Minggu, 18 Maret 2012

Melihat Puisi dari Industri Buku Yogyakarta

Hasta Indriyana*
Kompas Yogya, 1 Okt 2009

Seorang kawan penulis, yang kebetulan berkecimpung di dunia penerbitan, melontarkan keresahan seusai menyaksikan pameran buku di Jogja Expo Center, beberapa waktu berselang. Katanya, di antara ribuan buku yang ada, ia tidak mendapatkan satu buku puisi pun di semua stan yang diikuti puluhan penerbit. Ia menyayangkan karena sangat menunggu buku yang isinya puisi karya sejumlah penyair.

Betapa banal tabiat penerbit buku kita, komentarnya sambil memercayai omongan seorang negarawan Amerika bahwa puisi bisa meluruskan keadilan yang dibengkokkan. Saya pun kemudian mencoba melihat hal itu dengan sudut pandang berbeda. Menurut saya, ia telah menempatkan buku puisi sebagai produk yang selalu dibutuhkan pembaca. Katakanlah, ia adalah pencinta buku puisi, sebagaimana penggemar JK Rowling ketika menunggu-nunggu Harry Potter terbit.

Pemikiran saya malah berkebalikan. Buku puisi tercetak bukan karena pembaca menginginkan, tapi karena penyair (produsen) berusaha menerbitkan (meng-ada-kan). Kalau nantinya buku puisi terdistribusi dengan baik, ada ulasan atau kritikan di media massa, mengalami cetak ulang, bahkan mendapatkan award, itu lain soal. Menurut saya sebatas itu saja. Hal tersebut pernah disinggung Sapardi Djoko Damono dalam sebuah tulisannya di majalah Prisma tahun 1988, dan saya (sampai saat ini masih) mengimani hukum pasar tersebut.

Harga yang harus dibayar ketika menerbitkan buku puisi adalah kerugian secara material. Sebuah produksi buku dengan ketebalan 100 halaman sejumlah 1.000 eksemplar rata-rata menghabiskan duit Rp 5 juta. Selama ini, buku puisi laku di bawah 500 eksemplar. Jika harga buku dipatok Rp 30.000 dan penerbit mendapatkan 25 persen dari harga buku, maka taruhlah dengan laku 500 eksemplar, penerbit rugi Rp 1,25 juta. Penerbit Akar Indonesia yang berkiblat pada buku-buku sastra menyiasati perilaku pasar dan distributor dengan cara berdagang dari satu acara ke acara lain dan melalui jaringan komunitas di berbagai wilayah Indonesia (dari Aceh hingga Kupang).

Lain halnya dengan sistem penjualan yang diterapkan penerbit Omah Sore yang juga khusus menerbitkan buku-buku sastra. Omah Sore mencoba lewat jalur POD (print on demand). Penerbit mengiklankan buku-buku sastra melalui internet dan pesan pendek.

Ada dua hal yang bisa diurai atas fenomena di atas. Pertama, karena kita hidup di sebuah negara yang masyarakatnya rabun membaca, atau belum melek puisi. Di zaman digital yang segalanya mengalami percepatan, semua mesti dibeli dan dilahap. Semua terasa lebih enak dikonsumsi melalui media audiovisual (non-aksara). Membaca dan menulis sebagai konsekuensi dari “berpuisi” tentu dianggap sepele (bawang kosong), dianggap rumit, membuang waktu, dan tidak menghasilkan secara material. Mursal Esten menuliskan, masyarakat sastra Indonesia hanya 0,01 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sastra menjadi elitis, minoritas, dan dipinggirkan. Wajar jika banyak orang bertanya, “Mengapa puisi susah dimengerti?” Soalnya mereka rabun aksara sehingga puisi tampak “gelap dan pekat”.

Kedua, puisi dan industri merupakan dua hal yang saling ngungkuri, bertolak belakang. Puisi adalah jalan sunyi untuk memahami nilai kemanusiaan. Industri adalah arus hiruk-pikuk yang tabiatnya mereduksi nilai kemanusiaan. Dalam dunia industri, kaum modal kapital pintar mengondisikan komoditas menjadi sebuah kebutuhan. Masyarakat luas dibius brand dan image menjadi sekelompok konsumen yang patuh dan rajin membeli produknya. Misalnya, masyarakat Gunung Kidul (sampai bisa) menyebut segala merek sepeda motor dengan “honda”, tapi tidak demikian dengan buku sastra, khususnya puisi.

Puisi yang berdiri di jagat industri buku, saya analogikan, masuk dalam mutiara Jawa: ana ning ora ana, ada tapi tidak ada atau dianggap tidak ada tapi sebenarnya ada. Secara umum, produksi buku puisi 0,1 persen dari seluruh buku yang diproduksi penerbit. Penerbit di Yogyakarta yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) sejumlah 50 penerbit, sementara di luar Ikapi sekitar 15 penerbit. Masing-masing memproduksi minimal dua eksemplar tiap bulannya. Kita pun akan mendapatkan sejumlah angka mencengangkan (1,5 buku puisi) di antara 1.560 judul buku per tahunnya.

Maka, bagi kawan saya dan siapa pun “konsumen loyal” buku puisi, kita mesti bersabar dan menahan. Kita harus “puasa puisi” di tengah hidup seperti ini. Rasanya masih sangat lama buku puisi mencapai brand and ikon: “Belanja, pasti buku”, atau bahkan, “Shopping, ya puisi!”

Jalan sunyi

Puisi adalah jalan sunyi untuk memahami nilai kemanusiaan. Disebut jalan sunyi karena dalam proses penciptaannya melalui masa pengendapan (inkubasi), perenungan dan pemikiran, rekreasi, dan transformasi ke dalam wujud teks. Proses itu sendiri terkadang sangat soliter.

Sementara itu, industri selalu membombardir masyarakat dengan produk material dan mental kebergantungan. Industri pada akhirnya hanya memberikan kekayaan kepada segelintir orang. Puisi melahirkan manusia merdeka yang bebas dari kebergantungan (sebagai lawan kapitalisme).

Menunggu-nunggu buku puisi terbit sambil menuding kesalahan pihak tertentu tentu bukan sebuah kearifan. Penyair yang asyik dengan dunia metafora dan dirinya sendiri menjauhkan puisi dari masyarakat; kritikus sastra yang mandul adalah kambing hitam kemandekan sastra; penerbit yang “asal untung banyak” dan menafikan kualitas akan memperburuk dunia keaksaraan; pemerintah yang tidak memerhatikan serius akan melemahkan “pendidikan buku”; dan banyak lagi yang bisa dituding keliru.

Yogyakarta adalah kiblat buku dan sastra Indonesia. Telah banyak penulis dan sastrawan menggodok ilmunya di “kawah pendidikan” ini. Di kemudian hari pasca-1998, meledak penerbit “alternatif” yang jumlahnya mencapai seratusan. Lambat laun, industri buku dibelit keinginan memperkaya diri dan kejar setoran. Buku-buku copy-paste dan model “cepat saji” makin menimbun rak-rak toko buku dan luber di setiap pameran.

Sangat disayangkan, karena saatnya nanti, buku semakin tak bermutu. Sah apabila kawan saya tidak mendapatkan buku puisi, tidak menemukan “sepi” dan kemanusiaan di tengah hiruk-pikuk industri buku. Maka, tak ada kata lain selain menghibur diri bahwa kitab suci saja jarang dibaca, apalagi buku puisi!

HASTA INDRIYANA Penyair Kelahiran Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati