Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/
Di suatu kota tinggal keluarga yang kata orang taat beragama. Mereka hidup tentram dan damai, mereka sekeluarga baik dan sopan pada tetangga. Bahkan para tetangga sering minta bantuan kepada mereka. Pemimpin keluarga tersebut sangat berpengaruh Pak Umar sebut banyak orang dan isterinya bernama Aisyah. Mereka berdua memiliki putra yang dikasih nama Yudi. Dia masih sekolah SMU didekat rumahnya. Yudi anak yang pandai karena dia selalu belajar kepada Ayahnya tentang agama dan banyak hal tentang kehidupan.
Suatu hari pak Umar menjadi pembicara pengkajian bulanan di daerah sekitar rumahnya. Sudah kebiasanya, menjadi penceramah disuatu pengajian keagamaan. Memang dia salah satu kyai yang disegani. Pak Umar berangkat dengan mengajak Yudi. Tiba saat Pak Umar mengisi pengajian, di dalam pidatonya Dia bilang “Melihat kondisi bangsa kita saat ini, kita harus banyak interopeksi diri, dan pemerintah harus segerah memberantas korupsi. Agar bangsa kita menjadi bangsa yang diridlohi Allah Swt. Dan bangsa kita menjadi makmur”. Para pendengar menganggukkan kepala tandanya setuju dengan apa yang diucapkan Pak Umar. Dua jam berlalu, banyak sudah yang ducapkan oleh Pak Umar kepada peserta pengajian dan akhirnya mereka berdua pulang kerumah.
Seorang anak biasanya meniru kebiasaanya orang tuanya, sama halnya dengan Yudi selalu menjadi pelopor pada acara diskusi soal agama di sekolahnya, sehingga Dia dapat julukan “Ustad” dari teman-temannya. Dia sangat disukai sama teman-temannya, tak jarang temanya minta tolong sama Dia untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan soal agama dengan jawaban yang bisa diterimaolehakal.
Waktu terus melaju hingga yudi harus mengakhiri masa SMU-nya dan beralih keperguruan tinggi. Dari awal dia punya rencana masuk jalur khusus, untuk masuk di perguruan tinggi yang masih satu daerah dengan dia, tapi memilki jarak yang sangat jauh. Dan dia harus meninggalkan rumah untuk kost. Yudi mulai mengurus segalanya sendirian tanpa ditemani oleh keluarganya hingga semuanya selesai dan tinggal melaksanakan perkuliahan.
Awal kuliah, yudi sangat gembira sekali kerena mendapatkan teman yang baru dan lain seperti di SMU dulu. Di dalam kelas Dia disukai oleh teman-temannya seperti dulu di SMU-nya. Bahkan sering dimintai tolong mengajari teman-temanya dalam hal mata kuliah. Memang yudi orangnya pandai dan cerdas.
Sudah sebulan Yudi kuliah, ada sedikit janggal yang dirasakannya, Dia terus berfikir.
“Oh ya, aku belum menemukan forum diskusi”.
Biasa dari SMU memang suka diskusi apalagi soal Agama. Malam tak bisa tidur, terus berfikir dimana ada kominitas diskusi “Besok habis kuliah aku harus jalan-jalan keliling kampus dulu dan tidak boleh langsung pulang”.
Pagi sudah tiba kebetulan hari itu Cuma satu mata kuliah dan sudah tidak ada tugas, jadi rencanya bisa dijalankan. Habis kuliah dia jalan-jalan keliling kampus. Tepat didepannya agak ke kiri Yudi melihat orang bergerombol
“Sepertinya orang diskusi” dalam hatinya.
Lalu dihampirinya “Lagi diskusi ya, boleh saya bergabung”. Lalu Yudi berkenalan satu satu,
“Anton, Mira, Ahmad, Ridwan, Aisyah”.
Diskusinya berlanjut lagi, menjadi tambah banyak permasalahn dengan datangnya Yudi, hingga waktu tidak bersahabat sama mereka. “ Sudah soreh” ujar Mira, “Ya, dilanjutkan nanti malam saja” Ridwan menyahut.
“Dimana?“Yudi bertanya kemereka, serempak menjawab “ Di sekret”, “Memang kalian punya?” Tanya yudi. Ahmad menjawab dan memberi alamat ke yudi, lalu pulang bersama-sama tiba sampai depan kampus mereka berpisah.
***
Yudi lansung pulang ke kost, menaruh tasnya di kamarnya dan lansung masuk kamar mandi untuk membersihkan badan. Seusai mandi Yudi mengabil buku yang dia punya, “Walaupun sedikit usang masih bisa dibaca dan tidak ketinggalan wacananya” ujar dalam hatinya. Lembar demi lembar dibukanya tak terasa adzan mahrib tiba. Sajadahnya dibentangkan dan langsung melaksanakan sholat tanpa ambil wudlu lagi, karena belum batal dari wudlu sholat ashar. Selesai sholat magrib, Yudi lansung pergi ke sekret teman-temannya tadi
“ Halloo kawan….!” Sapa Ahmad ke Yudi,
“Mana teman-teman yang lain?” Yudi menyahuti.
“Lagi makan sebentar lagi datang, itu mereka” jawab Ahmad.
Mereka diskusi lagi dan kali ini yudi agak kebinggungan karena banyak teori-teori baru yang muncul.
“Kawan aku tidak yambung” Yudi merasa binggung,
“Dengarkan aja dulu Yud nanti kamu nyambung sendiri”. Dan akhirnya mereka semua menyelesaikan diskusinya dengan banyak sekali pertanyaan bagi Yudi.
Besok paginya Yudi ketemu Ahmad
“Mau kemana, Mad?”
“Mau ke toko buku, kamu mau iku?”.
Dengan senang Yudi mengikuti Ahmad ke toko buku. Hingga sore tiba mereka pulang dengan membawa buku barunya yang tak sabar untuk dibaca.
Hari demi hari berlalu, Yudi senang mendapatkan komunitas yang baru, karena kemarin mengikuti pengkaderan sebagai syarat masuk dan menjadi anggota resmi di komunitas barunya. Hingga tak sadar dia nggak perna pulang kerumah orang tuanya hanya telfon dan kalau butuh uang minta transfer, walaupun satu kota tapi jaraknya jauh. Yudi, semua aktivis bertanya-tanya mana orangnya. Memang yudi pandai dan selalu konsisten dengan perjuangannya bahkan hampir tiap minggu tulisannya masuk di koran lokal, regional bahkan nasional juga masuk. Dengan ketelatenan dan kerajinannya membaca buku serta diskusi, menjadikan dia dikagumi oleh teman-temannya. Bahkan oleh para aktivis dari organisani kemasiswaan yang ada di kota tempat Yudi Kuliah.
***
Di rumah Yudi tinggal, Ayah dan Ibunya kangen sekali pada Yudi. Pak umar semakin terkenal dengan keahlian dan keapandaianya bercerama dihadapan publik. Hingga suatu hari ada rekanan dari politisi datang kerumahnya. Mereka memberi tawaran pada Pak Umar untuk bergabung di partainya dan langsung ditawari menjadi caleg. Tanpa berpiker panjang pak umar menyetujui. Karena itu yang menjadi keingginannya dibalik kepawaianya dan kepandaianya soal agama. Dalam hati berujar “Kesempatan untuk memasuki sistem dan merubah dari dalam prilaku politisi yang amoral”. Dan juga partai yang menawari pak Umar partai terbesar di Kotanya.
***
Masa libur kuliah telah tiba, Yudi pulang kerumah. Karena rasa kangennya terhadap kedua orang tua nya Ia cepat-cepat lari masuk kerumah, begitu di dalam rumah pak Umar dan istrinya menyambut kedatangan yudi. “ Yah, aku di rumah tidak lama, di kampus banyak kegiatan dan aku dibutuhkan sama teman-teman” bilang ke Ayahnya sambil memasuki kamarnya dan langsung merebahkan diri karena kecapean. Dua hari Yudi dirumah dan sudah waktunya kembali ke kampus.
Seminggu berlalu yudi dari rumah, di dalam organisasinya lagi sibuk menyiapkan aksi untuk mengontrol pemilu yang akan berlangsung. Sampai saat itu Yudi belum tahu kalau Ayahnya jadi Caleg dari partai terbesar di kotanya. Aktivis partai tersebut banyak melakukan dosa sosial.
Tiba di hari kampanye dengan kaget dan tersentak Yudi melihat Koran dengan Foto Ayahnya terpampam disana, dengan tulisan Caleg Jadi dari partai Pohon Kates. Saat itu juga Yudi telfon kerumah untuk memastikan tentang kebenaran apa yang barusan dilihat di koran. Dan yang menerima telfon adalah Ibunya, teryata benar itu adalah Ayahnya.
Sebulan selesai pemilahan umum yang diadakan di kotanya Ayah Yudi masuk di dewan dan jadi ketua dewan di darehanya.
***
“Bagaimana Yud, kamu masih meneruskan perjuangmu untuk melawan penindasan, walaupun kamu melawan Ayahmu sendiri” Kawan-kawan meyakinkan Yudi lagi “Setiap penindasan harus kita lawan, Ayahku sudah melakukan perselingkuhan terhadap politisi dan ini harus ditentang agar Agama tidak dijadikan komoditas politik dan membodohi rakyak”. Ujar Yudi dengan nada keras.
***
Yudi pulang kerumah pada hari libur Ayahnya, karena Dia ingin bertemu dengan Ayahnya. Sampai dirumah Dia bicara pada Ayahnya
“Yah, kenapa semua Ayah lakukan, untuk apa? Untuk Yudi, Yudi tidak butuh itu semua”
“Bukan begitu maksud Ayah, Kita harus berterima kasih pada partai Kates”,
“Apa yang perlu diterimasihkan, semua itu menjebak Ayah dengan massa yang Ayah miliki”
“Ayah sadar semua itu”
“Pokoknya Ayah harus Mengundurkan diri dan kembali lagi ke profesi Ayah sebagai pencerah Umat, kalau tidak mau Ayah berlawan dengan Yudi”
Yudi langsung berpamitan ke Ibunya untuk balik ke kampusnya.
***
Di kampus kawan Yudi menyiapkan Aksi untuk penolakan kebijakan pemerintah daerah yang tidak menguntungkan Rakyat. Dan semua itu Ayah Yudi terlibat dalam pengesahan Undang Undang yang dibuat untuk melegitimasi penindasan.
“Yud, besok kita aksi kamu jadi korlapnya kita aliansi dengan Organ Prodem yang lain”
Kawan-kawan yudi menginformasikan kepadaYudi
“Siap“ jawab Yudi.
Malam hari mempersiapkan perangkat-perangkatnya. Pagi hari Aksi dimulai, yudi berdiri paling depan dengan semangat yang berkobar-kobar. Tiba di depan kantor dewan di sana sudah di jaga ketat sekali oleh aparat Negara. Orasi bergantian menuntut pencabutan Undang-Undang yang disahkan oleh Dewan. Dan meminta ketua Dewan keluar, di tunggu lama tidak keluar-keluar. Aksi pun beruba menjadi panas, terjadi dorong mendorong antara peserta Aksi dengan aparat. Yudi kena pukul Aparat kepalanya bocor dan parah sekali, langsung dibawah kerumah sakit terdekat. Aksi dibubarkan oleh Aparat dengan banyak korban dari peserta aksi tapi yang paling parah adalah Yudi.
Kawannya mengabari ke Ibu Yudi, dan seketika itu Ibu Yudi berangkat menjenguk Yudi.
“Sudahlah Nak berhentilah melakukan demontrasi begini akibatnya” Ibunya berbisik ditelinga Yudi. Dengan nada agak keras “Tidak, tidak Mau” Yudi menjawab dengan nada agak kesakitan dikepalanya, sampai-sampai teman Yudi kaget. Yudi tidak mau pulang kerumah dan tidak mau minta Uang kekeluarganya. Beberapa hari dirumah sakit dan yudi akhirnya sembuh
Aksi besar-besaran terjadi Yudi ikut lagi, saatnya Yudi mengambil posisi di depan kawan-kawannya untuk melakukan orasi “Salam perlawanan, Kawan-kawan-kawan…..” belum sempat meneneruskan kalimatnya Yudi terjatuh dari tempat untuk orasi. “ Yudi tertembak…Yudi tertembak …” teriak barisan depan aksi demontarsi,.
Berakhir sudah perjuangan Yudi, “Kawan jangan berhenti sampai sini, perjuangan harus terus dilanjutkan walaupun orang terdekat kita yang melakukan penindasan…! harus kita lawan…!” “Yud bertahanlah“
“Aku tidak kuat lagi, sampaikan kepada Ayahku, menyerah dan cepat-cepat melakukan pengakuan dosa pada masyrakat yang ditindasnya.”“
Yud, bertahanlah…”
“Kawan-kawan lanjutkan perjuangan kita sampai ketidakadilan musnah di bumi ini”.
Bunga-bunga bertebaran dimana-mana seiring kepergian Yudi. Dan Aksi menjadi semakin besar
Malang, 2004
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 01 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar