Dwi Fitria
http://jurnalnasional.com/
Di dunia internasional sastra Indonesia tertatih, kondisi yang seharusnya bisa diubah.
Sastra Indonesia belum mampu berbicara di kancah sastra dunia. Teknologi komunikasi yang semakin canggih tak berbanding lurus dengan perkembangan sastra Indonesia. Jauh di masa lalu, sastra Indonesia malah memiliki peran yang jauh lebih penting dalam kancah sastra dunia.
“Zaman dulu ketika teknologi tak secanggih sekarang, Indonesia justru memiliki karya yang amat berarti bagi sastra dunia. Lihat saja karya-karya Pujangga Lama, serat-serat, sajak-sajak Islam, I La Galigo, hingga puisi-puisi Jawa” ujar Radhar Panca Dahana.
Saat ini peran sastra Indonesia teramat minor, nyaris tak punya arti yang signifikan, bahkan di tingkat regional. Menurut Radhar sastra Indonesia saat ini hanya mampu berbicara di negara-negara yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini, di tengah-tengah kemajuan teknologi, dan perkembangan jalur informasi yang memungkinkan sastra disampaikan dalam medium yang amat beragam, sastra di Indonesia masih menekankan semata pada cara “lama.” Yaitu percetakan. “Kurangnya penguasaan terhadap jalur-jalur lain semisal e-book, membuat sastra Indonesia tak berkembang sebagaimana mestinya,” ujar Radhar
Faktor lain yang juga merupakan penghambat yang amat signifikan adalah sedikitnya pengarang Indonesia yang menggunakan bahasa-bahasa internasional sebagai medium ekspresi mereka. Kebanyakan masih semata mengandalkan bahasa lokal. Penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing yang minim menurut Radhar juga menjadi penyebab gaung sastra Indonesia yang kurang terdengar. “Dibandingkan dengan masa 60-an dan 70-an, penerjemahan karya sastra Indonesia ke bahasa asing, saat ini amat berkurang.”
Hal yang sama juga ditekankan sastrawan Warih Wisatsana, penerjemahan karya sastra kontemporer Indonesia yang tak memadai merupakan salah satu penyebab mandegnya perkembangan sejarah sastra Indonesia
Kurang Aktif
“Dibandingkan dengan negara Asia saja, semisal Jepang, Indonesia termasuk amat ketinggalan. Jepang dengan amat aktif menghadirkan karya-karya sastra karya anak negeri mereka dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa dunia.“
Di mata dunia, nama sastrawan Indonesia yang tak terlalu asing masih bisa dihitung dengan jari, Pramoedya Ananta Toer salah satunya. Lewat jasa seorang penerjemah berkebangsaan Australia bernama Max Lane, karya-karya Pramoedya Tetralogi Pulau Buru, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Perburuan, Cerita dari Jakarta dan masih banyak lagi, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Pramoedya mendunia karena membawakan nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya.
Sayangnya di luar Pram, belum ada karya anak bangsa lain yang mendapatkan
pengakuan luas secara internasional. Hal ini amat bertolak belakang dengan Jepang yang sudah sejak lama aktif menerjemahkan karya-karya yang dianggap kanon. Selain itu masyarakat Jepang juga aktif menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Jepang. Penerjemahan yang berkembang baik inilah yang membuat warga dunia cukup akrab dengan karya-karya sastra Jepang. Nama-nama semisal Akutagawa Ryonusuke, Abe Kobo, Natsume Soseki. Atau yang terkontemporer dari negeri matahari terbit ini, pengarang Haruki Murakami dengan karya-karya Norwegian Wood, Kafka On The Shore, Dance, Dance, Dance, dan masih banyak lagi.
Sastrawan Jepang sudah dua kali masuk ke dalam jajaran pemenang Nobel. Pada 1968, Yasunari Kawabata memenangi hadiah bergengsi ini. Selanjutnya pada 1994, Kenzaburo Oe memenangi hadiah ini. Sementara sastrawan Jepang lainnya, Yukio Mishima setidaknya tiga kali dinominasikan untuk menerima penghargaan ini.
Nama Pramoedya beberapa kali disebut sebagai penerima Hadiah Nobel, namun hal itu tak kunjung menjadi kenyataan hingga kematian Pram pada 30 April 2006 lalu. Selepas Pram, belum ada sastrawan Indonesia lain yang disebut-sebut sebagai calon kuat penerima penghargaan sastra paling bergengsi itu.
“Karya sastra Jepang sudah memiliki sebuah sejarah yang panjang dalam kancah sastra dunia. Cukup panjang untuk memberikan pengaruh cara masyarakat dunia untuk mempersepsi sastra dunia secara keseluruhan. Belum demikian halnya dengan sejarah sastra Indonesia, “ ujar Warih.
Penerjemahan karya-karya memiliki peran yang amat penting memperkenalkan
kebudayaan Indonesia di mata dunia. “Memperkenalkan karya sastra kita ke kancah internasional akan membantu sinergi dalam bidang-bidang lainnya. Selain sebagai sebuah bentuk diplomasi budaya, juga membantu mengubah stereotipe. Sekaligus mengubah kesalahan cara pandang dunia luar terhadap Indonesia.”
Selain penerjemahan, sebab lain yang cukup kuat memengaruhi stagnasi sastra Indonesia adalah tiadanya juru bicara yang kuat mewakili sastra Indonesia, sebuah tugas yang semestinya dipegang oleh para akademisi atau kritikus sastra. Dahulu ada A. Teeuw yang dengan amat konsisten memperkenalkan sastra Indonesia kepada dunia. Sekarang memang banyak peneliti asing yang masih menaruh perhatian yang sama terhadap sastra Indonesia, namun mereka tak secara konsisten memberikan perhatiannya, sebab banyak masalah lain di Indonesia yang juga menarik perhatian mereka.
Mengglobalkan Sejarah Sastra
Namun kondisi ini bukannya tanpa harapan, Warih menunjuk karya pengarang Ayu Utami dan Gus tf Sakai sebagai beberapa contoh yang akan cukup kuat untuk memberikan warna “Indonesia” kepada sastra dunia. “ Selama para sastrawan bisa mulai berpikir dengan cara yang lebih global. Berpikir global tapi berperilaku lokal istilahnya, ”
Kondisi ini bukan berarti bahwa karya sastra Indonesia tak mampu bersaing di dunia internasional, selain karya dua penulis tadi, cukup banyak karya anak bangsa yang memiliki muatan yang amat layak untuk diketengahkan ke dunia internasional. “Yang penting memiliki jangkauan tematis yang mengglobal.“
Untuk bisa mencapai ini diperlukan dukungan dari semua pihak. Selama ini para penulis yang lahir menurut Warih lebih merupakan hasil pembelajaran yang otodidak dan bakat alam dari masing-masing penulis. Belum ada kurikulum khusus dalam sistem pendidikan Indonesia yang mendorong berkembangnya sastra secara lebih sistematis.
Oleh karenanya amat diperlukan sebuah kurikulum yang bisa membantu mengkatalisasi perkembangan sastra Indonesia. “Di banyak negara, belajar membaca sastra, dan menulis dalam arti yang sebenarnya adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulum. Sehingga para penulis di sana matang dengan jauh lebih cepat,” kata Warih.
Sementara menurut Radhar, jalan keluar dari keadaan yang sungguh tak
menggembirakan ini terletak pada kemampuan komunitas sastra sendiri untuk
memperkuat basis intelektual mereka. “Sastra Indonesia memerlukan juru bicara yang fasih dan memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah dan dunia sastra Indonesia. Juga konsisten membawa sastra Indonesia ke dunia internasional. Juru bicara ini juga harus memiliki pengetahuan yang luas dan senantiasa terkini mengenai perkembangan sastra di dunia internasional,” ujar Radhar.
Penguasaan bahasa asing yang memadai menurut Warih juga merupakan kunci lain untuk makin memperkaya wilayah jelajah para sastrawan Indonesia melamlaui sejarah sastra nasionalnya. Banyak membaca hasil karya sastra dunia akan memperkaya cara pandang, memperkaya kemungkinan tema, juga membantu para sastrawan masuk ke dalam pergaulan internasional.
“Penguasaan bahasa asing yang baik bahkan memungkinkan dihilangkannya klaim komunitas, seperti banyak terjadi sekarang, sebab seorang sastrawan yang bisa berbahasa asing dengan baik akan lebih mudah berhubungan langsung dengan pihak luar,” ujar Warih.
Untunglah menilik perkembangan generasi sastrawan yang lebih muda sekarang, Warih melihat sudah ada banyak kemajuan. “Di Bali contohnya, para penulis berusia 19-20 tahun saat ini dengan mudah mengujarkan apa yang dahulu di generasi saya perlu waktu cukup panjang untuk mengujarkannya,” ujarnya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
1 komentar:
Artikelnya bagus menambah wawasan dan pengalaman saya trims ya…lanjutkan artikelnya saya tunggu. O iya…Teman boleh minta bantuannya? Saya lagi ikut lomba Speedy Blogging Competition 2008, dimana criteria penilaiannya blog adalah banyak pengunjung, posting dan komentar. Boleh saya minta komentar dari teman untuk artikel di blog saya? Please….. Kalau Boleh Kunjungi blog saya, hari ini saya baru posting artikel tolong komentarnya, komentarnya harus berkaitan dengan artikel yang di pilih teman. Ini alamatnya : http://regedit.blog.telkomspeedy.com/ terima kasih banyak.
Posting Komentar