Kamis, 05 Agustus 2010

Manajemen Proses Kreatif

Iwan Gunadi
http://www.lampungpost.com/

Tak sedikit pekerja film, sinetron, dan musik tersohor di Indonesia mengakui pentingnya peran manajer untuk kemajuan karier di dunia seni masing-masing. Tak heran kalau kemudian mereka meminta teman dekat, salah seorang anggota keluarga, suami, atau istri menjadi manajer mereka.

ADA pula yang meminta atau menerima tawaran dari perusahaan yang menyediakan jasa manajemen artis. Kesadaran akan pentingnya peran tersebut memang memicu sejumlah pihak mendirikan perusahaan jasa pengelolaan artis. Ya, mereka menyebutnya manajer artis untuk pelakunya dan manajemen artis untuk aktivitasnya.

Kesadaran semacam itu mungkin tak hanya ada di kalangan para pekerja film, sinetron, dan musik tersohor di Indonesia, tapi juga para pelaku seni rupa, seni tari, seni teater, atau bahkan seni sastra. Tapi, untuk empat kelompok terakhir, kesadaran itu kemudian tak segera atau bahkan sama sekali tak menjadi kenyataan, apalagi kelaziman.

Perbedaan tingkat persentuhan masing-masing bidang seni dengan napas industrialisasi memang berbeda. Sebab itu, unsur komersialisasi masing-masing bidang seni itu pun tak sama. Bahasa sederhananya, tingkat penghasilan di masing-masing bidang seni berbeda. Sementara ini, di Indonesia, tingkat penghasilan di bidang film, sinetron, dan musiklah yang memungkinkan para pelakunya mampu menggaji seorang atau beberapa orang dalam suatu tim manajemen artis untuk membantu perkembangan kariernya. Itu pun terutama hanya berlaku untuk mereka yang sudah masuk kategori bintang, seperti pemain film, pemain sinetron, pemusik, atau penyanyi terkenal tadi.

Namun, apakah mereka sudah memanfaatkan dukungan manajer artis atau manajer seniman itu semaksimal mungkin? Jawabannya terbilang mudah: belum. Simak saja pengakuan beberapa di antara mereka dan juga sejumlah manajer artis itu sendiri tentang peran yang biasa dilakoni seorang manajer artis. Menyiapkan pelbagai kebutuhan fisik seperti kostum, mengatur wawancara dengan wartawan, membalas surat-surat penggemar, menyiapkan kontrak kerja dengan pengguna jasa, dan mengelola keuangan, inilah sejumlah peran yang sering mereka sebut di beberapa tayangan infotainment.

Sementara, kegiatan yang berhubungan langsung dengan kerja artistik dan estetiknya tetap menjadi hak dan wewenang sang artis. Si artis masih menjadi pengendali utama atau bahkan pelaku tunggal manajemen proses kreatif secara menyeluruh. Kalau hanya itu yang dilakukan, peran manajer artis cenderung hanya mempermudah kegiatan “terutama” fisik atau psikomotorik yang tak perlu dilakukan seorang pemain film, pemain sinetron, pemusik, atau penyanyi terkenal.

Ada yang salah dengan pemahaman tersebut? Boleh jadi, tidak ada yang salah. Sebab, di negeri ini, manajer artis hanya menempatkan artis sebagaimana orang lain kebanyakan yang menyandang profesi berbeda. Bedanya, orang lain yang berprofesi berbeda tak membutuhkan pihak atau orang lain untuk membantu meringankan kegiatan “terutamna” fisik atau psikomotoriknya ataupun membutuhkan pihak atau orang lain itu, tapi tak mampu membayarnya. Jadi, manajer artis tak akan berbeda dengan manajer mubalig atau manajer politikus kondang, misalnya. Pemahaman seperti itulah yang banyak dikembangkan penjual dan pengguna jasa tersebut di sini untuk terminologi “manajer artis”, termasuk aktivitasnya alias terminologi “manajemen artis”.

Sesungguhnya, cakupan pemahaman manajemen artis dapat diperluas hingga ke pengelolaan pelbagai persoalan yang berhubungan dengan kerja artistik dan estetik sang artis. Bukan cuma mengelola pelbagai kegiatan fisik atau psikomotorik. Jadi, manajemen artis meliputi manajemen proses kreatif dan bukan proses kreatif. Kalau hal itu yang dilakukan, manajemen artis tentu akan berbeda dengan manajemen mubalig atau manajemen politikus, misalnya, karena bidangnya memang tak sama.

Kalau manajemen artis diperluas seperti itu, manajer artis juga tak sekadar menyiapkan tim kreatif yang bertugas menyokong gagasan-gagasan baru untuk kelompok pelawak, misalnya. Lebih dari itu, manajer artis dapat berperan sebagai dokumentator artistik dan estetik yang lengkap sekaligus kritikus yang mumpuni untuk kemajuan pencapaian artistik dan estetik kelompok pelawak yang dimanajerinya dalam setiap pementasan lawak.

Dalam manajemen kelompok pelawak seperti itu, peran manajer artis dapat dimulai dengan membantu kelompok pelawak itu menyiapkan tema yang cocok dengan penikmatnya dan media apa yang dimanfaatkannya, seperti media cetak, radio, atau televisi, baik siaran secara langsung maupun rekaman. Kalau akhirnya harus mengulang tema yang sama, manajer artis harus mampu membantu mencari perspektif yang berbeda. Ketika tema sudah menjadi materi cerita yang lengkap atau sekadar panduan kasar, memilih pelawak yang cocok untuk suatu tokoh merupakan pekerjaan lain yang juga dapat dibantu manajer kelompok pelawak. Kalau pelawak A kembali harus memerankan tokoh dengan karakter dasar yang sama dengan tokoh dalam pementasan sebelumnya, misalnya, manajer kelompok pelawak harus sanggup turut mencari pembedanya. Pencarian pembeda perspektif dan perincian karakter tersebut tentu sebaiknya tetap dalam jalur pencitraan yang selama ini dibangun kelompok pelawak itu. Di situlah kemampuan dokumentatif dan kekritikusan manajer kelompok pelawak itu bekerja.

Sebelum pemain film dan pemain sinetron menerima atau mendapatkan peran tokoh tertentu, manajer artis harus dapat membantu memutuskan apakah peran itu pantas diambil atau tidak. Kalau diambil, apa pertimbangannya: tantangan akting atau komersial semata, misalnya.

Kalau peran itu kemudian diambil, manajer artis kudu mampu membantu mengekpslorasi karakter tokoh itu sesuai dengan tuntutan skenario, menganalisis perbedaannya dengan karakter tokoh-tokoh yang sebelumnya pernah diperankan si artis, menemukan akting yang berbeda dengan akting untuk karakter-karakter sebelumnya yang mungkin mirip atau bahkan sama persis, serta menciptakan komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan film atau sinetron itu, terutama produser, sutradara, dan penulis skenario. Untuk semua itu, manajer artis tentu butuh data yang akurat. Di titik itulah, kemampuan dokumentatif dan kekritikusan juga dibutuhkan manajer pemain film atau sinetron.

Untuk manajer pemusik atau penyanyi, fokus manajemen proses kreatif tentulah lagu, mulai dari proses penciptaan, penafsiran, hingga perekaman atau pementasannya. Manajer penyanyi, misalnya, tentu harus mampu membantu penyanyi memilihkan lagu yang cocok dengan karakter vokal penyanyi tersebut dan media penyampaiannya, yakni melalui produk rekaman atau nonrekaman (di depan khalayak). Tema lagu di negeri ini yang cenderung bermain di wilayah yang seragam, yakni cinta, sering kali menjadi titik krusial untuk mengeksplorasinya. Belum lagi aransemen musiknya yang juga cenderung tak berbeda secara signifikan. Sebab itulah, eksplorasi yang bertujuan menciptakan perbedaan pendekataan menyanyi bukanlah proses pencarian dan penemuan yang mudah. Dukungan kemampuan dokumentatif dan kekritikusan yang lebih perinci pun sangat dibutuhkan manajer penyanyi.

Bahasa mestinya menjadi satu dari dua titik perhatian penting manajer sastrawan. Sebab, bahasa merupakan media untuk sastrawan mewujudkan gagasannya. Pada saat yang bersamaan, gagasan atau apa yang akan dibahasakan melalui karya sastra merupakan satu hal penting lain yang mesti dihatikan. Yang tak mudah tentulah mengelola tarik-menarik atau ketegangan antara bahasa dan apa yang akan dibahasakan atau tarik-menarik antara bentuk dan isi karya sastra itu. Bagaimana menempatkan proses ketegangan itu dalam konstelasi karakter karya-karya sang sastrawan dan sejarah kesusastraan di Tanah Air adalah hal lain yang juga tak selayaknya dilewatkan manajer sastrawan dalam menata proses kreatif sang sastrawan.

Dengan pemahaman manajemen proses kreatif seperti itu, tak gampang memang menjadi manajer seniman. Walau tak mesti menjadi sekaliber kritikus, manajer seniman tetap mesti mampu menjadi pemuji dan pencela yang mumpuni untuk kemajuan artistik dan estetik sang seniman. Sebagai pemuji atau pencela yang mumpuni, selain mampu melontarkan pujian yang tak memabukkan dan celaan yang tak menghancurkan disertai alasan-alasan yang rasional dan solusi-solusi yang dapat diterapkan sang seniman, manajer seniman sekurangnya dapat menjadi pendamping atau jembatan penghubung yang produktif ke arah kemajuan kualitas dan kuantitas karya-karya kreatif sang seniman. Apalagi kalau manajer seniman juga dapat menjadi pendamping atau jembatan penghubung ke penemuan keunikan karya-karya hingga menjadi trade mark sang seniman kalau memang seniman tersebut belum menemukan karakter yang khas untuk karya-karyanya.

Idealnya, peran manajer seniman dilakukan pihak atau orang lain. Bukan sang seniman sendiri. Kalau penghasilan sang seniman sangat besar dan tuntutan kegiatan manajemen seniman memang banyak, kegiatan manajemen seniman dapat melibatkan pekerja yang banyak. Kalau kebutuhannya memang hanya satu dua orang, ya cukup sejumlah itu.

Namun, ketika dukungan keuangan sangat tidak memadai, seniman tentu harus realistis. Dia mesti rela berperan ganda sebagai manajer untuk dirinya. Dalam kondisi seperti itu, tentu tak semua aktivitas manajerial dapat dilakukan. Pelbagai aktivitas yang sangat substantif memengaruhi kemajuan kualitas dan kuantitas karya sepantasnya lebih diprioritaskan. Artinya, seniman yang tak mampu menggaji manajer harus bekerja lebih keras karena tak ada pihak lain yang membantunya.

Meski dukungan keuangan sangat tak memadai, seniman sebetulnya masih berpeluang punya manajer selama ada komunitas seni yang sudi mengambil peran tersebut. Komunitas seni itu bisa membentuk divisi atau kelompok kerja yang melakukan kegiatan manajemen seniman. Sang seniman selayaknya menjadi anggota komunitas seni tersebut. Komunitas seni itu bisa melakukan kegiatan manajemen seniman itu secara cuma-cuma atau menerapkan tarif fee tertentu dari setiap karya yang sudah mendatangkan uang. Catatannya, tarif tersebut tentu tak memberatkan seniman dan sekurangnya dapat turut membantu komunitas seni itu melanjutkan kegiatan manajemen seniman yang menjadi anggotanya. Pokoknya, win-win solution-lah.

Iwan Gunadi, Peminat Seni

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati