Senin, 11 September 2017

55 Tahun Orang NTT di Panggung Sastra *

Yohanes Sehandi **
yohanessehandi.blogspot.co.id

Sejak kapan orang NTT (Nusa Tenggara Timur) berkiprah di panggung sastra? Siapa perintis sastra NTT? Siapa saja orang-orang NTT yang menggeluti dunia sastra? Berapa jumlah karya sastra yang dihasilkan para sastrawan NTT? Inilah sejumlah pertanyaan menarik ketika orang menyaksikan betapa semaraknya pertumbuhan dan perkembangan sastra NTT dalam lima tahun terakhir ini, sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini. Sastra NTT yang dimaksudkan di sini adalah sastra Indonesia yang bertumbuh dan berkembang di Provinsi NTT atau sastra Indonesia warna daerah NTT. Sedangkan sastrawan NTT adalah orang-orang NTT atau keturunan orang NTT yang berkiprah di panggung sastra. Di tingkat nasional sastrawan NTT ini tentu bisa masuk dalam jajaran sastrawan Indonesia.

Sejak tahun 2010 saya melakukan penelitian pribadi (bersifat mandiri) terhadap pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia di Provinsi NTT beserta kiprah orang-orang NTT di panggung sastra, baik di tingkat regional NTT maupun di tingkat nasional. Hasil penelitian pribadi itu tertuang dalam dua judul buku, yakni Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (2012) dan Sastra Indonesia Warna Daerah NTT (2015). Kedua buku ini diterbitkan oleh Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Saya bersyukur buku pertama Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (2012) menjadi salah satu pemenang buku insentif untuk dosen yang diberikan oleh Ditjen Dikti Kemendikbud RI melalui SK Nomor 1982/E5.4/HP/2014 tertanggal 23 Juni 2014.

Gerson Poyk, Perintis Sastra NTT

Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai data dan dokumentasi yang ada, baik yang ada di NTT maupun di luar NTT, saya akhirnya menemukan orang NTT pertama yang menggeluti dunia sastra. Dia adalah Gerson Poyk. Gerson Poyk menulis dan mempublikasikan karya-karya sastranya lewat media cetak bertaraf nasional sejak Oktober 1961, tepat 55 tahun lalu. Gerson Poyk patut diberi penghormatan dengan sebutan sebagai “perintis sastra NTT.”

Gerson Poyk

Data otentik karya sastra Gerson Poyk yang saya miliki sebagai karya awal orang NTT di bidang sastra adalah cerita pendek, berjudul “Mutiara di Tengah Sawah.” Cerpen ini dimuat dalam majalah Sastra (Nomor 6, Tahun I, Oktober 1961) dan mendapat hadiah dari majalah Sastra sebagai cerpen terbaik pada tahun 1961 itu. Majalah Sastra adalah majalah bulanan yang khusus menerbitkan karya-karya sastra, terbit pertama kali tahun 1961, dipimpin H.B. Jassin dan M. Balfas.  Cerpen  berjudul “Mutiara di Tengah Sawah” ini setelah 23 tahun kemudian, yakni tahun 1984, ditambah dengan sejumlah cerpen Gerson Poyk yang lain, dibukukan dalam satu buku antologi cerpen berjudul Mutiara di Tengah Sawah (1984).

Dalam sejumlah biografi (riwayat hidup) Gerson Poyk yang tertera pada buku-buku karyanya terungkap bahwa Gerson Poyk mulai menulis karya sastra sejak menjadi guru SMP dan SGA di Ternate dan di Bima sebelum tahun 1961. Disebutkan, ada sejumlah media yang memuat karya sastranya, yakni Mimbar Indonesia, Tjerita, dan Sastra. Hanya sayangnya, saya hanya menemukan data otentik karya sastra Gerson Poyk pada majalah Sastra (1961), sedangkan pada majalah Mimbar Indonesia dan Tjerita sebelum tahun 1961, tidak ditemukan.

Dalam forum Temu 1 Sastrawan NTT yang diselenggarakan Kantor Bahasa Provinsi NTT pada 30-31 Agustus 2013 di Aula Taman Budaya NTT, Kupang, saya tanyakan langsung kepada Gerson Poyk apa judul karya sastra pertamanya. Dijawab bahwa karya sastra pertamanya berupa cerpen dengan judul “Mutiara di Tengah Sawah.” Atas jawaban itu, saya sungguh merasa lega dan bahagia, karena hasil temuan saya tidak keliru.

Dengan demikian, pertanyaan, kapan sastra NTT lahir, jawabannya pada tahun 1961, tepatnya bulan Oktober 1961, dengan perintisnya Gerson Poyk. Tidak ada orang NTT lain yang menulis karya sastra sebelum tahun 1961 itu, selain Gerson Poyk. Dengan demikian, pada tahun 2016 ini, sastra NTT sudah berusia 55 tahun. Sastra NTT lahir 3 tahun setelah Provinsi NTT lahir pada 22 Desember 1958.

Gerson Poyk lahir pada 16 Juni 1931 di Namodale, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT. Tahun 2016 ini Gerson Poyk genap berusia 85 tahun. Selama 55 tahun terus-menerus, sejak tahun 1961 sampai dengan 2016 ini, Gerson Poyk tetap dan terus berkarya sastra, mengangkat citra Provinsi NTT dalam panggung sastra Indonesia modern. Banyak pembaca karya sastra Indonesia modern dengan sangat mudah menghubungkan karya-karya sastra Gerson Poyk dengan kondisi alam lingkungan dan sosial budaya Provinsi NTT. Gerson Poyk juga sering dijuluki sebagai pendongeng dari Timur.

Pada Temu 2 Sastrawan NTT di Universitas Flores, Ende, pada 8-10 Oktober 2015, yang diselenggarakan Kantor Bahasa Provinsi NTT, yang dihadiri lebih dari 60 sastrawan NTT yang hadir, “menetapkan” tanggal 16 Juni sebagai Hari Sastra NTT, bersamaan dengan HUT Gerson Poyk. Ini terkandung maksud sebagai bentuk rasa hormat kepada Gerson Poyk sebagai perintis sastra NTT. Hari Sastra NTT diperingati pertama kali pada 16 Juni 2016.

Cerpen Gerson Poyk berikutnya yang terdata setelah “Mutiara di Tengah Sawah” adalah cerpen berjudul “Oleng-Kemoleng” dimuat dalam majalah sastra Horison tahun 1968 dan mendapat pujian dari Redaksi majalah sastra Horison pada tahun itu. Pada tahun 1975, Gerson Poyk menggebrak dengan menerbitkan tiga buku kumpulan cerpen, yakni (1) Nostalgia Nusa Tenggara (1975, 1977); (2) Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Aleksander Rajaguguk (1975, 1977); dan (3) Matias Akankari (1975). Ketiga buku antologi cerpen ini diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah, Ende, penerbit yang sangat berjasa dalam mengangkat karier Gerson Poyk di bidang sastra selanjutnya, baik tingkat nasional maupun internasional.

Pada tahun 1964 Gerson Poyk menerbitkan pertama kali karya sastra novel, yakni novel Hari-Hari Pertama (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1964, 1968). Beliau orang NTT pertama yang menulis karya sastra novel. Novel Gerson yang kedua berjudul Sang Guru terbit 1971 oleh Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta. Novel yang ketiga berjudul Cumbuan Sabana terbit 1979 oleh Penerbit Nusa Indah, Ende.

Berdasarkan hasil penelusuran saya, sampai dengan 2016 ini, Gerson Poyk telah menerbitkan buku novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan buku jurnalistik bergaya sastra sebanyak 29 judul, namun rupanya masih banyak buku sastra Gerson yang belum terlacak. Pada waktu ditanyakan, beliau sendiri tidak ingat lagi berapa jumlah karya sastra yang telah diterbitkannya dalam bentuk buku. Di samping sebagai perintis sastra NTT, Gerson Poyk juga sekaligus sebagai perintis penulisan cerpen dan novel dalam sastra NTT.

Sastrawan NTT berikutnya yang mengikuti jejak Gerson menulis cerpen dan novel adalah Julius R. Sijaranamual (1944-2005), Agust Dapa Loka, Willy A. Hangguman, Maria Matildis Banda, Yoss Gerard Lema, Fanny J. Poyk, Vincentcius Jeskial Boekan, Buang Sine, Mezra E. Pellondou, Robert Fahik, Pion Ratuloly, Christo Ngasi, Erlyn Lasar, dan lain-lain.

Dami N. Toda, Perintis Puisi dan Kritik Sastra

Pertanyaan berikut, siapa orang NTT pertama yang menulis puisi dan kritik sastra? Berdasarkan hasil penelusuran saya, orang NTT pertama yang menulis puisi dan mempublikasikannya dalam media cetak bertaraf nasional adalah Dami N. Toda (1942-2006). Beliau pula orang NTT pertama yang menulis telaah dan kritik sastra. Lahir pada 29 September 1942 di Cewang, Pongkor, Kabupaten Manggarai, NTT, meninggal dunia di Hamburg, Jerman, pada 10 November 2006. Dami Toda patut diberi penghormatan sebagai penyair perintis dan kritikus perintis dalam sastra NTT.

Dami N. Toda

Dami Toda menulis puisi pertama kali pada tahun 1969 dengan judul “Sesando Negeri Savana” dimuat  majalah Sastra (Nomor 7, Juli 1969). Puisi yang kedua pada 1973 berjudul “Epitaph Buat Daisia Kecil” dimuat dalam majalah sastra Horison (Nomor 12, Tahun VIII, Desember 1973). Puisi yang ketiga pada 1977 berjudul “Pidato Kuburan Seorang Pembunuh (Tragedi Pendendam Tua di Adonara)” dimuat dalam Majalah Dian (Nomor 1, Tahun V, 24 Oktober 1977), yang pada bagian akhir puisi tertulis, Mei 1967 (artinya puisi ini diciptakan tahun 1967). Dilihat dari segi tahun penciptaannya, puisi yang dimuat Majalah Dian (terbitan Ende, Flores), adalah puisi pertama Dami (Mei 1967), namun dilihat dari segi tahun publikasinya, puisi yang dimuat majalah Sastra (1969) adalah puisi pertama Dami.

Buku kumpulan puisi Dami Toda pertama terbit 1976 dalam bentuk antologi bersama penyair Indonesia lain berjudul Penyair Muda di Depan Forum (diterbitkan Dewan Kesenian Jakarta, 1976). Puisi-puisi Dami yang lain terdapat dalam antologi puisi Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern III (Gramedia, Jakarta, 1987) editor Linus Suryadi AG. Tahun 2005 terbit buku kumpulan puisi pribadinya berjudul Buru Abadi (Indonesia Tera, Magelang, 2005). Di bidang penulisan puisi, Dami Toda tidak terlalu produktif.

Dalam perjalanan kariernya, Dami Toda lebih banyak menulis kritik sastra sehingga lebih dikenal luas sebagai kritikus sastra daripada sebagai penyair. Karya Dami Toda dalam bidang telaah dan kritik sastra dan budaya, antara lain (1) Puisi-Puisi Goenawan Mohamad (Pusat Bahasa, Jakarta, 1975), (2) Sajak-sajak Goenawan Mohamad dan Sajak-sajak Taufik Ismail (bersama Pamusuk Eneste, Pusat Bahasa, Jakarta, 1976), (3) Novel Baru Iwan Simatupang (Pustaka Jaya, Jakarta, 1980), (4) Cerita pendek Iwan Simatupang Tegak Lurus dengan Langit (pengumpul dan penyusun Prakata, Sinar Harapan, Jakarta, 1983), (5) Hamba-Hamba Kebudayaan (Sinar Harapan, Jakarta, 1984), (6) Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (Nusa Indah, Ende, 1999), (7) Maka Berbicaralah Zarathustra karya Friedrich Nietzsche (penerjemah dan penyusun Prakata, Nusa Indah, Ende, 2000), dan (8) Apakah Sastra? (Indonesia Tera, Magelang, 2005).

Penyair NTT berikut setelah Dami N. Toda merintisnya adalah Umbu Landu Paranggi, John Dami Mukese, Leo Kleden, Usman D. Ganggang, Marsel Robot, Sr. Wilda, CIJ, Santisima Gama, Amanche Franck Oe Ninu, Bara Pattyradja, Jefta Atapeni, Christian Dicky Senda, Mario F. Lawi, dan lain-lain. Penyair NTT yang cukup produktif adalah John Dami Mukese. Nama Dami Mukese melejit di tingkat nasional pada tahun 1980-an tatkala puisi panjangnya “Doa-Doa Semesta” (20 bait) dimuat dalam majalah sastra Horison (Nomor 2, Tahun 1983, halaman 86-89). Sampai kini Dami Mukese telah menerbitkan sejumlah buku puisi, yakni (1) Doa-Doa Semesta (Nusa Indah, Ende, 1983, 1989, 2015), (2) Puisi-Puisi Jelata (Nusa Indah, Ende, 1991), (3) Doa-Doa Rumah Kita (1996), (4) Kupanggil Namamu Madonna (Obor, Jakarta, 2004), dan (5) Puisi Anggur (2004).

Dalam usia sastra NTT yang ke-55 pada tahun 2016 ini jumlah orang NTT yang berkiprah di panggung sastra sebanyak 44 orang. Para penulis sastra ini patut diberi apresiasi dengan sebutan sebagai sastrawan NTT. Berdasarkan data yang saya miliki, para sastrawan NTT ini telah mempersembahkan 164 judul buku sastra untuk masyarakat NTT, Indonesia, dan dunia. Karya para sastrawan NTT ini saya kelompokan menjadi tiga genre, yakni novel, cerpen, dan puisi. Adapun perinciannya, 66 judul buku novel, 41 judul buku antologi cerpen, dan 57 judul buku antologi puisi. Sastrawan NTT yang paling poduktif dan berkarya sastra selama 55 tahun terus-menerus adalah Gerson Poyk, sang perintis sastra NTT. Yang sedikit mengikuti jejak Geson Poyk dari segi produktivitas adalah Maria Matildis Banda, John Dami Mukese, Mezra E. Pellondou, dan Mario F. Lawi. *

*) Catatan: Artikel ini merupakan ringkasan makalah yang dipresentasikan pada Seminar Internasional yang bertema Bahasa, Budaya, dan Masyarakat, diselenggarakan oleh Program Studi Magister Linguistik, Pascasarjana Universitas Nusa Cendana, Kupang pada Jumat, 9 September 2016.
**) Pengamat Sastra NTT dari Universitas Flores, Ende
http://yohanessehandi.blogspot.co.id/2016/11/55-tahun-orang-ntt-di-panggung-sastra.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati