Selasa, 08 Maret 2011

Buku Sastra di Negeri tanpa Pembaca

Asarpin
http://sastra-indonesia.com/

Sebut saja kalau negeri kita sudah terbebas dari buta huruf. Saya tak percaya kalau ada penyair yang menulis puisi tanpa pernah membaca buku puisi. Saya juga tak yakin ada penyair yang menulis prosa yang bagus tanpa bergaul dengan buku-buku prosa yang juga bagus. Sebuah karya lahir dari persentuhan dengan karya lain. dan persentuhan itu kadang intim tapi juga kadang renggang.

Ada perbedaan yang mencolok antara puisi yang ditulis penyair yang hanya sedikit membaca dengan puisi yang ditulis penyair yang banyak membaca. Wawasan puisi yang dilahirkannya akan dengan mudah dikenal karena beragam persoalan yang pernah dibacanya.

Di Lampung hanya ada dua penyair: penyair yang banyak membaca dan penyair yang sedikit membaca, atau penyair yang pernah banyak membaca tapi kini berhenti membaca dan tak lagi membeli buku. Kalau ada seorang teman memberikan buku, buku itu tak lagi sempat dibaca. Dan mereka terus melahirkan puisi tanpa pembaca juga.

Dari puluhan penyair yang ada di Lampung ini, hanya satu dua penyair yang masih rajin mengunjungi toko buku. Semoga saya salah ketika mengatakan sebagian besar hanya berkarya saja, atau hanya sesekali membeli buku dan merasa kalau karya mereka sudah hebat. Buku-buku puisi yang mereka terbitkan tidak dibaca. Bagaimana mereka mengharapkan agar karya mereka dibaca banyak orang sedangkan mereka sendiri tidak membaca karya orang lain.

Sebagian besar penyair Lampung telah memiliki buku kumpulan puisi tunggal, tapi saya tak yakin kalau buku-buku puisi mereka memiliki pembaca. Selain alasan tidak ada uang, atau harga buku mahal, memang tak memiliki tradisi membaca. Apalagi membaca pemahaman, sudah jelas tak banyak. Sedangkan mereka yang suka membaca pun harus berpikir puluhan kali untuk membeli buku puisi. Mereka lebih tertarik dengan buku prosa atau novel.

Banyak kita yang punya uang, tapi karena tidak suka membaca dan malas membaca, maka tak pernah membeli buku. Apalagi jika buku puisi di jual dengan harga di atas Rp. 30 ribu. Buku kumpulan puisi Inggit Putria Marga yang di jual Rp.40 ribu, sejak awal di pajang di tokoh buku smpai sekarang tetap utuh. Kita semua berharap setiap tahun makin banyak buku yang disubsidi, hingga harganya bisa terjangkau, seperti buku Sadur : Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia yang disunting Henri Chambert-Loir yang diterbitkan KPG setebal 1160 hard cover hanya di jual 125 ribu (buku sangat bagus dan sangat murah tapi tetap tidak dibeli juga).

Buku kumpulan puisi termahal yang saya miliki adalah karya Goenawan Mohamad, Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 (Rp. 42.000 pada tahun 2002). Sementara yang termurah saya lupa, tapi ada buku puisi seharga Rp.3000 dan masih didiskon 15%. Ketika saya berkunjung ke toko buku Gramedia bersama seorang teman, saya tunjukkan buku puisi Inggit, dan teman itu geleng-geleng kepala sambil berkata: “lebih baik beli buku novel kalau sudah seharga Rp. 40 ribu”.

Di Lampung ini memang banyak hal yang lucu. Negeri ini begitu banyak melahirkan puisi, yang oleh Nirwan Dewanto disebut “negeri penyair”, tapi puisi penyair Lampung tak pernah dibaca lebih dari lima puluh orang. Aneh kedengarannya kalau ada sebuah tempat yang banyak melahirkan buku puisi tapi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun jumlah buku mereka di toko buku tetap utuh. Jangan-jangan penyair kita memang tak menjadikan buku sebagai kebutuhan yang wajib dibeli. Atau memang kita semua ingin membaca buku kalau diberi gratis oleh teman.

Kalau sampai usia 35 tahun masih juga tidak senang membaca buku, berarti orang tersebut tidak ada harapan untuk mencintai buku. Kalau dia penyair, maka dia sudah terlambat untuk mengerti dunia perbukuan. Saya termasuk orang yang kagum jika ada orang yang baru berusia 30 tahun tapi sudah mengoleksi seribu judul buku. Dan saya teramat sedih jika menemukan penyair yang telah berusia di atas lima puluh tahun tapi buku di perpustakaan pribadinya hanya seratus, atau malah kurang dari itu.

Saya mengenal bacaan sastra sangat terlambat, sekitar tahun 1998. Saya baru bisa menulis ketika sudah selesai kuliah, saat usia sudah 29 tahun. Kalau ada orang yang mempengaruhi saya untuk banyak membaca dan menulis, orang itu adalah Damanhuri.

Sekarang sudah dua belas tahun dari 1998 dan usia saya sudah 35 tahun, dan buku yang saya miliki baru tujuh ratus lima puluh buku (tidak termasuk yang sudah hilang). Walau saya sering menulis dengan menyebut diri sebagai pembaca sastra, tapi saya tidak tahu apakah dengan memiliki 750 buku dengan berbagai macam tema itu sudah cukup untuk mengklaim sebagai pembaca sastra. Kalau mau jujur, saya belum sebagai pembaca sastra.

Saya percaya bahwa penyair-penyair yang sudah mantap di dunia masih terus membaca, dan tak pernah berhenti membeli buku. Seandainya tak ada uang, saya yakin orang yang sudah kecanduan buku akan tetap memiliki buku dengan cara mencuri, atau meminjam buku teman yang tak lagi dikembalikan (hal ini jauh lebih baik ketimbang mengaku pengarang tapi tak suka membaca buku).

Tak perlu saya sebutkan siapa saja penyair Lampung yang banyak membaca, yang di rumahnya ada koleksi sebanyak seribu lebih buku, dan mana yang tak membaca dan hanya punya sepuluh buku. Saya belum pernah berkunjung ke rumah mereka, tapi saya hanya mengintip dari omongan dan tulisan mereka. Puisi yang mereka tulis memang sering menipu. Kalau saja mereka menulis esai atau prosa, akan ketahuan betapa sesungguhnya mereka bukan pengarang hebat (ini pernah diucapkan Goenawan Mohamad dan Nirwan Dewanto pada suatu kesempatan).

Di Lampung masih ada dua orang yang sangat rajin mengunjungi toko buku dan membeli: Ahmad Yulden Erwin dan Damanhuri. Sekalipun tak lagi menerbitkan puisi dan sibuk di dunia sosial-politik, Ahmad Yulden Erwin masih sering mengunjungi toko buku Gramedia Lampung dan membeli buku. Damanhuri, walau bukan penyair, tapi esais dan peninjau buku yang sering memprovokasi kita lewat kutipan-kutipan dari berbagai buku, dan tiada hari tanpa membeli buku.

Beberapa waktu lalu saya membeli sebuah buku “baru” berjudul Trilogi Insiden seharga Rp.74 ribu. Saya sebut buku “baru” dalam tanda petik karena sesungguhnya buku karangan Seno Gumira Ajidarma itu adalah buku terbitan lama yang diterbitkan lagi, hanya saja bedanya kalau dulu diterbitkan dalam tiga buku, sekarang diterbitkan menjadi satu buku.

Dalam salah satu esai dalam buku itu, Seno tak pernah percaya kalau tulisannya selama ini dibaca orang. Sebab ia berasal dari sebuah negeri yang resminya sudah bebas buta huruf, tapi yang bisa dipastikan masyarakatnya sebagian besar belum membaca secara benar—yakni membaca untuk memberi makna dan meningkatkan nilai kehidupannya. Masyarakat kami, kata Seno, adalah masyarakat yang membaca hanya untuk mencari alamat, membaca untuk mengetahui harga-harga, membaca untuk melihat lowongan pekerjaan, membaca untuk menengok hasil pertandingan sepak bola, membaca karena ingin tahu berapa persen discount obral di pusat perbelanjaan, dan akhirnya membaca sub-titel opera sabun di televisi untuk mendapatkan sekadar hiburan.

Semoga kita semua dijauhkan dari niat membaca yang tidak memperkaya khazanah semacam itu.
__________
*) ASARPIN, lahir di dekat hilir Teluk Semangka, propinsi Lampung, 08 Januari 1975. Pernah kuliah di jurusan Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Setelah kuliah, bergabung dengan Urban Poor Consortium (UPC), 2002-2005. Koordinator Uplink Lampung, 2005-2007. Pada 2009 mengikuti program penulisan Mastera untuk genre Esai di Wisma Arga Mulya, 3-8 Agustus 2009. Tahun 2005 pulang lagi ke Lampung, dengan membuka cabang Urban Poor Linkage (UPLINK). Di UPLINK pernah menjabat koordinator (2005-2007). Menulis esai sudah menjadi bagian perjalanan hidup, yang bukan untuk mengelak dari kebosanan, tapi ingin memuaskan dahaga pengetahuan. Sejak 2005 hampir setiap bulan esai sastra dan keagamaan terbit di Lampung Post. Kini telah beristri Nurmilati dan satu anak Kaila Estetika. Alamat blognya: http://kailaestetika.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati