Kamis, 06 Oktober 2011

Sepak Terjang Seorang Sastrawan di Perantauan

Judul buku: Lelaki Lebah
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Tuas Media
Cetakan : I, Mei 2011
Tebal: IV + 308 Halaman
Harga: @Rp 40.000,00
Peresensi: Petak Pambelum
http://sastra-indonesia.com/
Praduga Awal yang Keliru

Saat pertama saya membaca judul novel ini, yang tergambar di otak saya ialah seorang lelaki hidung belang yang gemar mempermainkan wanita dengan akal bulusnya. Dia selalu menyengat mangsa-mangsanya tanpa mengenal rasa ampun. Lalu meninggalkan semua korbannya begitu saja. Gambaran itu membuat hati saya sedikit jengkel. Bahkan, awalnya sama sekali saya tak tertarik membacanya. Akan tetapi, seorang teman menyarankan saya untuk membaca isinya. Katanya, novel ini ada kaitannya dengan dunia tulis yang saya geluti ini. Benar, setelah membacanya dari lembar pertama hingga lembar terakhir, isinya di luar gambaran awal di otak saya sebelumnya. Ya, ternyata saya salah besar.

Secara jujur, novel ini menyeret saya langsung ke bumi Kalimantan Tengah, bumi yang sekarang dipimpin seorang gubernur asli sana, Teras Narang. Kemudian, saya dibawa kembali lagi ke Kalimantan Selatan dan sering bolak-balik Banjarmasin—Palangkaraya. Saya akui, ini seru! Hal itu bukan tanpa alasan. Sejak pertemuan pertama di bagian awal, saya disuguhi sang penulisnya—yang telah mengarang delapan buah judul buku tunggal dan pernah menjuarai lomba blog tingkat nasional ini—dengan keindahan Bukit Tangkiling dan Sungai Kahayan yang eksotis. Memasuki bagian kedua, saya pun dihadapkan pada beberapa kekhasan dunia Kalimantan Selatan semisal kue kelepon dan keadaan terminal induk Pal 6 Banjarmasin.

Setelah saya melangkah dari bagian demi bagian isinya, barulah saya menangkap sebuah pemahaman yang dalam dari sebuah kandungan Alqur’an, yakni dalam surah ke-16, yakni surat Annahl atau lebah. Tepatnya sebuah pemahaman tentang pentingnya kebermanfaatan seseorang terhadap agama, dunia sekitarnya (alam, manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya, juga flora dan fauna), dan dirinya sendiri.

Dalam novel yang lumayan tebal ini, dikisahkan seorang pemuda bernama Akhmad Hafizuddin Noor Muta’ali sebagai pegawai negeri sipil sekaligus sastrawan yang ditempatkan di luar provinsi tempat kelahirannya. Walaupun dia seorang pegawai negeri sipil, tidak serta merta membuatnya hidup berkecukupan dengan gaji tetap yang diterimanya tiap bulan. Terlebih lagi saat dia masih menjadi seorang CPNS, gajinya belum bisa keluar selama tiga bulan lamanya. Belum lagi uang prajabatan, harus ditanggungnya sendiri seratus persen karena alasan yang tak jelas dari pihak kantor tempat dia bekerja. Bayangannya tentang enaknya menjadi PNS pun, ternyata jauh sekali dari kenyataan yang dijalaninya di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Dari sekian kesusahan itu, hal yang paling berat dipikulnya ialah meninggalkan ayahnya yang menderita stroke di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara usulan pindah kerja belum bisa ditempuhnya lantaran masa kerjanya masih di bawah lima tahun. Namun, kesusahan yang dialaminya bukanlah sebuah batu sandungan yang membuatnya berhenti begitu saja. Kesusahan demi kesusahan malah menjadikannya tahan banting atas keadaan yang ada. Bahkan, dia rela menjadi kuli bangunan demi mencukupi kebutuhannya dan juga kebutuhan ayahnya pascapemotongan gajinya. Pemotongan itu untuk membayar pinjaman uang olehnya dari koperasi di kantornya. Ya, dia terpaksa meminjam sejumlah uang itu untuk biaya operasi ayahnya di Banjarmasin. Keputusannya menjadi kuli bangunan itu bukan tanpa konsekuensi. Selain lelah secara lahiriah, wanita-wanita yang semula mendekatinya, berbalik menjauhinya. Hal ini merupakan pukulan batin tersendiri baginya.

Mewujudkan Cita-Cita

Siapa yang tak memiliki cita-cita? Saya yakin semua orang dalam jiwanya memiliki cita-cita yang hendak diwujudkannya.

Penderitaan lahir dan batin oleh sang tokoh sentral dalam novel ini, perlahan sirna seperti debu-debu yang diembusi angin sejuk. Keadaan itu tentunya tak luput dari dukungan dari sebagian temannya. Terutama Latifah. Ya, dia seorang wanita bermata sipit dan berkulit kuning keputihan. Latifah tak mau diam saja melihat kenyataan pahit yang dialami Hafiz. Dukungannya terkait dengan harapan Hafiz memiliki sebuah penerbitan buku yang maju, menjadikan Hafiz bangkit kembali di dunia itu. Dari hari ke hari Hafiz mengembangkan usahanya. Lelah dan lainnya seperti tak pernah menghampirinya.

Mendalami program pendukung pracetak, seperti page maker, corelDraw, dan adobe photoshop menjadi awal dari kebangkitannya kembali di dunia penerbitan. Bukan hal yang aneh lagi buatnya berlama-lama di perpustakaan dan sering berada di depan komputer untuk menguasai semua program itu. Begitu pun dengan mengakrabi dunia cetak dan dunia lem perekat kertas untuk penjilidan buku yang sempurna. Itu semua dilakukannya untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan kegigihannya itu, juga atas bantuan Ilahi, Hafiz berhasil menerbitkan buku sendiri dengan hasil yang memuaskan. Tak jarang penulis-penulis lain, terutama penulis pemula memintanya menerbitkan karya-karya mereka di penerbitan yang dia namai Panala atau bulan dalam bahasa Dayak Ngaju.

Novel dari Kisah Nyata

Perjuangan Hafiz sebagai lelaki lebah—lelaki yang gigih, tidak serakah, dan memberikan kebermanfaatan agama, dunia sekitarnya (alam, manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya, juga flora dan fauna), dan dirinya sendiri—menjadi cerita inti dari buku novel ini. Walaupun terinspirasi dari cerita nyata, reka daya cerita dari penulisnya mewarnai isinya.

Adanya tokoh fiktif dan kefiktifan lainnya itu bukan menyurutkan jalan cerita, tetapi justru menambah kekuatan alur yang ada. Begitu pun nama Hafiz yang bukan nama sebenarnya dari tokoh cerita aslinya, tidak melemahkan novel setebal 300 halaman lebih ini. Selain itu, dengan adanya dialog-dialog cair, menjadikan novel ini tidak terkesan menggurui pembaca saat ada dalil-dalil agama yang dilekatkan di dalamnya. Yang menjadikan kelemahannya ialah novel ini masih belum mengangkat masalah-masalah kelokalan yang berkaitan dengan makhluk hidup semisal penebangan hutan secara gambalang dan luas walau pun latar tempatnya sangat kental dengan lokalitas Kalimantan. Walau demikian, hal itu masih bisa dimaklumi karena ini ialah sebuah novel dan bukan sebuah buku ilmiah tentang flora dan fauna.

Kehadiran novel karya penulis muda yang pernah hidup bolak-balik Kalimantan Tengah—Kalimantan Selatan ini patut kita hargai. Walaupun buku ini sebuah novel, wujudnya merupakan cambuk bagi pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memperhatikan keadaan di daerah, termasuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan selatan semisal kabut asap dan lainnya. Selamat buat Mahmud Jauhari Ali atas terbitnya novel ini.

20 September 2011

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati