(Di balik Buku Puisi Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang, F Aziz Manna)
S. Jai *)
http://ahmad-sujai.blogspot.com/
SAMPAI detik ini, makluk paling misterius masih tetap perempuan.
Sepanjang perjalanan sejarah, sejak takdir padanya baik yang datang dari luar diri maupun yang direbut olehnya menunjukkan hal itu. Sejarah yang kemudian dimitoskan (atau sebaliknya) seperti halnya Oidipus Complex, Sangkuriang, Malin Kundang, Theodora, juga kisah-kisah perempuan di mata agama mempertontonkan diri sebagai makluk yang amat misterius. Kita tentu masih ingat kontroversi seputar kehidupan pelacur di sekitar Yesus.
Bahkan misteri perempuan tak habis hingga dunia keseharian kita, hari ini.
Seorang perempuan pemilik warung bernama Mak Mursinah di depan Kampus Unair, tidak minta menjadi ibu dari ratusan mahasiswa-mahasiswa Unair yang selama berpuluh-puluh tahun menjadi langganannya. Tetapi dia tunjukkan itu—kasih sayangnya laiknya kepada anaknya sendiri– dan mengispirasi banyak mahasiswa-mahasiswa untuk kemudian menjadi orang: guru, wartawan, penyair, karyawan. Bahkan diantara mereka yang telah menjadi orang masih kerapkali bertandang—salah sebagian diantara mereka ada yang menjadikan Mak Mursinah sebagai objek penyusunan skripsinya.
Sepeninggalan suaminya kurang lebih 10 tahun lalu, praktis Mak Mursinah mengelola warung sendirian sebagai nakhoda dan tak satupun bidang usaha lainnya sebagai penyangga. Dua anaknya, perempuan. Seorang punya anak satu dari hasil perkawinannya yang gagal. Lalu, seorang lagi berkat kegigihan Mak Mursinah melobi pimpinan Unair, bisa kuliah dan mengambil jurusan Teknis Perpustakaan. Kini pun telah menikah dan menjadi PNS di sebuah Rumah Sakit TNI di Jember.
Pengalaman batin Mak Mursinah diserap tidak saja oleh anak—yang kini salah satunya mewarisi usaha warungnya—tetapi juga oleh sekian banyak orang yang pernah dekat dengannya dan merasa sebagai “anak kandungnya.” Ketika diantara mereka menikah, Mak menjadi informasi satu pintu. Mak memberi petuah, mengirimkan amplop ‘becek’an.” Demikian saat cucunya khitanan, “anak-anak kandungnya” yang lain menjadi undangan utama secara sukarela. Sikap sukarela yang sama diberikannya pada waktu berebut membantu kerepotan Mak Mursinah tatkala warungnya diobrak oleh petugas Satpol PP.
Memang selaku orang miskin dan terpinggirkan, dalam kondisi paling kritis, Mak Mursinah bisa mempertontonkan ketegasannya saat ada seorang yang hendak menyaingi usahanya. Mak tegas melawan—tentu saja dengan bahasa dan alasan yang sangat esensial. Lalu, ketika putrinya lolos tes masuk perguruan tinggi, tapi tanpa biaya, Mak dengan lembut melobi pucuk pimpinan kampus.
Semua itu, sebagai bentuk “keperkasaannya” gamblang diapertontonkan justru saat suaminya telah tiada. Barangkali suaminya turut andil atas kepribadian dan sikapnya seperti ini. Mungkin juga keadaan sosiallah yang mengajarinya. Bisa pula gabungan dari keduanya, meskipun bisa jadi peranan yang paling besar atas kematangan jiwa Mak Mursinah adalah trauma sepeninggalan suaminya.
Pertanyaan pentingnya, mestikah trauma pada perempuan berbuah spirit teguh seperti itu?
Kisah-kisah seperti itulah yang banyak mengilhami puisi-puisi F Aziz Manna yang terkumpul dalam buku Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang (Diamond, kerjasama DKJT, FS3LP, CeRCS, November 2010). Aziz banyak melakukan penggalian potensi estetik puisinya di warung milik Mak Mursinah. Lingkungan seperti itu memang memungkinkan Aziz menciptakan tokoh perkasa Siti Surabaya dalam sajaknya yang tergencet hingga ke komplek pelacuran pinggiran kota Surabaya.
Meski ada suara bernada “kiri” dari sajak-sajak Aziz Manna, namun demikian amat berbeda bila dibanding nasib tokoh Annelies, dalan novel Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer. Annelies, yang menjadi korban seks brutal di kebun tebu oleh saudaranya, oleh Pramoedya justru dibunuh dalam perjalanan kembali ke Nederland dan jauh dari upaya pengarang untuk membangkitkan kesadaran jiwa tokohnya sendiri.
Lebih dari itu, dunia batin perempuan korban brutalitas seks laki-laki, sangat menarik di tangan pengarang novel populer yang sangat cemerlang Paul I Wellman. Ia melihat potensi seks sebagai suatu yang luar biasa potensinya. Pada novelnya Wanita, yang bersetting di Romawi pada abad-abad permulaan, Wellman menyusun biografi perempuan bangsawan yang mengawali karirnya dari dunia hitam.
Theodora adalah pelacur muda di Konstantinopel. Dia sangat cerdas, pemberani, dan setia. Sifat-sifat itu membawanya dari lumpur jalanan Konstantinopel sampai ke puncak kemaharajaan. Kecerdasan dan ketegasannya selalu menyelamatkannya. Dia pernah dibuang dari Konstantinopel, lalu sekali lagi diusir sehingga terpaksa mengarungi keganasan Sahara. Meskipun demikian, perlahan tapi pasti, Theodora membawa dirinya kembali ke Konstantinopel. Tapi tidak lagi sebagai pelacur, melainkan menjadi maharani.
Dunia hitam yang digambarkan Welman syarat dengan problematika kemanusiaan, dan Theodora berhasil gemilang menjadikannya kegairahan untuk berbicara dalam konteks yang lebih luas: politik dan kekuasaan dengan segala intriknya. Yang menarik dari tokoh ini, tampaknya pengarang mengamini betul apa yang diyakini oleh Sigmund Freud bahwa pada manusia yang paling menjadi dasar dari keberlangsungan hidup adalah insting seksual dan agresi (id) sementara ego dan superego hanyalah berfungsi penyeimbang.
Terbayangkah jiwa Theodora oleh Aziz Manna bila itu terjadi di komplek-komplek pelacuran pinggir kota semacam Kremil di Surabaya? Jarang dibicarakan kualitas seksual perempuan apakah berbanding lurus atau terbalik dengan daya survivalnya dalam kehidupan nyata yang lebih kompleks. Seringkali masyarakat menggunakan ’standar laki-laki’ untuk menaklukkan perempuan, termasuk seksual. Peran khusus perempuan dalam hal hamil, melahirkan, menyusui, bahkan seks dilihat bukan sebagai kekuatan, melainkan sebagai kelemahan dan justru mempersempit subtansi keperempuanan yang tidak dilihat sebagai suatu fitrah adi kodrati demi kelestarian umat manusia di bumi. Bahkan tak jarang daya survival perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang tinggi oleh kaum lelaki dinilai merupakan konsekuensi akibat fungsi seksualnya yang abnormal. Tentu saja ini suatu asumsi yang didasari pola pikir yang sama sekali tidak adil terhadap kaum perempuan.
Berbeda semisal ketika kita musti mengisahkan kekaguman pada sosok perempuan dalam diri ibu. Meski sangatlah subjektif karena semua umat manusia punya ibu, namun bangun superego dari sosok ibu relatif lebih kukuh, terlebih bila disangga oleh kehidupan sehari-hari seorang ibu yang perkasa dimata anak-anakknya, berjuang demi masa depan anak-anaknya, sehingga juga lebih gampang bagi putra-putrinya untuk melihat ke dalam cakrawala yang lebih luas secara manusiawi.
Perkecualian: bagi anak-anak yang dendam pada sosok ibu kandungnya. Manusia semacam ini kelak berbahaya melakoni kisah kemanusiaan, apalagi yang meluaskan cakrawala pelbagai ranah sosial, ideologi, budaya, politik, lingkungan dan sebagainya. []
*) Penulis adalah Kepala Devisi Seni Budaya Center for Relegious and Community Studies Surabaya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar