OOB hidup di tengah-tengah kota yang pada dasarnya adalah susunan material. Bukan saja material tersebut berupa sekian gedung, apartemen, jalan, mobil, uang, tetapi kota tak lain sebuah relasi kompleks yang sifatnya determinis terhadap penghuninya.
Pertama-tama kota dengan strukturnya mengikat dan menetapkan gerak badan, selanjutnya kota akan mengungkung pikiran, imajinasi, dan harapan para penghuninya. Dengan perkataan lain, kota sebagai struktur kompleks yang memungkinkan kota ada tak lain materialisasi segenap aspek kehidupan. Persoalan serius yang mengidap kota di mana pun di dunia ini semacam kriminal, bunuh diri, pembantaian, salit jiwa, demonstrasi massa, dan contoh-contoh kekerasan lain bisa dijelaskan lewat struktur yang mematerialisasi ini. Karena itu, dalam konteks penulisan sastra sebagaimana pernah dilakukan Walter Benjamin saat menulis kritiknya atas puisi-puisi Baudelaire, ia menggunakan determinasi ekonomi Karl Marx yang kemudian dikecam justru oleh koleganya sendiri, Adorno.
Tulisan ini tidak hendak membawa ke pembahasan cara Benjamin, melainkan sebaliknya, bagaimana OOB keluar dari jebakan determinasi struktur yang mematerialisasi ini dan justru secara jelas menunjukkan tokoh-tokoh OOB bukan budak materi. Sekalipun tokoh-tokoh dalam OOB adalah tokoh-tokoh yang terikat struktur kota yang mematerialisasi ini, tetapi pada saat yang sama, istimewanya, berhasil menunjukkan bahwa tokoh-tokoh tersebut berjiwa. Tokoh-tokoh yang bebas dari materi dan memiliki kepribadian. Sekalipun tokoh-tokoh tersebut terjatuh-jatuh oleh sekian masalah di tengah kungkungan kota, mereka tetap berusaha berdiri untuk tidak takluk dalam cengkaman kota.
Di tengah struktur kota
Keberhasilan menunjukkan adanya jiwa di tengah determinasi struktur kota yang mematerialisasi ini, bukan dikarenakan tokoh-tokohnya memiliki latar belakang kelas sosial menengah ke atas sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi oleh sebab waktunya tidak habis untuk bertahan hidup secara fisik. Justru cerpen-cerpen dalam OOB ini tak lain argumentasi berupa cerita bahwa manusia (di) kota bukanlah sejenis ternak yang selesei atau tidak selesai lantaran sandang, pangan, dan papan. Lebih dari itu, manusia itu berjiwa. Terseok-seok oleh berbagai kekurangan fisik, ekonomi, dan sosial sebagaimana dialami tokoh Joshua Karabish dalam cerpen “Joshua Karabish”, ia tetaplah sosok manusia yang berjiwa, memiliki pikiran, dan yang utama, memiliki nurani.
Secara cukup meyakinkan, tokoh Joshua yang dikisahkan nyaris tidak memiliki kelebihan kecuali selalu kekurangan uang, minder, tak punya teman, mengidap penyakit kronis yang membawanya ke alam baka, justru memiliki nurani dengan sikapnya yang rendah hati, tahu diri, dan tabah. Ia tidak mengatakan ‘penyair‘™ sekalipun ia banyak sekali menulis puisi. Ia hanya mengatakan lewat tokoh “saya” ia hanyalah sosok yang tidak memiliki kepribadian sebagai syarat mutlak seseorang menjadi penyair. Ia mengaku orang bodoh yang kebetulan suka menulis puisi. Pandangan ideal tentang penyair dan karyanya yang dipahaminya dengan baik ini tidak membuatnya jumawa kepada siapa pun. Ia hanya menulis tanpa pretensi apa-apa. Justru tokoh “saya” dengan culas mengganti nama dirinya atas puisi-puisinya dalam lomba penulisan puisi ketika Joshua sudah mati. Alhasil, puisi karya Joshua menang. Pembaca dapat menghayatinya bahwa dari sosok invalid dan menjijikkan ini justru bisa membuat terharu. Ada mutiara dalam sosok yang bahkan bagi ibu dan kakaknya sendiri dianggap manusia tidak berguna ini.
Pararel dengan tokoh Joshua Karabish, adalah tokoh lelaki tua tanpa nama dalam cerpen “Lelaki Tua Tanpa Nama”. Dalam cerpen ini tokoh Lelaki Tua tak lain orang yang dianggap tidak waras dan membahayakan orang lain. Dianggap tidak waras karena tokoh ini sering mengacung-acungkan tangannya seakan ia tengah menggenggam pistol di tengah jalan. Ini sering menjadi tontonan orang akibat perilaku tak wajrnya ini. Beberapa orang yang melihatnya dibuat senang, beberapa yang mengutuknya. Ia juga dicurigai oleh tokoh di sekelilingnya di mana ia menyewa kamar bahwa dia sudah sejak lama telah menyimpan senjata, terutama oleh tokoh Ny. Nolan. Tokoh Lelaki Tua ini yang menurut salah seorang tokoh pernah dikirim dalam perang Vietnam telah kehilangan kedua anaknya dan istrinya. Ia hidup sendirian dan sering menceracau dengan keinginannya tinggal di gedung tinggi yang dilengkapi senjata mitraliur.
