Sabtu, 23 Oktober 2010

Geladak Sastra, Saat Menapaki Sebuah Rezim

Sabrank Suparno
http://forumsastrajombang.blogspot.com/

Masih lekat dalam ingatan kita tantang partai Golkar, partai yang awalnya hanya digerakkan beberapa gelintir orang saja dan dalam waktu seumur jagung telah mampu menjadi kekuatan yang menyeluruh sebagai suatu ‘gerakan’ dari semua lapisan masyarakat. Dan kekuatan itu telah nyata ditunjukkan dengan adanya indikator tampuk kekuasaan yang mewarnai corak hegemoni wacana sosial di zamannya. Dan bahkan tidak tanggung-tanggung, kekuatan itu mampu mendekami tiga perempat setengah abad sejak kemerdekaan Republik Indonesia sebagai suatu Negara. Meskipun pada ahirnya juga hancur di-revolt berdasarkan kebutuhan waktu.

Gambaran ringan mengenai kondisi keberadaan rezim Golkar tersebut dapat kita lirik dari puisi pendeknya Gus Mus{Bisri Mustofa} yang berjudul‘Negriku telah menguning’. Disebut puisi pendek karena judul puisi yang pernah dibaca Gus Mus sendiri saat datang di acara padhang mbulan di kediaman Emha Ainun Najib sekitar tahun 1997 lalu itu sekaligus merupakan isi dari puisi tersebut. Dan hanya terdiri dari ‘tiga’ kata itu.

Warna kuning yang diibaratkan Gus Mus dalam puisi tersebut merupakan gambaran keberhasilan Golkar saat tampil sebagai suatu rezim yang dengan ‘yellowingnya,’seolah menemukan bentuk viuwalidasi Nasional. Viuwalitas yang tergambar sederhana hanya dari proses hampir panennya petani yang menunggu panen setelah pascatanam.

Hal yang sama juga dapat kita amati dengan merebaknya bonek mania yang ‘menghijaukan’ suporter massal Persebaya. Atau mungkin jika anda berkeliaran di sekitaran Tunjungan Plaza Surabaya pada malam minggu, kita akan terkesan dengan menjamurnya anak Punk-kers yang melakoni tingkah teatrikal Arie Papank seorang pemuda Inggris yang berhasil dianut ribuan pemuda Indonesia sebagai guidens kolosal.

Rezim sastra? Kenapa tidak! Kalau Golkar, Bonek, dan Punk-ker saja yang nota-bene-nya tidak menanamkan cara dan budaya santun dalam bersosial-masyarakat ,’nyata’mampu dianut menjadi gerakan besar, kenapa sastra tidak?

Alangkah syahdunya jika suatu saat gerakan sastra ini mampu menjadi warna hidup dan pola prilaku kehidupan masyarakat ber-Bangsa dan ber-Negara! Wujud neosintaktika-dialektik sastra yang terkesan sinergik-embat embatan-antara wujud instrinsik dan ekstrinsik atau yang dalam istilah Emha Ainun Najib dalam Budaya Tandingnya dikenal dengan ‘unsur dalam’dan ‘unsur luar’ dalam bersastra tentu merupakan arti lebih ketika kahidupan dilakonkan.

Geladak sastra 2 yang membedah cerkak(cerita cekak) Sabrank Suparno yang berjudul Bobok Suruh Bodeh, sejak awal diperkirakan bakal ramai diperdebatkan. Selain judul dan alur ceritanya yang kental dengan problematika sensitif dengan prilaku kehidupan sehari-hari warga ndeso klutuk, cerkak ini juga ditulis dengan bahasa jawa nJombangan yang nota-bene-nya berbeda tehnik penulisannya dengan bahasa jawa pada umumnya. Tentu saja hal ini menimbulkan kontroversi tersendiri. Terlebih jika ditilik dari sudut pandang kaidah penulisan bahasa jawa.

Geladak sastra 2, diadakan di dusun Dowong Plosokerep. Sebuah dusun yang amat ‘kluthuk’tanah rahim kelahiran penulisnya. Agenda sastra tersebut mendapat apresiasi dari warga desa yang berbondong-bondong membawa ‘suguhan’. Sedikit banyak ini menandakan awal berjejaknya sebuah rezim sastra, dimana orang-orang ‘petani kuni’(sebutan petani tulen) antusiasmenya ter-urik dengan keberadaan sastra. Berkumpulnya massa yang kemudian melakukan sesuatu-agreegate- secara kolektif inilah selaksa merajut mozaik menjadi lukisan alam.

Jarak pandang Anjra Lelono Broto (novelis, pakar bahasa jawa)
Cerpen Bobok Suruh Bodeh ini terdapat kerancuhan struktur bentuk global yang berhubungan dengan bahasa ‘lisan’ dan bahasa ‘tulisan’. DR CC. Berg, ahli bahasa dari Belanda yang mengamati dialektikum bahasa yang di pakai masyarakat jawa, menemukan sebanyak 3800 jenis dialek. Keberagaman jenis inilah yang menyebabkan scub pemfokusan sentral mengenai titik-titik kaidah penulisan bahasa jawa-nJombangan-sulit dijadikan pedoman secara jelas.

Dalam teori kepenulisan ada istilah ‘alih kode’dan ‘campur kode’. Istilah ini jika ditarik dari gejala sosiomistik. Sebagai bahan banding, Anjra Lelono Broto melontarkan satu pertanyaan mendasar. Apakah Sabrank Suparno akan tetap menulis dengan model adetrasi seperti ini?

Menanggapi prospek penulis yang mempertahankan dialek asli lokal, Anjra menghimbau agar penulis tidak usah kawatir dengan rejeki dari penulisan tersebut. Bagaimanapun setiap penulisan pasti menimbulkan ‘efek’dari proses kreatifnya. Efek inilah yang akan mendatangkan rejeki’min khaistu la yahtasib, yang tak terduga. Namun apapun jalan yang dipilih oleh penulis untuk menentukan bentuk cerpenya, diharapkan bersikap sebagai subyek dalam masyarakat. Sehingga perannya mampu ‘mewarnai’ gejala masyarakat. Dalam istilah lain: lebih baik kita ndalangno wong, dari pada kita didalangkan orang.

Cara pandang Nurel Javissyarqi (sastrawan, penulis Lamongan)
Cerpen Bobok Suruh Bodeh ini memiliki kekuatan yang ditimbulkan dari ketulusan uri-uri menghidupkan budaya lokal. Tehnik penuangan tulisan seperti ini cenderung lebih kuat maknanya untuk menghantarkan pengenalan lebih jauh terhadap kualitas sastra Indonesiaan. Bahasa nJomangan yang kuat, difahami sebagai ‘simbol’ pemberontakan terhadap aturan penulisan, dan memang harus ada yang tampil sebagai ‘tumbal’ dari terkuaknya kurungan aturan yang telah ada. Diharapkan tehnik penulisan bahasa nJombangan yang asli berfungsi memudarkan kesempitan yang telah ditentukan sistem kesusastraan Jawa.

Sudut pandang Suliadi (penyair Mojokerto yang bercokol di komunitas Umpak Songo)
Diperlukannya kekayaan sastra lokal untuk menambahi kekayaan sastra Indonesia. Bagaimanapun ada banyak hal yang tidak tertampung di dalam wadah kesusastraan Indonesia.

Cara pandang Bapak Dasar (warga ndeso)
Cerpen ini mempunyai unsur instrinsik yang mengarah lebih ke-pesan moral agar pembaca menemukan cara untuk mengatasi problem rumah tangganya seperti yang penulisnya idekan.

Jarak pandang Bapak Sudarsono (pecinta seni, warga Deso Dowong)
Isi dari cerpen ini justru berbalik fakta. Bobok suruh bodeh dalam cerpen tersebut sesungguhnya tidak ada dalam istilah masyarakat. Yang ada justru istilah ‘bobok suruh temu ros’.

Sudut pandang Iin Puspita Ningsih (pengamat bahasa jawa, pengajar SMPN-3 Jombang).
Cerpen Bobok Suruh Bodeh tersebut cenderung beraliran bahasa lisan. Hal ini memang sah sah saja secara kebebasan ber-ekspresi sebagai suatu karya. Tetapi bentuk bahasa nJombangan itu sendiri yang amat beragam, acap kali membuat kreator lain sulit menemukan formula yang jelas. Seharusnya ada lembaga ‘pelatihan’ dan ‘media’ kusus tentang bahasa nJombangan. Majalah khusus yang memuat bahasa jawa semisal’ Joyoboyo’ dan’ Penyebar Semangat’, terbukti tidak memuat bahasa nJombangan. Lebih jauh, Iin Puspita Ningsih bersedia mengawali apreseasinya dengan memperkenalkan bahasa nJombangan sebagai bahasa khas daerah yang berbeda bentuk dengan bahasa jawa umumnya, kepada siswanya.

Alur pandang Hadi Sutawijaya (sastrawan, dan pemain teater Suket UNDAR Jombang)
Diperlukannya jejak pijakan awal untuk berganti model dalam pemahaman sastra baru di Indonesia. Hal ini didasarkan atas kelemahan khasanah kesusastraan Indonesia, dan sekaligus diperlukannya apreseasi khusus terhadap budaya lokal. Yang esensi dari sebuah sastra adalah pesan yang disampaikan, dan bukannya sekedar ‘frame’ struktur penulisan semata.

Tanggap pandang Fahrudin Nasrulloh (penulis, editor lepas dari komunitas Lembah Pring)
Dalam cerpen ini ada semacam kekuatan cahaya yang meletup, meskipun dalam arus yang terkesan tidak mendesak Setara dalam film Splandaur yang menghadirkan inspirasi dalam berbagai lintasan peristiwa. Cerpen ini lebih bersifat prilaku sosok ‘ular weling’yang tidak banyak bergerak namun mengandung bisa yang mematikan. Pola cerpen semacam ini juga banyak terdapat dalam bebrapa cerpennya Jakop Sumarjono dan Bagus Subagiyo. Sementara menanggapi soal jenis bahasa nJombangan atau tidak, itu hanya soal stempel almamater yang hendak dicomot oleh arus tertentu. Toh, sudah tersedia kamus Thesaurus yang merangkum berbagai jenis bahasa di Jawa.

Jarak pandang Rahmat Sularso (Mahasiswa jurusan bahasa STKIP Jombang)
Cerpen ini terkesan mengambang. Hal itu di sebabkan karena tidak di temukannya kedetailan dan klimaks kontroversi yang memuncak sebagai plot antagonis. Namun cerpen ini tetap mempunyai ciri khas tersendiri.

Alur pandang Rangga D.P.K. ( Mahasiswa STKIP Jombang)
Ciri khas bahasa yang original tertuang dalam cerpen ini. Lebih lanjut Rangga meminta agar penulis bersedia membimbing tantang pendalaman bahasa nJombangan kepada mahasiswa bahasa untuk mendukung program kampus yang hendak turut nguri-uri budaya lokal.

Penjabaran Koko Sake (penggiat sastra kampus)
Sebagai moderator acara, Koko melebarkan pertanyaan kepada peserta. Apakah mungkin dalam cerpen ini mengandung arti ‘keliaran’semacam ‘neo fuck animals’yang garang di tengah ganasnya belantara.

Tanggapan Jabar Abdulloh ( Aktifis sastra dari DKKM Mojokerto)
Adanya keberanian yang tampil sebagai pendobrak warna baru dalam kesusastraan jawa. Kemerdekaan ini merupakan simbol kebebasan berekspresi dari setiap penulis, meskipun kemerdekaan tidak selamanya diartikan se-bebas-bebasnya. Jabar juga menghimbau agar penulis tidak sekedar ‘bilang akan mandi’, tetapi yang dilakukan hanyalah sekedar bertayammum.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati