M.D. Atmaja
http://sastra-indonesia.com/
Keberadaan karya sastra dibentuk oleh masyarakat yang melalui tangan seorang sastrawan (penulis) karya sastra itu dihadirkan yang sebenarnya untuk masyarakat itu sendiri. Sastrawan sebatas pada sarana dalam pemanifestasian gejala sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari unsur utama pembentuk karya yang dihasilkan. Pun, latar belakang serta kedudukan sosial mempengaruhi karya dalam proses penciptaan yang secara tidak langsung menyusupkan tendensi. Dalam lingkup yang lebih jauh lagi, pergolakan sosial politik suatu bangsa ikut memberikan warna. Ini yang menjadi dasar atas bahasa sebagai medium bagi manifestasi karya sastra yang tidak bersifat individual tetapi jauh lebih dari itu, bahasa memiliki sifat evolusi sosial.Selama lebih dari tiga puluh tahun generasi bangsa Indonesia – murid sekolah dan para mahasiswa – mempelajari Kesusastraan Indonesia yang notabene telah diakui oleh penguasa (baca: Orba) dan karya sastra itu dinilai memiliki khasanah kesusastraan yang tinggi.
Bagi saya, nilai tinggi kesusastraan tidak terletak pada kadar keindahan semata, (keindahan yang saya maksudkan adalah permainan bahasa) akantetapi lebih pada tujuan dalam menyampaikan suatu pesan. Sastra memiliki nilai tendensi dan manensasi, sebab penciptaan sebuah karya sastra merupakan hasil dari deretan intuisi, persepsi serta imajinasi yang memiliki ketergantungan pada struktur jiwa dan rohani sastrawan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh paradigma yang menyatakan bahwa penciptaan bangunan karya sastra terdiri dari kombinasi antara tesa dan antitesa.
Tesa sebagai kenyataan yang tengah dihadapi sastrawan yang terdapat dalam karya yang dihasilkan. Selanjutnya, yang disebut dengan antitesa yaitu sikap subjektive sastrawan dan sekaligus intersubjektive. Dari perhelatan tesa dan antitesa tersebut akan menghasilkan sintesa yang merupakan dialog perlawanan diantara keduanya. Sintesa memiliki sifat akan idealisme, imajinatif serta kekreatifan yang dibentuk dan dipengaruhi oleh cita-cita sastrawan.
Tendensi dan manensasi yang terkandung dalam karya sastra dapat dilakukan sebagai media pendidikan kepada masyarakat pembaca, sebab sastra memiliki sifat pedogogis yang bersifat humanis. Di dalam strukturnya memang memungkinkan adanya nilai hegemoni akantetapi, sepenuhnya dari proses pemaknaan diserahkan kepada pembaca dalam melakukan interpretasi teks sastra. Melalui karya yang dihasilkan dari tangan sastrawan ini, sastrawan dapat berperan sebagai guru di tengah masyarakatnya.
Akantetapi, maksud dan tendensi sastra yang sarat dengan faktor latarbelakang sastrawan mempengaruhi nilai pendidikan yang ada di dalamnya. Misalnya saja, apabila seorang sastrawan memiliki kencenderungan politik tertentu maka nilai dari pendidikan yang temaktub akan mengarahkan publik pembaca ke arah yang sama dengan muatan politis sastrawan. Seperti karya yang dihasilkan seniman Lekra, tendensi yang diemban adalah untuk memberikan rakyat pendidikan mengenai politik Marxisme-Leninisme yang bergerak dengan filsafat MDH-nya.
Tendensi dalam karya sastrawan Marxis memiliki sifat normatif dengan peninjauan masalah secara epistemologi, yang memuat pesan realisme sosialis. Ini menjadikan sastra untuk berdiri sebagai pembela kepentingan rakyat banyak untuk menuju kepada revolusi. Seperti karya sastra lainnya, meski mengandung tendensi politik, sastra mengemban sifat pedagogisnya tidak secara eksplisit, namun melakukan penggambaran secara historis atas konflik sosial yang digambarkan.
Sastra dalam pandangan para kritikus Marxis lebih ditafsirkan sebagai penggambaran mengenai determinisme ekonomi, kriteria probabilitas kebenaran pada keadaan masyarakat di zamannya. Kritikus Marxis juga akan mengkaji mengenai hubungan masyarakat yang saling berkaitan sebagai makhluk sosial, yaitu sususnan masyarakat dalam bidang ekonomi, masyarakat dalam tatanan struktur bawah (rakyat jelata), yang harus menentukan kehidupan sosial politik, intelektual serta kehidupan kultural struktur bangunan atas.
Hal tersebut dapat dipandang dari sudut pandang yang menyatakan bahwa, sastra tidak lahir di dalam kondisi yang terkekang, yaitu secara ide dan pemikiran. Karya sastra lahir berdasarkan suatu mekanisme yang dialektis dengan kondisi sosio-kultural sastrawan. Sastra dituntut untuk mampu menggambarkan pandangan dunia kehidupan, karena dalam sastra termanifestasikan ide, pemikiran, pesan dan tujuan, tema dan amanat sekaligus seluruh deferensi kultural yang ada di dalam kehidupan realitas masyarakat.
Tendensi yang diemban karya sastra, secara keseluruhan memiliki nilai humanis yang memberikan kebebasan pada pembaca dalam mengambil pesan yang ada di dalamnya. Nilai pedagogis yang diemban sastra lebih mengarah pada pendidikan moral, seperti yang termuat di dalam cerpen “Surabaya” karya Idrus: “… jika yang kuat tidak berjalan di atas keadilan, bagaimana pun juga kuatnya, ia akan diberi Tuhan kekalahan dan malapetaka.” (Surabaya, Idrus, Gema tanah Air 2, hlm. 44).
Pernyataan Idrus ini dapat dipandang sebagai gelora semangat yang dikelola sedemikian rupa untuk menciptakan generasi yang berani membela keadilan dan kebenaran. Untuk melawan kejahatan yang disimbolkan melalui pasukan Sekutu yang mendarat di Surabaya, Idrus menyatakan pada kita semua untuk berani karena Tuhan bersama orang yang benar, dan Tuhan membenci orang yang salah. Akantetapi, Idrus pun menjadi orang yang realistis, bahwa melawan kejahatan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti kita lihat dalam: “… tapi jenderal-jenderal abad dua puluh berpendapat lain: mereka lebih percaya kepada meriam-meriamnya dari pada dogma-dogma khayal itu” (Surabaya, Idrus, Gema Tanah Air 2, hml. 44).
Tendensi di dalam karya sastra dapat digunakan untuk membangun paradigma berpikir masyarakat. Nilai humanistik untuk menyerahkan kebenaran hanya pada pembaca tersebut, Idrus menuangkan dalam dua pandangan berbeda. Yaitu mengenai mereka yang percaya pada keyakinan agama atau percaya pada kualitas teknologi manusia. Ini sisi humanisme sastra, tidak melakukan penghakiman atas benar atau salah, akantetapi memberikan pendidikan dengan cara memberikan gambaran mengenai sesuatu yang nyata di antara berbagai pilihan kemudian menggambarkan keadaan idealisnya kehidupan.
Tendensi yang digunakan untuk membangun paradigma berpikir masyarakat, atau untuk mempengaruhi, serta menggerakkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki sastrawan. Tendensi tidak melulu pesan moral atau politik, akantetapi segala nilai kehidupan yang dapat menjadikan sastra sebagai sarana pedagogis dengan memberikan informasi atau sekedar suatu pemikiran yang dianggap benar oleh sastrawan.
Unsur dasar dari karya sastra adalah hubungan perkembangan sejarah dengan kondisi realis di dalam kehidupan manusia. Karya sastra tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kehidupan realitas, sehingga pengkajian karya sastra hendaknya dijalankan secara holistik. Hubungan karya sastra dengan masyarakat, atau dengan kata lain, antara idealisme dan materialisme adalah satu hubungan yang saling terkait dan hubungan yang interaktif. Melihat hubungan dengan cara seperti ini memungkinkan adanya kesengajaan sastrawan untuk memasukkan kepentingan individual dan komunal di dalam karya yang dihasilkan. Meskipun demikian, karya sastra tetap sebagai media yang bersifat pedagogis dan humanis. Tidak ada yang lebih humanis ketimbang agama dan sastra.
Studio SDS Fictionbooks, Jumat Pahing 25 Maret 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
1 komentar:
saya sepakat, bahwa sosial politik membawa warna dalam dunia sastra
Posting Komentar