Dari keterangan tersebut tokoh Lelaki Tua tak lain tokoh terasing bukan saja traumatik masa lampau dan keluarganya, tetapi juga oleh lingkungan sosial pada masa kininya. Ia hidup seorang diri dan orang-orang di lingkungannya tidak memiliki empati kecuali tokoh “saya”. Mereka justru menghindarinya dengan alasan privasi sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh Ny. Nolan, Ny. Casper, dan Ny. Macmilan. Akibat privasi atau sebenarnya tak mau tahu urusan orang lain, ketika tokoh Lelaki Tua mengacung-acungkan senapannya ke arah Ny Casper yang berlari ketakutan, tindakan yang diambil tokoh Ny. Nolan adalah mengambil senjata laras panjang dan menembak tokoh Lelaki Tua. Tokoh Lelaki Tua mati. Ketika diketahui bahwa senjata yang diacung-acungkan Lelaki Tua tidak berisi peluru, Ny Nolan tetap yakin Lelaki Tua itu pasti memiliki peluru. Ny. Nolan bersikeras dengan pendapatnya, bahkan dalam kesaksiannya di hadapan polisi. Apa yang mengharukan dari cerita ini adalah untuk menggedor kesadaran yang telah rutin manusia kota, terutama di Amerika Serikat, diperlukan seorang korban. Posisi korban dari tokoh Lelaki Tua ini sesungguhnya menjadi pemicu dalam melahirkan kepekaan terhadap sesama manusia. Justru pada diri manusia semacam Lelaki Tua inilah seseorang akan disadarkan bahwa manusia itu memiliki jiwa yang luhur. Pesannya jelas, individualisme ekstrem manusia kota mengandung tidak saja buruk, tapi juga membahayakan.
Penghayatan penulis
Kelima cerpen lain dalam OOB, antara lain “Ny. Elberhart”, “Yourick”, “Charlese Lebourne”, “Orez”, dan “Keluarga M” juga upaya menunjukkan bahwa orang-orang malang dalam struktur kota yang mematerialisasi ini tidak harus identik dengan orang yang merugikan. Manusia, khususnya orang kalah di sebuah kota, tetap memiliki jiwa seandainya orang mau menghayatinya. Di antara kelima cerpen tersebut, cerpen “Keluarga M” bagaimana posisi keluarga yang terpinggirkan secara ekonomi maupun sosial sangat terasa. Menariknya, Keluarga M yang berkali-kali dihina oleh tokoh “saya” ketika dalam keadaan sengsara tidak mau tunduk oleh kedengkian tokoh “saya”. Ketika mereka menolak segala bantuan tokoh “saya” bukan dengan alasan dendam, tetapi menunjukkan keinginan untuk berdiri atas usahanya sendiri. Bantuan pada beberapa hal sebagai ekspresi kerapuhan jiwa. Ketika kerapuhan menerpa seseorang maka jiwa itu akan tenggelam.
Pelajaran yang berharga dari cerpen OOB ini bukan semata kemampuannya memperlihatkan jiwa pada diri manusia (jiwa kethok) pada diri orang-orang kalah di lingkungan kota, tetapi masalah bagaimana tema tersebut diwujudkan dalam cerita. Masalah cara pewujudan lewat cerita ini tentu saja tidak sekadar terbatas pada kemampuan cerita itu mengorganisasikan berbagai elemen strukturalnya. Lebih dari itu, penghayatan yang kuat dan mendalam dari penulisnya atas subjek yang ditulisnya adalah faktor yang tak bisa diabaikan. Ini sepadan dengan Pramoedya Ananta Toer sekali pun dengan pijkan yang berbalikan dengan subjek yang ditulis Budi Darma. Namun, keduanya sama-sama ingin mengatakan bahwa manusia itu mulia, agung, dan mengagumkan.
*) Lahir 12 Mei 1977. Lulus dari fakultas sastra Unair tahun 2001. Menulis fiksi, resensi buku, artikel sastra, dan karya terjemahan. Berbagai tulisannya tersebar di pelbagai media antara lain Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Kalam, Jurnal Anarki, Majalah Bahana (Brunei), Kompas, Jurnal Nasional, Media Indonesia, The Jakarta Post, Koran Tempo, Suara Karya, Jawa Pos, Sinar Harapan, Republika, Surabaya Post, Surya, Surabaya News, BUSOS, Jawa Pos, Suara Merdeka, Bali Post, Lampung Pos, Riau Pos, Karya Dharma, Memorandum.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar