Jumat, 15 Juli 2011

Emas Sebesar Kuda, Peninggalan Ode Bartha Ananda

M Arman AZ
http://www.riaupos.com/

DUA tahun silam, tepatnya 5 Maret 2005, ranah sastra Sumatera Barat kehilangan sosok Ode Barta Ananda. Karya-karya almarhum (puisi, cerpen, dan esai) kerap menghiasai media massa nasional dan daerah. Sudah tentu dia layak mendapat tempat dalam sejarah sastra Indonesia umumnya dan Sumatera Barat khususnya. Sayang, hingga akhir hayatnya, belum ada satu pun buku kumpulan cerpen pribadi Ode Barta Ananda. Tahun 2007, beberapa sahabat almarhum, seperti Gus tf Sakai dan Yusrizal KW, memprakarsai penerbitan kumpulan cerpen Ode Barta Ananda. Menurut penerbit Akar Indonesia, lahirnya kumpulan cerpen Emas Sebesar Kuda ini hanyalah melanjutkan apa yang sudah dirintis Ode atas karya-karyanya sendiri yang direncanakan diterbitkan dalam sebuah buku utuh. Sebuah sejarah yang sempat tertunda karena keburu ditinggal pelakunya.

Cerpen-cerpen Ode Barta Ananda tergolong unik. Mayoritas berbentuk parodi satir dan karikatural. Mengangkat tema-tema sosial kemasyarakatan dan kebudayaan Minangkabau dengan pelakon orang-orang berstrata sosial menengah ke bawah. Jika sastra dipercaya sebagian kalangan sebagai potret sosial yang mengangkat kebudayaan masyarakatnya, maka cerpen-cerpen Ode bisa dijadikan salah satu bukti pendukung. Cerpen-cerpen Ode dipenuhi eksplorasi imajinasi terhadap kondisi masyarakat kelas bawah di Minangkabau, bahkan seperti merepresentasikan kegelisahan masyarakat Minang, bagaimana penerimaan dan sikap mereka terhadap modernitas.

Sudah jadi tradisi bagi kaum lelaki Minang untuk merantau. Mereka akan dewasa secara materi dan fisik jika jauh dari kampung halaman. Namun tidak demikian halnya dengan tokoh-tokoh lelaki dalam mayoritas cerpen Ode. Tokoh-tokoh itu justru terkesan mengikatkan diri pada kampung halaman (atau perlawanan terhadap tradisi?). Jarang ada tokoh dalam cerpen-cerpen Ode yang merantau dalam konteks geografis dan fisikal. Tak beda jauh dengan tokoh-tokoh dalam cerpen Harris Effendi Thahar atau Wisran Hadi, misalnya.

Sebagai seorang jurnalis (bekerja di Harian Padang Ekspres), Ode rupanya jeli mengamati fakta sosial tradisional di wilayah Sumatera Barat yang kemudian dituang ke dalam bentuk cerpen. Cerpen-cerpen Ode bersentuhan langsung dengan kondisi sosial orang-orang kecil dan biasa saja, seperti petani, nelayan, para pengangguran yang menghabiskan waktu dengan mabuk, berzina dengan istri teman, dan sebagainya.

Buku berisi 15 cerpen Ode Barta Ananda ini diberi judul Emas Sebesar Kuda. Judul ini dipilih merujuk kepada cerpen-cerpen Ode yang parodik, karikatural, unik, nakal terhadap berbagai hal. Mulai dari masyarakat dan kebudayaan lokal (Minangkabau), hingga situasi Indonesia. Ode lihai membangun suasana dan latar. Ia mampu menghidupkan kosa kata dan idiom Minang, dan tak ragu memasukkan bahasa keseharian seperti “aden”, “wa’ang”, “uni”, “uda”, “nagari”, “jorong”, “sayak”, “litak”, “bacakak”, “gonjong”, “tabuah nagari”, bahkan umpatan khas Minang semacam “kanciang”, “kalera”, “lampang” dan “lanyau”, meskipun dengan risiko akan dianggap jorok atau kasar oleh pembacanya. Namun sebagai teks sastra, demikianlah realitas yang coba dan telah dihimpun Ode. Disharmoni teks yang pernah ditempuh Joni Ariadinata dalam cerpen-cerpennya beberapa tahun silam juga telah lama dilakukan Ode. Kekentalan idiom lokal Minang juga bisa mengingatkan pada cerpen-cerpen Korrie Layun Rampan yang sarat idiom Dayak.

Salah satu cerpen menarik adalah “Burung Beo Bupati”. Cerpen ini relevan dengan maraknya Pilkada di negeri ini yang kerap menyisakan masalah, salah satunya adalah politik uang di belakang layar Pilkada. Ini tak luput dari endusan Ode Barta Ananda. Berkisah tentang seorang bupati yang hendak mempertahankan jabatannya dengan cara menyuap pesaingnya dengan uang lima miliar. Menjelang pemilihan, dia kumpulkan tim suksesnya di rumah untuk memuluskan rencana. Karena kelalaian si bupati, burung beo di teras lepas dan berteriak lima miliar ke mana-mana. Bupati dan tim suksesnya, tak ingin malu, sibuk meringkus beo hingga ke hutan larangan, hutan yang dipercaya dikuasai mahluk gaib. Hasilnya, bupati raib. Dia ditemukan beberapa hari kemudian dalam keadaan hidup, tetapi dalam kondisi kusut masai. Pemilihan bupati rupanya telah selesai dan dia kalah suara. Getirnya, dia mendapati cek sebesar lima miliar dari lawannya dalam pemilihan bupati yang dititipkan pada istrinya.

Cerpen “Sipongang Petir di Koto Panjang” (yang konon dipajang besar-besar di ruang kerja Ode Barta Ananda), juga memeram satir lain. Sudah jadi tradisi di Minang bahwa paman wajib mengurus keponakan. Bagitu pula dengan Mamak (Paman) Unjok yang membiayai kuliah Jumadil, keponakannya. Dari hasil kebun dan ternak yang diurus Mamak Unjok, Jumadil meraih gelar doktorandus. Sayangnya, usai bertitel Jumadil malah menganggur karena sulit mendapat pekerjaan. Untuk turun ke sawah atau mengurus ternak, Jumadil malu. Buat apa tinggi-tinggi sekolah jika harus kembali ke sawah, begitu dalihnya. Setelah lama menganggur, dia merayu Mak Unjok agar menjual kerbau untuk biaya merantau. Mak Unjok murka karena keponakannya tak habis-habis minta tolong. Tak terima, Jumadil membunuh Mamak Unjok. Lima tahun kemudian dia pulang dan mendapati kampungnya, Koto Panjang, telah berubah jadi telaga (bendungan).

Membaca antologi cerpen Emas Sebesar Kuda ini seperti memandangi potret masyarakat Minang hasil jepretan imajinasi Ode Barta Ananda semasa hidup. Bagaimana Ode merepresentasikan perubahan sosial kultural akibat perubahan zaman dalam bangunan cerpen (“Nisan dan Perempuan Penjual Kembang”, “Gila, Teriak Menjelma Raungan!”, “Samiun dan Lelaki Luka”, “Pemantik Api yang Melayang dari Jendela”). Tradisi lokal yang dibiarkan hidup (“Sebotol Lebah”, “Menjelang Gerbang”, “Ketika Alek Nagari Sedang Memuncak”), atau tradisi yang “dibenturkan” dengan modernitas dalam “Empat Setengah Karung Goni Penuh Ulat”, “Emas Sebesar Kuda”, “Saluang Saja yang Menyampaikan”, “Sipongang Petir di Koto Panjang” dan “Sepasang Drum Aspal di Tengah Ladang Tebu.”

Begitulah. Fakta sejarah telah membuktikan, karya sastra bisa melampaui ruang dan waktu. Demikian juga dengan karya-karya almarhum Ode Barta Ananda. Meski hampir genap dua tahun meninggal, namun karya-karyanya masih tetap hidup.***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati