Senin, 26 Juli 2010

Seketsa Kabut Kabut Silam

Sabrank Suparno
http://www.sastra-indonesia.com/

*) Raja Malaikat Kepincut Bumi

Seperti biasanya, Arsy, istana langit tak pernah sepi. Milyatan malaikat berkumpul mengelilingi Alloh. Tak ada pemandangan lain. Sejauh hamparan mata memandang ruang tak terbatas hanya dipenuhi wajah malaikat. Suara bergemuruh, berkumandang menggema. Tak lain lagi lantunan irama tasbih. Pagi, siang tiada henti. Malaikat itu makhluk statis. Susunan tubuhnya hanya satu jenis partikel zat yang di sebut cahaya. Statis-tetep, tidak bisa berkembang atau memuai. Barangkali kalau dunia ilmuwan modern sekarang menemukan dua zat yang baru lagi yang disebut Bozon dan Firmon. Mungkin partikel sel kromosom malaikat lebih tercipta zat Firmon tersebut. Firmon bukan cahaya dalam bentuk cahaya fisik berkilauan. Tetapi menjelma wujut sang malaikat atau bidadari penolong yang benderang dalam hati, fikiran buntu, judeg, BeTe, kemudian tiba-tiba merasa lega, semangat hidup tumbuh kembali, masalah dengan mudah di atasi, itu lebih karena cahaya Firmon. Cahaya yang bukan cahaya lampu atau matahari. Cahaya fisik hanya menerangi ruang pandangan mata, tetapi cahaya Firmon menerangi hati dan fikiran yang ”notabenenya” tak meruang dan tak mewaktu.

Suatu hari Alloh mengumumkan hari libur, cuti, kepada para malaikat. “ Wahai para malaikatKu, hari ini Aku izinkan kalian semua berlibur. Bertamasyahlah ke seluruh planet yang telah Aku sebarkan. Terbanglah semampumu untuk mengetahui luasnya ruang yang telah Aku bentangkan “. Suruh Alloh sang raja Theokrasi. Ketika itu malaikat masih diwakili lima staf tertinggi. Yakni Azazil, Jibril, Mikail, Izro’il, dan yang terakhir Isro’fil. Karena kehidupan bumi belum ada, manusia belum tercipta, staf Rokib, Atid belum ada. Sebab belum ada tugas nyatat amal baik buruk manusia. Begitu juga Munkar-Nakir juga belum terbentuk. Sebab belum di tugasi mencabut nyawa kehidupan. Pun jua demikian Malik dan Ridwan. Mereka masih tercipta di alam angan untuk mengawasi sorga dan neraka.. Dari 5 malaikat tersebut diatas ada salah satu malaikat yang paling dibanggakan dan di kagumi Alloh. Dia di juluki “ Syayyidul Malaikah “, sesepuh para malaikat. Dia adalah Azazil. Alloh memberi Azazil kelebihan khusus di segala bidang dari pada 4 saudaranya. Azazil di kenal malaikat yang paling taat kepada Alloh. Sedang yang lain hanya berada dibawah stratanya Azazil.

Bersemburatlah para malaikat. Mereka keluar dari Arsy tempat Alloh bersemayam, Melesat cepat dari pintu-pintu Sidrotul Muntaha. Mereka meluncur keberbagai penjuru mata angin dan dua arah vertikal-horisontal. Karena malaikat tercipta dari cahaya dan berbentuk cahaya, maka tak heran jika kecepatan terbang malaikat bisa mencapai 10 x 1010 km/dt. Dalam beberapa jam saja para malaikat itu sudah menempuh jarak sejauh bermilyar-milyar tahun cahaya. Akan tetapi saking luasnya cakrawala yang digelar Alloh, tak sanggup juga malaikat merampungkan perjalanannya. Tak sanggup dan tak pernah sanggup. Sangking luasnya jajaran century dan sangking banyaknya gugusan ganesa.

Terhitung sekian milyart tahun cahaya, para malaikat itu berdatangan pulang kembali ke haribaan Alloh. Yakni Jibril, Mikail, Izro’il dan Isro’fil. Tetapi Azazil tak kelihatan batang hidungnya. Kemana gerangan Azazil? Karena tidak ada yang mengetahui, akhirnya Jibril disuruh pergi kembali mencari keberadaan Azazil kakak tuanya.

Jibril kini mendapat misi ke dua meluncuri jagat raya. Tetapi bertugas mencari kakak tuanya, Azazil, dan bukan seperti tugas semula, bertamasya. Jibril memasang strategi ultra modern. Hal ini karena intensitas proyek yang ditanganinya tergolong mega-sulit. Tak hanya teknologi infra-red, Bluetoot, Wi-fi saja yang diandalkan. Tetapi juga memakai teknik bias pikrometer dan blue energi yang belum dan masih akan ditemukan ilmuwan tahun 2020 mendatang. Kecanggihan mega teknologi Jibril ini tak pelak dengan cepat, Jibril mendapatkan deteksi yang akurat mengenai keberadaan Azazil. Ternyata Azazil sedang asyik bersantai di planet yang bernama bumi. Pada waktu yang bersamaan seolah hand phon Jibril dapat SMS dari Alloh, agar Jibril kalau beretemu Azazil, Jibril diberi kewenangan memaksa Azazil pulang. “ Mas Azazil! aku disuruh Alloh untuk memaksa panjenengan pulang “. Azazil berkomentar untuk tidak bersedia pulang. “ Jibril, sampaikan kepada Alloh meskipun aku di bumi, tetap saja aku bertasbih dan bersujud ke Alloh. Kita ini kan makhluk statis. Meskipun di bumi tetap saja yang kita kerjakan kebaikan. Aku gak krasan di langit, jenuh. Bril……… apa kamu gak merasa! Bumi ini planet masa depan yang mengasyikkan. Di bumi ini nanti akan ada, dan dihuni makhluk yang tingkahnya harmoni dan bersahaja. Ada panjang-ada pendek, tinggi-rendah, tua-muda, atas-bawah, sedih-suka, laki-laki dan perempuan, ada cowok-cewek yang saling berpandangan dan kemudian jatuh cinta. Woww…asyik men….! “ Jadi mas Azazil membantah disuruh Alloh pulang “! Tegas Jibril. Tak urung perkelahian terjadi. Akan tetapi karena Azazil terlalu sakti, Jibril dengan mudah dilempar begitu saja.

Akhirnya Jibril kembali melapor perihal yang terjadi pembangkangan Azazil tersebut. Rapat sidang pleno istana langit kembali digelar. “Rupanya Azazil kesengsem, tertarik dengan bumi yang Aku ciptakan. Dia rupanya jatuh cinta terhadap ciptaanku dan melupakan Aku. ”Oke!, sekarang giliranmu Mikail, turun ke bumi, ambil tanah lempung yang paling baik. Posisi tanah yang baik berada di sekitar kutub selatan dan dekat katulistiwa. Aku hendak membikin saingan cinta untuk menandingi Azazil di bumi. Ayo kita bikin manusia dengan nama Adam“.

*) Tanah Lempung Adam Terbuat Dari Tanah Jawa

Bergegaslah Mikail meluncur ke bumi. Diincarlah tanah subur se-dunia yang posisinya dekat dengan kutub selatan. Dijumpailah tanah yang bernama Jawa. Jauh sebelumnya sudah di adakan study riset di laboratorium of cakrawala. Tanah yang paling subur sedunia diakui negara manapun adalah hamparan Nusantara. Di wilayah nusantara inipun masih di mainset lagi arahnya untuk bisa disebut tanah unggul dan produktif, syaratnya harus ada banyak gunung berapi dan sungai. Maping area di kecilkan lagi dan di temukanlah Jawa Timur. Sebuah wilayah kecil dengan jumlah gunung merapi terbanyak, tanahnya subur, gembur gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo. Jenis tanaman apa saja tumbuh dengan baik. Kala pagi, sunrise mengintip di ufuk timur. Sinarnnya menerpa dahan-dahan dan dedaunan. Memancar senyum menyaput embun. Jika kilau mentari menerpa bumi pagi itu, sesungguhnya adalah sinar yang telah terpancarkan sejak berjuta-juta tahun lalu di suralaya. Kalau si muka bumi manusia mengalami apa saja hari ini, ketemu jodoh atau kekasih misalnya, sesungguhnya itu sudah di mainset langit sejak di alam ruh dahulu. Burung pagipun mencandai pagi dengan ocehnya. Sambil berloncat, bertelanting diantara dahan. Sesekali menukik bawah, incar ulat, serangga melata. Beraneka bunga mekar tebarkan semerbak harum aneka warna, penuhi pelupuk mata. Tiada negeri seindah Nusantara Jawa ini. Tidak ada sinar mentari dibelahan bumi manapun yang sinarnya sesumringah di bumi Nusantara. Sungguh sorga seakan pernah bocor, dan cipratannya menjadi Nusantara raya ini. Kemungkinan besar tanah lempung yang di bikin sebagai Adam dahulu adalah tanah Jombang. Kalau kita menggeledah, melihat kamus Bahasa Indonesia arti makna Jombang adalah “ tampak elok/cantik. Artinya bakal makhluk yang paling sempurna, paling cantik, yang di lengkapi dengan akal dan budi. Lantas Jombang bagian mana ? Desa apa namanya ? Ilmuan dan ahli kebatinan harus meriset secara ilmiyah, sebab sejauh ini hanya kabut tebal pekat menghalau daras pandangan .

Misi Mikail sebagai penerus gerakan Jibril tidak segampang itu. Sebab seluruh ion-ion atom bumi rupanya sudah didoktrin Azazil untuk memberontak. Indoktrinisasi Azazil berhasil rapi, hingga seluruh jajaran bumi sepakat kalau sebagian tubuhnya di ambil dan di jadikan bahan mentah Adam, bumi menolak.Bumi juga bentangkan sepanduk berdemonstrasi menolak perihal keberadaan manusia di bumi. Bumi meyakini manusia kelak hanya berpotensi merusak bumi dan mengalirkan pertumpahan darah.

Yang dihadapi Mikail lebih berat dari pada Jibril, sebab Azazil menerapkan politik double standtar. Di satu sisi harus menghadapi Azazil, di sisi lain menghadapi bumi itu sendiri. Kekuatan Mikail belumlah sebanding dengan kesaktian Azazil, kecerdikan Mikail dalam berpolitik praktis juga belum sepiawai Azazil. Akhirnya Mikail mengalami kekalahan yang sama dengan Jibril. Ia terpental dan terpukul mundur. Alloh pun segera kirimkan delegasi ke tiga.Yakni Izro’il. Tetapi usahanya serasa sia-sia. Nasib Izro’il tak beda jauh dengan Jibril dan Mikail. Seolah Alloh sudah putus asa. Pasukan langit tinggal satu batalion lagi. Yakni pasukan yang dipimpin Isrofil. Agar Isrofil tidak membikin malu dan membuahkan hasil, Alloh membombardir gerakan Isrofil dengan keras. Alloh juga mengklaim Isrofil, jika gagal dalam misinya. “ Wahai Isrofil…..! Kalau engkau kalah juga dalam melawan kakakmu Azazil, maka tidak Saya perkenankan kembali ke istana langit ini, ingat! camkan baik-baik! “ ancam Alloh. Isrofilpun berangkat. Belajar dari kekalahan tiga kakaknya membuat Isrofil berfikir. Serangan Isrofil berbeda haluan dengan kakak-kakaknya. Isrofil menitik beratkan dengan cara diplomasi dari pada pertumpahan darah, adu kanuragan, dan perhelatan fisik. Konsep pertarungan Isrofil; sepandai-pandai tupai melompat pernah jatuh juga. Sekuat, sesakti apapun kedigjayaan Azazil pasti ada teledornya. Dalam satu hari saja hidup, ada kalanya “ kanggonan joyo “ ada kalanya “ kanggonan apes “. Aji sirep megananda dirapal. Ramuan bedak dioplos dengan asap mesiu dan dicampur obat bius segera ditaburkan. Agaknya tidak sia-sia usahanya. Pada jam yang sudah diperhitungkan berdasarkan pasaran neptu hari, Azazil mulai menguap, matanya merah, daya tahan tubuhnya lemes lunglai. Pada saat itulah Isrofil membujuk bumi untuk mengadakan pertemuan tertutup. Siapa saja dilarang meliput, termasuk wartawan dan media masa. Dalam perjanjian tertutup itu disepakati naskah draf perjanjian, Adapun salah satu konsesi perjanjian itu; Isrofil berjanji mengambil tanah lempung dari bumi dan untuk dibikin adam. Dan apabila Adam sudah mati, jasadnya dipersembahkan lagi sebagai santapan bumi. Kesepakatan ini ditanda tangani kedua belah pihak.

Mengingat keadaan genting, takut keburu Azazil tersadar dari tidurnya, dengan cepat kilat Isrofil menyaut sebat tanah lempung. Sebelum mengepal segenggam tanah di olak-alik lebih dulu. Dilihatlah semua jenis tanah di Jombang. Mula-mula Isrofil menggali tanah di desa Mojokuripan. Namun waktu itu pohon mojonya mati, dan baru di hidupkan kembali, makanya disebut Mojokuripan. Kalau pohonnya mati berarti tanahnya tandus dan kurang bagus. Terus Isrofil bergeser ke timur. Tetapi jenis tanahnya jeblok, lemor atau terlalu becek, tentu sulit jika dibuat patung Adam nanti. Isrofil bergeser ke barat, tetapi tanahnya tambah padas dan keras, makanya disebut desa Badas, kemudian bergeser ke utara, di temui desa Balongrejo, tanah yang berbentuk balong atau jublang, atau rawa-rawa. Isrofil bergeser ke barat, malah bertemu ikan lele. Makanya disebut desa Nglele. Lele adalah jenis makhluk biotik, padahal yang dibutuhkan adalah tanah, , makhluk abiotik. Isrofil meloncat ke barat. Namun cuma bertemu tanah yang berbentuk hutan ( wono ) yang rapi ( kerto ). Dari desa Wonokerto inilah kemudian Isrofil bergeser ke timur. Di sini ada tanah yang di tumbuhi jenis pohon ploso yang kerep(rindang berjajar). Tempat ini bernama desa Plosokerep. Dimungkinkan Isrofil mengambil tanah di Plosokerep ini, ia merasa aman dari jagaan Azazil. Sambil ngumpet di antara rerimbunan pohon ploso yang kerep, Isrofil beranggapan kecil tidak mudah diketahui Azazil. Isrofil menyelinap-nyelinap di antara pohon ploso. Sampailah Isrofil di Plosokerep bagian timur.

*) Penjaga Surga, si Naga & Burung Garuda

Ditempat ini terdapat parit sungai kecil. Sungai yang meskipun kemarau ranau kering kerontang mata airnya tetap mengalir bening. Sumber air yang mengalir berasal dari cela-cela pemulu serabut akar kambium pepohonan. Menetes demi setetes mengalir gemercik. Di tempat inilah Isrofil mengais dan meraup segenggam tanah. Setelah tanah tergenggam, segera beranjak cepat melesat menuju cakrawala. Layaknya pesawat super sonik buatan Rusia, Isrofil sekejap saja sudah sampai di perbatasan atmosfer dan ruang hampa udara. Karena terlalu cepat, tanah dalam genggaman Isrofil itu ada yang semburat dari sela jari-jemarinya. Punceratan tanah itu nyaris menjadi dataran tanah kecil sebuah desa. Isrofil berpesan pada bumi, agar suatu saat nanti desa itu diberi nama ”Dowong”. Yang berasal dari bahasa jawa “kondo o lek lemah iki biyen cikal bakale dadi wong”. Wong, dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan manusia.

Perjalanan pulang Isrofil tidak segampang itu. Sesampai di perbatasan atmosfer dan ruang hampa, tiba-tiba Azazil terjaga dari tidurnya. Menyadari apa yang terjadi, bahwa bumi telah di curi, Azazil tersentak jenggirat mengejar Isrofil. Di perbatasan atmosfr nilah Isrofil tertangkap. Dalam pertempuran itu Isrofil lontarkan debat argumentasi. “ Aku ke bumi mengambil tanah lempung bukan keinginanku sendiri, melainkan disuruh Alloh, jadi aku tidak ada urusan dengan siapapun kecuali dengan Alloh. Kalau engkau tidak terima, jangan marah kepadaku, protes saja sendiri kepada Alloh “. Mendengar argumen diplomasi Isrofil selihai ini, Azazil tidak bisa menjawab. Azazil berfikir ”Isrofil dapat dengan mudah aku kalahkan, tetapi dengan Alloh..!”. Cara diplomasi model Isrfoil ini paling efektif bermutu dan rasional. Apalagi jika dipakai konsep toriqot hati. Mengerjakan seseatu dalam hidup hendaknya ihlas. Bukan karena cuma ingin dipandang makhluk. Sebab makhluk menilai kita hanya sebatas usianya saja. Jika makhluk sudah meninggal, berakhir pula penghargaan citra imag buildingnya ke amaliyah kita. Akan tetapi jika kita menyandarkan amal energi kita ke Alloh, maka sampai kiamatpun tetap kita jumpai, tidak hanya sebatas usia manusia saja.

Tanah lempung sudah berhasil dibawah ke istana langit. Semua malaikat dikumpulkan. Seperti niat awal, Alloh berkehendak membikin manusia di bumi sebagai saingan cinta terhadap Azazil. Para malaikat memulai proyeknya atas intruksi intensif Alloh. Karena Alloh adalah satu-satunya desain grafik calon gambar jadinya manusia. Di dalam desain interior dan exterior Adam, ditetapkan bahwa ukuran telapak kaki Adam sepanjang 60 dhiro’. Sedang 1 dhiro’nya lebih kurang sepanjang ujung kuku sampai siku tangan manusia dewasa. Penciptaan manusia ini adalah proyek langit yang paling berat. Perdebatan kesempurnaan terus terjadi di antara insinyur para melaikat mengenai kegunaan, fungsi serta sebab akibat. Proyek pengadaan Adam ini memakan waktu enam masa. Proyek ini juga berhasil menyabet gelar piala rekor aworld sebagai makhluk terbaik yang dilengkapi dengan akal. Perdebatan malaikat yang paling tajam adalah saat membikin kemaluan Adam. Usulan bertubi-tubi dari berbagai fraksi legislatif. Interupsi yang dilancarkan dari 75% fraksi yang hadir, agar ukurannya di perkecil dari ukuran sketsa semula. Alasan interupsi adalah “alat vital satu ini, yang akan menjadi biang kerok keributan dunia. Dibikin kecil saja sudah menghebohkan dunia dengan pemerkosaan dan perselingkuhan, apalagi jika dibikin besar”. Atas dasar perhitungan dan kebijaksanaan yang proporsional akhirnya usulan di setujui Alloh. Proses pembentukan Adam memasuki tahap finishing, ditiupkannya ruh jadilah Adam. Adam memang tercipta dari tanah lempung, akan tetapi bukan karena tanah lempung itu Adam dicipta. Karena apa ? Karena kreatifitas murni ide Alloh. Teori toriqoh ini dapat dikembangkan ke berbagai lelaku kehidupan. Semisal kalau manusia bisa sekolah dan kuliah itu bukan karena orang tuanya kaya, tetapi karna Alloh mengijinkanya. Layaknya manusia tidak perlu sombong. Banyak anak orang kaya yang tidak di takdirkan sekolah dan kuliah. Alloh memang berniat membikin Adam, tetapi hanya ide. Sedang team pelaksananya adalah malaikat. Artinya copyright pihak pertama belum tentu dan sah dilakukan UU oleh pihak kedua. Perusahaan McDonald, KFC dan lain-lain adalah copyright orang Amerika. Akan tetapi perusahaan McDonald dan KFC di Indonesia tidak harus dikerjakan orang Amerika, melainkan sah di masak anak-anak paribumi, asalkan resepnya sama dengan desain resep menu yang ada di Amerika.

Sementara itu Azazil makin akrab dengan bumi. Apalagi dengan pulau jawa. Di pulau jawa, untuk menyebut kata Azazil tentu sulit lidahnya. Di jawa Azazil diganti namanya menjadi Idhajil atau Dajjal. Makanya kalau ada orang yang bertingkah niru Azazil yang gampang kesemsem dengan ciptaannya Alloh, dan melupakan yang mencipta disebut gejajilan.

Kabar terciptanya Adam terdengar langsung sampai kepelosok bumi. Hal ini membuat Idhajil kebakaran jenggot, dan naik pitam. Idhajilpun naik ke langit hendak protes ke Alloh. Ia pergi ke surga tempat proyek pembuatan Adam dikerjakan. Semua media masa memuatnya, termasuk televisi gabungan BBC antariksa.

Tapi na’as bagi Idhajil. Di pintu sorga pertama dijaga oleh naga raksasa besar yang kejam dan bengis. Kesaktian Idhajil tak sangup menandinginya. Namun Idhajil cerdik, ditungunya naga itu dengan sabar. Ketika naga itu menguap, terbukalah mulutnya lebar-lebar. Idhajil kemudian menyelinap masuk melalui mulut naga. Setelah Idhajil dikeluarkan menjadi tai, barulah Idhajil berhasil masuk ke sorga pertama. Di pintu surga kedua, Idhajilpun kesulitan lagi, di pintu ini dijaga burung garuda besar yang kejam dan bengis. Idhajil harus mencari cara. Ia mengubah dirinya menjadi ulat. Di depan garuda ia berkeliat-keliat. Melihat ulat berkeloget, naluri Garuda sebagai pemangsa karnivora tergugah. Dipatoklah ulat tersebut. Setelah dikeluarkan menjadi tai, barulah Idhajil jatuh kesorga dan menemui Adam. Melihat seluruh jajaran malaikat lengkap, untuk menghargai karya besar Alloh yang berupa Adam, semua malaikat disuruh bersujud kepada Adam. Semuanya sujud menghormati Alloh, kecuali Idhajil. Idhajil malah sombong dengan pengingkaran kebodohannya. Bahwa dirinya mengira tercipta dari gen berkelas tinggi. Yakni gen cahaya yang merupakan bayangan Alloh. Alloh menyuruh malaikat bersujud pada Adam hanya untuk menghormati karya Alloh, dan bukan menyembah Adam sebagai Tuhan. Pada saatnya nanti Nusantara pasti akan menjadi central pusat dunia. Sebab ceceran negara kepulaun yang membentang dari Sabang sampai Merauke adalah akibat gempilnya retakan surga jaman alam malakut dulu. Ketika itu Azazil malakukan kesalahan pertamanya. Saat itu Alloh mengadakan kontes desain mode cahaya. Hal yang menakjubkan terjadi. Cahaya hasil desainan peserta dari para malaikat sangat memukau. Memanjang berwarna-warni, meliuk-liuk kilaunya, memancar ronanya dengan kilatan hingar bingar. Dan hasil kontes cahaya waktu itu diabadikan sampai sekarang. Dan akan dipertontonkan kemegahan cahaya surga itu bagi manusia kelak yang mampu memasukinya.

Sejak awal Idhajil memang dianugerahi kahebatan lebih oleh Alloh. Tetapi kehebatan itu sekaligus kekurangan dia. Dalam kontes cahaya inipun Idhajil meraih juara utama. Saking gembiranya, karena menjadi pemenang, Idhajilpun berpesta. Ia mabok sembari berdansa. Terlalu asyik berjoget, Idhajil tak sadar tangannya menyentuh dinding pagar tembok sorga. Pagar surga itu kemudian retak, ambrol, dan berjatuhan kebumi. Jejatuhan puing-puing pagar surga itulah yang berserakan dan menjadi jajaran pulau Nusantara raya ini.

Kapan mimpi manusia penghuni Nusantara ini menjadi kenyataan? Nusantara yang makmur bersahaja bagaikan di sorga. Untuk memasuki Sorga Nusantara baru tidaklah mudah, kecuali kita suatu saat penghuninya mampu menggabungkan dua kekuatan besar ’si Naga dan si Garuda’.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati