Jumat, 19 Maret 2010

TAUFIQ ISMAIL: MENULIS DENGAN KEHARUAN HATI

Maman S. Mahayana*
http://mahayana-mahadewa.com/

Taufiq Ismail, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1—4 (Jakarta: Horison, 2008; xlii + 1076 hlm; xxxiv + 801 hlm; xxxii + 880 hlm; xxxviii + 101 hlm)
“Taufiq Ismail tak ingin memperingati usianya, tetapi perbuatannya. Sebab, hidup itu perbuatan,” begitu Fadli Zon, Ketua Panitia Peluncuran Buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1—4 (Jakarta: Horison, 2008; xlii + 1076 hlm; xxxiv + 801 hlm; xxxii + 880 hlm; xxxviii + 101 hlm) menegaskan semangat yang melandasi acara peluncuran keempat buku karya Taufiq Ismail (14 Mei 2008) di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Keseluruhannya, keempat buku itu berjumlah 3004 halaman, termasuk halaman pelengkap dan indeks. Inilah rekor baru ketebalan buku karya seorang penyair.

Meskipun begitu, tentu saja yang jauh lebih penting bukanlah perkara tebal—tipisnya buku, melainkan isinya; kedalaman dan gagasannya dalam mencermati dan memandang berbagai persoalan dan mengungkapkannya dalam berbagai ragam tulisan—prosa, puisi, drama, esai yang sedap dibaca. Meski juga ketebalan itu belum dapat dianggap mewakili kesegenapan kiprah penyair Angkatan 66 itu dalam kesusastraan dan kebudayaan Indonesia, setidak-tidaknya, kita dapat memandang sebuah lanskap yang membentangkan dinamika sosio-kultural bangsa ini dalam bingkai perpsektif perjalanan berkebudayaan 55 tahun Taufiq Ismail.
***

Mencermati keempat buku itu, tak pelak lagi, segera kita akan gagal menyembunyikan decak kita, betapa sangat serius Panitia mempersiapkan segalanya: cover dan kemasan buku yang cantik, pembagian ragam tulisan yang tepat-pas dengan sistematika yang cerdas, dan pengantar yang jernih dan terang-benderang. Jilid 1 misalnya, menghimpun puisi-puisi Taufiq Ismail yang dihasilkannya selama 55 tahun kiprah kepenyairannya (1953—2008). Di sana, ada pengantar Taufiq Ismail yang bersahaja dengan segala kerendahan hatinya; ada pula Pengantar Fadli Zon yang ringkas mengungkap latar belakang dan muatan keempat buku itu. Selepas itu, Prof. Dr. Abdul Hadi WM membentangkan apresiasi komprehensif dan analisis yang tajam—lewat estetika India—atas keseluruhan puisi yang terhimpun dalam buku ini.

Bagi Abdul Hadi, puisi-puisi Taufiq Ismail secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga periode: awal (1950-an—1970-an), tengah (1970-an—1980-an) dan ketiga (1980-an sampai sekarang). Pada periode awal, puisi-puisi Taufiq Ismail hadir bukan sekadar sebagai potret sosial an sich, melainkan juga ekspresi penghayatan dan keharuan hati. Faktor itulah yang kerap menggiring pembaca ikut menggerakkan hati dan imajinasinya. Pada periode kedua, salah satu kekuatannya terletak pada aspek afinitas, pertalian batin lantaran ada pengalaman yang sama yang bersumber pada sikap religiusitas. Adapun periode ketiga, selain ditandai dengan kecenderungan gaya prosaik—naratif dengan pemanfaatan bahasa diskursif yang indah dan memikat, juga menunjukkan kepekaannya pada sejarah dan lingkungan sosial yang ditopang oleh ketangkasan dan kemahirannya berpuisi (hlm. xlii).

Pengantar Abdul Hadi sungguh merupakan jalan terang yang memungkinkan kita dapat mengapresiasi keseluruhan puisi Taufiq Ismail tanpa kecemasan terjerumus ke dalam lorong gelap yang menyesatkan. Tentu saja di sana masih tersedia lautan tafsir sesuai dengan tingkat pengalaman pembaca berkenaan dengan pengetahuannya tentang sejarah bangsa ini, intensitas tindak spiritualitas dalam berdekatan dengan Tuhan, dan kegelisahan atas karut-marut kehidupan sosial—budaya—politik yang kini laksana telah menjadi pemandangan sehari-hari.

Jilid 2 berisi 193 esai –dan beberapa puisi—yang pernah dipublikasikan di delapan media massa dan satu di media lain untuk berbagai keperluan dalam rentang waktu 1960—2008. Beberapa di antara esai itu, ada pula yang dimuat secara bersambung. Kembali, yang lebih penting dari data kuantitatif itu adalah gagasan Taufiq Ismail dengan muara yang sama: kehidupan berkebudayaan bangsa ini yang disampaikan dengan kualitas esai yang setaraf dengan kepenyairannya. Dalam konteks itu, khasnya membaca esai-esai Taufiq Ismail, kita enteng saja diajak pada sebuah dongeng, kelakar, laporan, atau kisah ringan, padahal yang dibincangkan di sana adalah pegunungan masalah kemanusiaan nasional—internasional, yang diteroka, diingatkan, disentuh-sindir, bahkan dikritik pedas.

Dari sana sesungguhnya kita dapat pula mencermati perjalanan intelektual Taufiq Ismail dan konsistensinya dalam memusuhi penindasan. Dengan begitu, secara keseluruhan muatan buku ini tidak hanya memantulkan berbagai gagasan Taufiq Ismail tentang problem manusia dan kemanusiaan (: Indonesia), tetapi juga melengkapkan pemahaman kita pada proses kreatif dan pesan ideologisnya sekaligus.

Jamal D Rahman, Pemred Horison yang menulis Pengantar buku Jilid 2 dan 3, mencermati adanya dua hal berkenaan dengan sikap intelektualitas Taufiq Ismail. Pertama, menyangkut lingkaran masalah besar di sekitar: ideologi, perang, peradaban, dan pendidikan. Kedua, menyangkut kepekaan—kepedulian Taufiq Ismail dalam menjalankan tanggung jawab dan peran sosialnya sebagai sastrawan. (hlm. xxi). Bukankah salah satu tugas sastrawan coba mengolah peristiwa biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. “… kegelisahan pada masalah besar dan kepedulian pada masalah sederhana, tampaknya dibangkitkan oleh kesadaran pengarang pada adanya ancaman serius terhadap masalah kemanusiaan.” (hlm. xxii).

Begitulah buku jilid 2 ini pun, pada hakikatnya bermuara pada perlawanan Taufiq Ismail pada siapa, pihak mana pun, wacana apa pun, atau pemikiran dan ideologi macam apa pun yang sengaja merendahkan martabat kemanusiaan atau yang coba menyakitkan hati rakyat. Sumbernya bisa lantaran terjadi pelecehan pada pendidikan, sosial, budaya, bahasa, sastra, atau apa pun. Sekadar contoh, buka saja secara sembarang buku setebal 801 halaman ini—tentu di luar pengantar dan indeks—maka yang segera dapat kita tangkap adalah muara atas sikap perlawanan atau suara pembelaan itu.

Jika Abdul Hadi WM menyebut kepenyairan Taufiq Ismail tidak terlepas pada ketangkasan dan kemahirannya berpuisi, maka dalam keseluruhan esainya, kita pun akan tersihir oleh ketangkasan dan kemahirannya menciptakan narasi. Dalam hal ini, ada semacam kesadaran, bahwa kecantikan esai –seperti juga puisi—terletak pada permainan bahasa. Maka benarlah kiranya adagium: penyair yang baik adalah penulis esai yang baik. Taufiq Ismail telah membuktikan adagium itu. Periksa misalnya, esai “Dongeng-Dongeng Seri Hewan” (Harian Kami, 16 Desember 1967; hlm. 163—5), “Bahasa Indonesia, 2128” (Tempo, 8 November 1980; hlm. 314—8) atau esai mana pun yang termuat dalam buku ini. Jadi, di luar pesan moral atau ideologis yang disampaikannya, buku jilid 2 ini boleh juga kita tempatkan sebagai panduan menulis esai tentang perlawanan dan pembelaan yang dikemas dalam bahasa yang cantik, metaforis, dan menyentuh hati.

Jilid 3 juga berisi Himpunan Tulisan Taufiq Ismail dalam rentang waktu yang sama dengan jilid 2 (1960—2008). Yang membedakannya adalah pengelompokannya. Jika jilid 2 berdasarkan media massa yang memuatnya, jilid 3 berdasarkan ragam tulisannya. Seluruhnya ada 149 tulisan yang dikelompokkan secara tematik. Sambutan untuk buku lain menempati urutan terbanyak (55 tulisan). Berikutnya berasal dari wawancara (24 tulisan), perbandingan pengajaran sastra (23 tulisan), kesan perjalanan di Afrika Selatan (19 tulisan), obituari (18 tulisan), cerpen (tujuh cerpen, tiga di antaranya cerpen terjemahan), tulisan dari buku antologi (tiga) dan sebuah drama yang pernah dimuat Horison, Agustus 1966.

Nada tulisan dalam jilid 3 ini agak berbeda dengan buku jilid 2. Di luar tulisan tentang pengajaran sastra dan karya kreatif, sebagian besar cenderung apresiatif. Meski begitu, kita masih dapat merasakan bahwa keseluruhannya ditulis Taufiq Ismail dengan empati, dengan keharuan hati. Maka, esai-esai obituari (hlm. 259—358) dan pengantar untuk buku lain (hlm. 617—852), tidak hanya memancarkan kearifan dan aroma apresiasi, tetapi juga inspiring. Lalu, masalah apa saja yang diungkap dalam buku ini melalui beragam tulisan itu? Saya jadi ingat tulisan puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” (1965) dan “Aku Ingin Menulis Puisi, Yang” (1971).

Begitulah, seperti yang dikatakan Jamal D Rahman dalam Pengantarnya: ”membaca tulisan Taufiq Ismail, terutama esai-esainya (kita) hampir selalu berhadapan dengan kelincahan meramu pikiran, perasaan, imajinasi, dan kenyataan.” Sebuah kepiawaian mengarang yang sudah sampai maqamnya. Maka, membaca buku-buku Taufiq Ismail ini, tak perlu kita berkerut kening, meski kadang kala, nurani kita disentuhnya halus dan menyengat.

Jilid 4 memuat Himpunan Lirik Lagu (1972—2008) yang dibawakan grup musik Bimbo, God Bless, Ucok Harahap, Chryse, Niki Astria sampai ke Armand Maulana. Meski lirik lagu itu juga termuat dalam jilid 1, dua Kata Pengantar Taufiq Ismail: “Panjang Kali boleh Diukur, Panjang Sajadah Siapa dapat Menduga” (xi—xxx) dan “Rindu Menonton Konser Nabi Daud ‘Alayhissalam” (xxxi—xxxv) mengungkapkan sisi lain dari sebuah proses kreatif. Itulah yang kerap diistilahkan para penyair sebagai “wahyu” atau yang diyakini para penulis sebagai “tangan malaikat”.
***
Akhirnya, tak ada kata lain yang pantas disematkan pada keempat buku karya Taufiq Ismail ini: Bacalah! Niscaya kau akan gagal menyembunyikan kebahagian yang menyergap seketika selepas membacanya. Percayalah!

*) Pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati