Judul buku: Lelaki Lebah
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Tuas Media
Cetakan : I, Mei 2011
Tebal: IV + 308 Halaman
Harga: @Rp 40.000,00
Peresensi: Petak Pambelum
http://sastra-indonesia.com/
Praduga Awal yang Keliru
Saat pertama saya membaca judul novel ini, yang tergambar di otak saya ialah seorang lelaki hidung belang yang gemar mempermainkan wanita dengan akal bulusnya. Dia selalu menyengat mangsa-mangsanya tanpa mengenal rasa ampun. Lalu meninggalkan semua korbannya begitu saja. Gambaran itu membuat hati saya sedikit jengkel. Bahkan, awalnya sama sekali saya tak tertarik membacanya. Akan tetapi, seorang teman menyarankan saya untuk membaca isinya. Katanya, novel ini ada kaitannya dengan dunia tulis yang saya geluti ini. Benar, setelah membacanya dari lembar pertama hingga lembar terakhir, isinya di luar gambaran awal di otak saya sebelumnya. Ya, ternyata saya salah besar.
Secara jujur, novel ini menyeret saya langsung ke bumi Kalimantan Tengah, bumi yang sekarang dipimpin seorang gubernur asli sana, Teras Narang. Kemudian, saya dibawa kembali lagi ke Kalimantan Selatan dan sering bolak-balik Banjarmasin—Palangkaraya. Saya akui, ini seru! Hal itu bukan tanpa alasan. Sejak pertemuan pertama di bagian awal, saya disuguhi sang penulisnya—yang telah mengarang delapan buah judul buku tunggal dan pernah menjuarai lomba blog tingkat nasional ini—dengan keindahan Bukit Tangkiling dan Sungai Kahayan yang eksotis. Memasuki bagian kedua, saya pun dihadapkan pada beberapa kekhasan dunia Kalimantan Selatan semisal kue kelepon dan keadaan terminal induk Pal 6 Banjarmasin.
Setelah saya melangkah dari bagian demi bagian isinya, barulah saya menangkap sebuah pemahaman yang dalam dari sebuah kandungan Alqur’an, yakni dalam surah ke-16, yakni surat Annahl atau lebah. Tepatnya sebuah pemahaman tentang pentingnya kebermanfaatan seseorang terhadap agama, dunia sekitarnya (alam, manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya, juga flora dan fauna), dan dirinya sendiri.
Dalam novel yang lumayan tebal ini, dikisahkan seorang pemuda bernama Akhmad Hafizuddin Noor Muta’ali sebagai pegawai negeri sipil sekaligus sastrawan yang ditempatkan di luar provinsi tempat kelahirannya. Walaupun dia seorang pegawai negeri sipil, tidak serta merta membuatnya hidup berkecukupan dengan gaji tetap yang diterimanya tiap bulan. Terlebih lagi saat dia masih menjadi seorang CPNS, gajinya belum bisa keluar selama tiga bulan lamanya. Belum lagi uang prajabatan, harus ditanggungnya sendiri seratus persen karena alasan yang tak jelas dari pihak kantor tempat dia bekerja. Bayangannya tentang enaknya menjadi PNS pun, ternyata jauh sekali dari kenyataan yang dijalaninya di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Dari sekian kesusahan itu, hal yang paling berat dipikulnya ialah meninggalkan ayahnya yang menderita stroke di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara usulan pindah kerja belum bisa ditempuhnya lantaran masa kerjanya masih di bawah lima tahun. Namun, kesusahan yang dialaminya bukanlah sebuah batu sandungan yang membuatnya berhenti begitu saja. Kesusahan demi kesusahan malah menjadikannya tahan banting atas keadaan yang ada. Bahkan, dia rela menjadi kuli bangunan demi mencukupi kebutuhannya dan juga kebutuhan ayahnya pascapemotongan gajinya. Pemotongan itu untuk membayar pinjaman uang olehnya dari koperasi di kantornya. Ya, dia terpaksa meminjam sejumlah uang itu untuk biaya operasi ayahnya di Banjarmasin. Keputusannya menjadi kuli bangunan itu bukan tanpa konsekuensi. Selain lelah secara lahiriah, wanita-wanita yang semula mendekatinya, berbalik menjauhinya. Hal ini merupakan pukulan batin tersendiri baginya.
Mewujudkan Cita-Cita
Siapa yang tak memiliki cita-cita? Saya yakin semua orang dalam jiwanya memiliki cita-cita yang hendak diwujudkannya.
Penderitaan lahir dan batin oleh sang tokoh sentral dalam novel ini, perlahan sirna seperti debu-debu yang diembusi angin sejuk. Keadaan itu tentunya tak luput dari dukungan dari sebagian temannya. Terutama Latifah. Ya, dia seorang wanita bermata sipit dan berkulit kuning keputihan. Latifah tak mau diam saja melihat kenyataan pahit yang dialami Hafiz. Dukungannya terkait dengan harapan Hafiz memiliki sebuah penerbitan buku yang maju, menjadikan Hafiz bangkit kembali di dunia itu. Dari hari ke hari Hafiz mengembangkan usahanya. Lelah dan lainnya seperti tak pernah menghampirinya.
Mendalami program pendukung pracetak, seperti page maker, corelDraw, dan adobe photoshop menjadi awal dari kebangkitannya kembali di dunia penerbitan. Bukan hal yang aneh lagi buatnya berlama-lama di perpustakaan dan sering berada di depan komputer untuk menguasai semua program itu. Begitu pun dengan mengakrabi dunia cetak dan dunia lem perekat kertas untuk penjilidan buku yang sempurna. Itu semua dilakukannya untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan kegigihannya itu, juga atas bantuan Ilahi, Hafiz berhasil menerbitkan buku sendiri dengan hasil yang memuaskan. Tak jarang penulis-penulis lain, terutama penulis pemula memintanya menerbitkan karya-karya mereka di penerbitan yang dia namai Panala atau bulan dalam bahasa Dayak Ngaju.
Novel dari Kisah Nyata
Perjuangan Hafiz sebagai lelaki lebah—lelaki yang gigih, tidak serakah, dan memberikan kebermanfaatan agama, dunia sekitarnya (alam, manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya, juga flora dan fauna), dan dirinya sendiri—menjadi cerita inti dari buku novel ini. Walaupun terinspirasi dari cerita nyata, reka daya cerita dari penulisnya mewarnai isinya.
Adanya tokoh fiktif dan kefiktifan lainnya itu bukan menyurutkan jalan cerita, tetapi justru menambah kekuatan alur yang ada. Begitu pun nama Hafiz yang bukan nama sebenarnya dari tokoh cerita aslinya, tidak melemahkan novel setebal 300 halaman lebih ini. Selain itu, dengan adanya dialog-dialog cair, menjadikan novel ini tidak terkesan menggurui pembaca saat ada dalil-dalil agama yang dilekatkan di dalamnya. Yang menjadikan kelemahannya ialah novel ini masih belum mengangkat masalah-masalah kelokalan yang berkaitan dengan makhluk hidup semisal penebangan hutan secara gambalang dan luas walau pun latar tempatnya sangat kental dengan lokalitas Kalimantan. Walau demikian, hal itu masih bisa dimaklumi karena ini ialah sebuah novel dan bukan sebuah buku ilmiah tentang flora dan fauna.
Kehadiran novel karya penulis muda yang pernah hidup bolak-balik Kalimantan Tengah—Kalimantan Selatan ini patut kita hargai. Walaupun buku ini sebuah novel, wujudnya merupakan cambuk bagi pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memperhatikan keadaan di daerah, termasuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan selatan semisal kabut asap dan lainnya. Selamat buat Mahmud Jauhari Ali atas terbitnya novel ini.
20 September 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar