Selasa, 29 Desember 2009

Jiwa Manusia Kota dalam Cerpen

Imam Muhtarom*
http://jurnalnasional.com/

Pelajaran yang berharga dari membaca cerpen maupun novel karya Budi Darma kita disadarkan bahwa manusia itu pada hakikatnya berjiwa. Jiwa inilah yang mengatasi dunia material tempat ia berada. Dalam khasanah sastra Indonesia posisi karya-karya Budi Darma sudah jelas letak dan sumbangannya. Juga semakin jelas perbedaannya apabila kita membandingkannya dengan karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Semua karya Pramoedya memberi pelajaran pada kita bahwa manusia pada dasarnya pertarungan tak selesei antara kelas penguasa dengan kelas yang dikuasai. Jika pada karya-karya Pramoedya berpijak pada material, maka bisa dikatakan karya-karya Budi Darma berpijak pada yang immaterial, jiwa.

Namun demikian, tokoh-tokoh dalam karya Budi Darma, khususnya dalam kumpulan Orang-Orang Bloomington (selanjutnya disingkat OOB), sekalipun dengan jelas menunjukkan sosok manusia lewat tokoh-tokohnya yang memiliki jiwa, memiliki kepribadian, bukan berarti mereka berada di luar lingkungannya. Yang terjadi justru tokoh-tokoh dalam OOB hidup di tengah-tengah kota yang pada dasarnya adalah susunan material. Bukan saja material tersebut berupa sekian gedung, apartemen, jalan, mobil, uang, tetapi kota tak lain sebuah relasi kompleks yang sifatnya determinis terhadap penghuninya.

Pertama-tama kota dengan strukturnya mengikat dan menetapkan gerak badan, selanjutnya kota akan mengungkung pikiran, imajinasi, dan harapan para penghuninya. Dengan perkataan lain, kota sebagai struktur kompleks yang memungkinkan kota ada tak lain materialisasi segenap aspek kehidupan. Persoalan serius yang mengidap kota di mana pun di dunia ini semacam kriminal, bunuh diri, pembantaian, salit jiwa, demonstrasi massa, dan contoh-contoh kekerasan lain bisa dijelaskan lewat struktur yang mematerialisasi ini. Karena itu, dalam konteks penulisan sastra sebagaimana pernah dilakukan Walter Benjamin saat menulis kritiknya atas puisi-puisi Baudelaire, ia menggunakan determinasi ekonomi Karl Marx yang kemudian dikecam justru oleh koleganya sendiri, Adorno.

Tulisan ini tidak hendak membawa ke pembahasan cara Benjamin, melainkan sebaliknya, bagaimana OOB keluar dari jebakan determinasi struktur yang mematerialisasi ini dan justru secara jelas menunjukkan tokoh-tokoh OOB bukan budak materi. Sekalipun tokoh-tokoh dalam OOB adalah tokoh-tokoh yang terikat struktur kota yang mematerialisasi ini, tetapi pada saat yang sama, istimewanya, berhasil menunjukkan bahwa tokoh-tokoh tersebut berjiwa. Tokoh-tokoh yang bebas dari materi dan memiliki kepribadian. Sekalipun tokoh-tokoh tersebut terjatuh-jatuh oleh sekian masalah di tengah kungkungan kota, mereka tetap berusaha berdiri untuk tidak takluk dalam cengkaman kota.

Di tengah struktur kota

Keberhasilan menunjukkan adanya jiwa di tengah determinasi struktur kota yang mematerialisasi ini, bukan dikarenakan tokoh-tokohnya memiliki latar belakang kelas sosial menengah ke atas sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi oleh sebab waktunya tidak habis untuk bertahan hidup secara fisik. Justru cerpen-cerpen dalam OOB ini tak lain argumentasi berupa cerita bahwa manusia (di) kota bukanlah sejenis ternak yang selesei atau tidak selesai lantaran sandang, pangan, dan papan. Lebih dari itu, manusia itu berjiwa. Terseok-seok oleh berbagai kekurangan fisik, ekonomi, dan sosial sebagaimana dialami tokoh Joshua Karabish dalam cerpen “Joshua Karabish”, ia tetaplah sosok manusia yang berjiwa, memiliki pikiran, dan yang utama, memiliki nurani.

Secara cukup meyakinkan, tokoh Joshua yang dikisahkan nyaris tidak memiliki kelebihan kecuali selalu kekurangan uang, minder, tak punya teman, mengidap penyakit kronis yang membawanya ke alam baka, justru memiliki nurani dengan sikapnya yang rendah hati, tahu diri, dan tabah. Ia tidak mengatakan ‘penyair‘™ sekalipun ia banyak sekali menulis puisi. Ia hanya mengatakan lewat tokoh “saya” ia hanyalah sosok yang tidak memiliki kepribadian sebagai syarat mutlak seseorang menjadi penyair. Ia mengaku orang bodoh yang kebetulan suka menulis puisi. Pandangan ideal tentang penyair dan karyanya yang dipahaminya dengan baik ini tidak membuatnya jumawa kepada siapa pun. Ia hanya menulis tanpa pretensi apa-apa. Justru tokoh “saya” dengan culas mengganti nama dirinya atas puisi-puisinya dalam lomba penulisan puisi ketika Joshua sudah mati. Alhasil, puisi karya Joshua menang. Pembaca dapat menghayatinya bahwa dari sosok invalid dan menjijikkan ini justru bisa membuat terharu. Ada mutiara dalam sosok yang bahkan bagi ibu dan kakaknya sendiri dianggap manusia tidak berguna ini.

Pararel dengan tokoh Joshua Karabish, adalah tokoh lelaki tua tanpa nama dalam cerpen “Lelaki Tua Tanpa Nama”. Dalam cerpen ini tokoh Lelaki Tua tak lain orang yang dianggap tidak waras dan membahayakan orang lain. Dianggap tidak waras karena tokoh ini sering mengacung-acungkan tangannya seakan ia tengah menggenggam pistol di tengah jalan. Ini sering menjadi tontonan orang akibat perilaku tak wajrnya ini. Beberapa orang yang melihatnya dibuat senang, beberapa yang mengutuknya. Ia juga dicurigai oleh tokoh di sekelilingnya di mana ia menyewa kamar bahwa dia sudah sejak lama telah menyimpan senjata, terutama oleh tokoh Ny. Nolan. Tokoh Lelaki Tua ini yang menurut salah seorang tokoh pernah dikirim dalam perang Vietnam telah kehilangan kedua anaknya dan istrinya. Ia hidup sendirian dan sering menceracau dengan keinginannya tinggal di gedung tinggi yang dilengkapi senjata mitraliur.

Dari keterangan tersebut tokoh Lelaki Tua tak lain tokoh terasing bukan saja traumatik masa lampau dan keluarganya, tetapi juga oleh lingkungan sosial pada masa kininya. Ia hidup seorang diri dan orang-orang di lingkungannya tidak memiliki empati kecuali tokoh “saya”. Mereka justru menghindarinya dengan alasan privasi sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh Ny. Nolan, Ny. Casper, dan Ny. Macmilan. Akibat privasi atau sebenarnya tak mau tahu urusan orang lain, ketika tokoh Lelaki Tua mengacung-acungkan senapannya ke arah Ny Casper yang berlari ketakutan, tindakan yang diambil tokoh Ny. Nolan adalah mengambil senjata laras panjang dan menembak tokoh Lelaki Tua. Tokoh Lelaki Tua mati. Ketika diketahui bahwa senjata yang diacung-acungkan Lelaki Tua tidak berisi peluru, Ny Nolan tetap yakin Lelaki Tua itu pasti memiliki peluru. Ny. Nolan bersikeras dengan pendapatnya, bahkan dalam kesaksiannya di hadapan polisi. Apa yang mengharukan dari cerita ini adalah untuk menggedor kesadaran yang telah rutin manusia kota, terutama di Amerika Serikat, diperlukan seorang korban. Posisi korban dari tokoh Lelaki Tua ini sesungguhnya menjadi pemicu dalam melahirkan kepekaan terhadap sesama manusia. Justru pada diri manusia semacam Lelaki Tua inilah seseorang akan disadarkan bahwa manusia itu memiliki jiwa yang luhur. Pesannya jelas, individualisme ekstrem manusia kota mengandung tidak saja buruk, tapi juga membahayakan.

Penghayatan penulis

Kelima cerpen lain dalam OOB, antara lain “Ny. Elberhart”, “Yourick”, “Charlese Lebourne”, “Orez”, dan “Keluarga M” juga upaya menunjukkan bahwa orang-orang malang dalam struktur kota yang mematerialisasi ini tidak harus identik dengan orang yang merugikan. Manusia, khususnya orang kalah di sebuah kota, tetap memiliki jiwa seandainya orang mau menghayatinya. Di antara kelima cerpen tersebut, cerpen “Keluarga M” bagaimana posisi keluarga yang terpinggirkan secara ekonomi maupun sosial sangat terasa. Menariknya, Keluarga M yang berkali-kali dihina oleh tokoh “saya” ketika dalam keadaan sengsara tidak mau tunduk oleh kedengkian tokoh “saya”. Ketika mereka menolak segala bantuan tokoh “saya” bukan dengan alasan dendam, tetapi menunjukkan keinginan untuk berdiri atas usahanya sendiri. Bantuan pada beberapa hal sebagai ekspresi kerapuhan jiwa. Ketika kerapuhan menerpa seseorang maka jiwa itu akan tenggelam.

Pelajaran yang berharga dari cerpen OOB ini bukan semata kemampuannya memperlihatkan jiwa pada diri manusia (jiwa kethok) pada diri orang-orang kalah di lingkungan kota, tetapi masalah bagaimana tema tersebut diwujudkan dalam cerita. Masalah cara pewujudan lewat cerita ini tentu saja tidak sekadar terbatas pada kemampuan cerita itu mengorganisasikan berbagai elemen strukturalnya. Lebih dari itu, penghayatan yang kuat dan mendalam dari penulisnya atas subjek yang ditulisnya adalah faktor yang tak bisa diabaikan. Ini sepadan dengan Pramoedya Ananta Toer sekali pun dengan pijkan yang berbalikan dengan subjek yang ditulis Budi Darma. Namun, keduanya sama-sama ingin mengatakan bahwa manusia itu mulia, agung, dan mengagumkan.

*) Lahir 12 Mei 1977. Lulus dari fakultas sastra Unair tahun 2001. Menulis fiksi, resensi buku, artikel sastra, dan karya terjemahan. Berbagai tulisannya tersebar di pelbagai media antara lain Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Kalam, Jurnal Anarki, Majalah Bahana (Brunei), Kompas, Jurnal Nasional, Media Indonesia, The Jakarta Post, Koran Tempo, Suara Karya, Jawa Pos, Sinar Harapan, Republika, Surabaya Post, Surya, Surabaya News, BUSOS, Jawa Pos, Suara Merdeka, Bali Post, Lampung Pos, Riau Pos, Karya Dharma, Memorandum.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati