Iwan Gunadi
http://www.lampungpost.com/
Tak sedikit pekerja film, sinetron, dan musik tersohor di Indonesia mengakui pentingnya peran manajer untuk kemajuan karier di dunia seni masing-masing. Tak heran kalau kemudian mereka meminta teman dekat, salah seorang anggota keluarga, suami, atau istri menjadi manajer mereka.
ADA pula yang meminta atau menerima tawaran dari perusahaan yang menyediakan jasa manajemen artis. Kesadaran akan pentingnya peran tersebut memang memicu sejumlah pihak mendirikan perusahaan jasa pengelolaan artis. Ya, mereka menyebutnya manajer artis untuk pelakunya dan manajemen artis untuk aktivitasnya.
Kesadaran semacam itu mungkin tak hanya ada di kalangan para pekerja film, sinetron, dan musik tersohor di Indonesia, tapi juga para pelaku seni rupa, seni tari, seni teater, atau bahkan seni sastra. Tapi, untuk empat kelompok terakhir, kesadaran itu kemudian tak segera atau bahkan sama sekali tak menjadi kenyataan, apalagi kelaziman.
Perbedaan tingkat persentuhan masing-masing bidang seni dengan napas industrialisasi memang berbeda. Sebab itu, unsur komersialisasi masing-masing bidang seni itu pun tak sama. Bahasa sederhananya, tingkat penghasilan di masing-masing bidang seni berbeda. Sementara ini, di Indonesia, tingkat penghasilan di bidang film, sinetron, dan musiklah yang memungkinkan para pelakunya mampu menggaji seorang atau beberapa orang dalam suatu tim manajemen artis untuk membantu perkembangan kariernya. Itu pun terutama hanya berlaku untuk mereka yang sudah masuk kategori bintang, seperti pemain film, pemain sinetron, pemusik, atau penyanyi terkenal tadi.
Namun, apakah mereka sudah memanfaatkan dukungan manajer artis atau manajer seniman itu semaksimal mungkin? Jawabannya terbilang mudah: belum. Simak saja pengakuan beberapa di antara mereka dan juga sejumlah manajer artis itu sendiri tentang peran yang biasa dilakoni seorang manajer artis. Menyiapkan pelbagai kebutuhan fisik seperti kostum, mengatur wawancara dengan wartawan, membalas surat-surat penggemar, menyiapkan kontrak kerja dengan pengguna jasa, dan mengelola keuangan, inilah sejumlah peran yang sering mereka sebut di beberapa tayangan infotainment.
Sementara, kegiatan yang berhubungan langsung dengan kerja artistik dan estetiknya tetap menjadi hak dan wewenang sang artis. Si artis masih menjadi pengendali utama atau bahkan pelaku tunggal manajemen proses kreatif secara menyeluruh. Kalau hanya itu yang dilakukan, peran manajer artis cenderung hanya mempermudah kegiatan “terutama” fisik atau psikomotorik yang tak perlu dilakukan seorang pemain film, pemain sinetron, pemusik, atau penyanyi terkenal.
Ada yang salah dengan pemahaman tersebut? Boleh jadi, tidak ada yang salah. Sebab, di negeri ini, manajer artis hanya menempatkan artis sebagaimana orang lain kebanyakan yang menyandang profesi berbeda. Bedanya, orang lain yang berprofesi berbeda tak membutuhkan pihak atau orang lain untuk membantu meringankan kegiatan “terutamna” fisik atau psikomotoriknya ataupun membutuhkan pihak atau orang lain itu, tapi tak mampu membayarnya. Jadi, manajer artis tak akan berbeda dengan manajer mubalig atau manajer politikus kondang, misalnya. Pemahaman seperti itulah yang banyak dikembangkan penjual dan pengguna jasa tersebut di sini untuk terminologi “manajer artis”, termasuk aktivitasnya alias terminologi “manajemen artis”.
Sesungguhnya, cakupan pemahaman manajemen artis dapat diperluas hingga ke pengelolaan pelbagai persoalan yang berhubungan dengan kerja artistik dan estetik sang artis. Bukan cuma mengelola pelbagai kegiatan fisik atau psikomotorik. Jadi, manajemen artis meliputi manajemen proses kreatif dan bukan proses kreatif. Kalau hal itu yang dilakukan, manajemen artis tentu akan berbeda dengan manajemen mubalig atau manajemen politikus, misalnya, karena bidangnya memang tak sama.
Kalau manajemen artis diperluas seperti itu, manajer artis juga tak sekadar menyiapkan tim kreatif yang bertugas menyokong gagasan-gagasan baru untuk kelompok pelawak, misalnya. Lebih dari itu, manajer artis dapat berperan sebagai dokumentator artistik dan estetik yang lengkap sekaligus kritikus yang mumpuni untuk kemajuan pencapaian artistik dan estetik kelompok pelawak yang dimanajerinya dalam setiap pementasan lawak.
Dalam manajemen kelompok pelawak seperti itu, peran manajer artis dapat dimulai dengan membantu kelompok pelawak itu menyiapkan tema yang cocok dengan penikmatnya dan media apa yang dimanfaatkannya, seperti media cetak, radio, atau televisi, baik siaran secara langsung maupun rekaman. Kalau akhirnya harus mengulang tema yang sama, manajer artis harus mampu membantu mencari perspektif yang berbeda. Ketika tema sudah menjadi materi cerita yang lengkap atau sekadar panduan kasar, memilih pelawak yang cocok untuk suatu tokoh merupakan pekerjaan lain yang juga dapat dibantu manajer kelompok pelawak. Kalau pelawak A kembali harus memerankan tokoh dengan karakter dasar yang sama dengan tokoh dalam pementasan sebelumnya, misalnya, manajer kelompok pelawak harus sanggup turut mencari pembedanya. Pencarian pembeda perspektif dan perincian karakter tersebut tentu sebaiknya tetap dalam jalur pencitraan yang selama ini dibangun kelompok pelawak itu. Di situlah kemampuan dokumentatif dan kekritikusan manajer kelompok pelawak itu bekerja.
Sebelum pemain film dan pemain sinetron menerima atau mendapatkan peran tokoh tertentu, manajer artis harus dapat membantu memutuskan apakah peran itu pantas diambil atau tidak. Kalau diambil, apa pertimbangannya: tantangan akting atau komersial semata, misalnya.
Kalau peran itu kemudian diambil, manajer artis kudu mampu membantu mengekpslorasi karakter tokoh itu sesuai dengan tuntutan skenario, menganalisis perbedaannya dengan karakter tokoh-tokoh yang sebelumnya pernah diperankan si artis, menemukan akting yang berbeda dengan akting untuk karakter-karakter sebelumnya yang mungkin mirip atau bahkan sama persis, serta menciptakan komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan film atau sinetron itu, terutama produser, sutradara, dan penulis skenario. Untuk semua itu, manajer artis tentu butuh data yang akurat. Di titik itulah, kemampuan dokumentatif dan kekritikusan juga dibutuhkan manajer pemain film atau sinetron.
Untuk manajer pemusik atau penyanyi, fokus manajemen proses kreatif tentulah lagu, mulai dari proses penciptaan, penafsiran, hingga perekaman atau pementasannya. Manajer penyanyi, misalnya, tentu harus mampu membantu penyanyi memilihkan lagu yang cocok dengan karakter vokal penyanyi tersebut dan media penyampaiannya, yakni melalui produk rekaman atau nonrekaman (di depan khalayak). Tema lagu di negeri ini yang cenderung bermain di wilayah yang seragam, yakni cinta, sering kali menjadi titik krusial untuk mengeksplorasinya. Belum lagi aransemen musiknya yang juga cenderung tak berbeda secara signifikan. Sebab itulah, eksplorasi yang bertujuan menciptakan perbedaan pendekataan menyanyi bukanlah proses pencarian dan penemuan yang mudah. Dukungan kemampuan dokumentatif dan kekritikusan yang lebih perinci pun sangat dibutuhkan manajer penyanyi.
Bahasa mestinya menjadi satu dari dua titik perhatian penting manajer sastrawan. Sebab, bahasa merupakan media untuk sastrawan mewujudkan gagasannya. Pada saat yang bersamaan, gagasan atau apa yang akan dibahasakan melalui karya sastra merupakan satu hal penting lain yang mesti dihatikan. Yang tak mudah tentulah mengelola tarik-menarik atau ketegangan antara bahasa dan apa yang akan dibahasakan atau tarik-menarik antara bentuk dan isi karya sastra itu. Bagaimana menempatkan proses ketegangan itu dalam konstelasi karakter karya-karya sang sastrawan dan sejarah kesusastraan di Tanah Air adalah hal lain yang juga tak selayaknya dilewatkan manajer sastrawan dalam menata proses kreatif sang sastrawan.
Dengan pemahaman manajemen proses kreatif seperti itu, tak gampang memang menjadi manajer seniman. Walau tak mesti menjadi sekaliber kritikus, manajer seniman tetap mesti mampu menjadi pemuji dan pencela yang mumpuni untuk kemajuan artistik dan estetik sang seniman. Sebagai pemuji atau pencela yang mumpuni, selain mampu melontarkan pujian yang tak memabukkan dan celaan yang tak menghancurkan disertai alasan-alasan yang rasional dan solusi-solusi yang dapat diterapkan sang seniman, manajer seniman sekurangnya dapat menjadi pendamping atau jembatan penghubung yang produktif ke arah kemajuan kualitas dan kuantitas karya-karya kreatif sang seniman. Apalagi kalau manajer seniman juga dapat menjadi pendamping atau jembatan penghubung ke penemuan keunikan karya-karya hingga menjadi trade mark sang seniman kalau memang seniman tersebut belum menemukan karakter yang khas untuk karya-karyanya.
Idealnya, peran manajer seniman dilakukan pihak atau orang lain. Bukan sang seniman sendiri. Kalau penghasilan sang seniman sangat besar dan tuntutan kegiatan manajemen seniman memang banyak, kegiatan manajemen seniman dapat melibatkan pekerja yang banyak. Kalau kebutuhannya memang hanya satu dua orang, ya cukup sejumlah itu.
Namun, ketika dukungan keuangan sangat tidak memadai, seniman tentu harus realistis. Dia mesti rela berperan ganda sebagai manajer untuk dirinya. Dalam kondisi seperti itu, tentu tak semua aktivitas manajerial dapat dilakukan. Pelbagai aktivitas yang sangat substantif memengaruhi kemajuan kualitas dan kuantitas karya sepantasnya lebih diprioritaskan. Artinya, seniman yang tak mampu menggaji manajer harus bekerja lebih keras karena tak ada pihak lain yang membantunya.
Meski dukungan keuangan sangat tak memadai, seniman sebetulnya masih berpeluang punya manajer selama ada komunitas seni yang sudi mengambil peran tersebut. Komunitas seni itu bisa membentuk divisi atau kelompok kerja yang melakukan kegiatan manajemen seniman. Sang seniman selayaknya menjadi anggota komunitas seni tersebut. Komunitas seni itu bisa melakukan kegiatan manajemen seniman itu secara cuma-cuma atau menerapkan tarif fee tertentu dari setiap karya yang sudah mendatangkan uang. Catatannya, tarif tersebut tentu tak memberatkan seniman dan sekurangnya dapat turut membantu komunitas seni itu melanjutkan kegiatan manajemen seniman yang menjadi anggotanya. Pokoknya, win-win solution-lah.
Iwan Gunadi, Peminat Seni
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar