Aini Aviena Violeta
Foto hitam putih itu aku temukan ketika sedang asyik membersihkan kamar Mama. Gambarnya masih lumayan jelas. Di foto itu kulihat Mama sedang menggendongku ketika aku masih bayi dengan penuh kasih sayang. Tak terasa air mataku meleleh di pipi. Aku rindu kasih sayang itu.
“Tok… tok… tok…” Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Aku pun langsung menuju pintu depan rumahku. Ku buka pintu perlahan. Ternyata Mama berdiri bersama adik. Mereka baru datang dari rumah nenek.
“Risty, kamu tadi kemana aja? Dari tadi Mama nunggu di sini, kamu belum nongol-nongol. Kan kasihan adik kepanasan” Mama mulai ngomel-ngomel.
“Uuuh… Kenapa sih adik terus yang dipikirin? Mama ga’ tahu apa, aku ini capek. Aku kan baru selesai bersih-bersih rumah. Aku kira Mama akan senang ngeliat aku mau bersih-bersih. Tapi ternyata itu jauh di luar dugaanku” Aku segera berlari menju kamar dan menutup pintu dengan sekeras mungkin. Aku memandangi foto Mama yang terpampang di sudut kamarku,M ama terlihat seperti bidadari. Tapi kenapa, di hari ibu ini Mama tidak lagi memberikan senyum indahnya? Mama tak lagi seperti dulu… semua ini gara-gara adik! Kenapa dulu aku mendambakan seorang adik? Kini Mama menjadi lebih sayang kepada adik daripada aku.
“Nina bobo oh nina bobo.” Aku mengintip Mama lewat lubang-lubang ventilasi kamarku. Mama membelai adik dengan penuh kasih sayang.
“Tidurlah tidur anakku sayang.” Terdengar lagi suara Mama yang merdu. Dulu, Mama menyanyikan lagu itu untukku. Tapi sekarang aku benar-benar telah kehilangan kasih sayang. Kasih sayang itu sekarang telah beralih ke adikku. Aku sangat sedih. Apa jangan-jangan aku anak tiri? Pikirku dalam hati.
“Mama jahat…!” Aku berteriak sekeras mungkin. Air mataku diam-diam telah menetes. Tapi, cepat-cepat ku seka air mataku.
“Risty, kenapa kamu teriak-teriak? Kamu sengaja membuat adik kamu bangun?” aku menoleh ke arah Mama yang berdiri tepat dibelakangku. Aku hanya bisa diam dan langsung ngelonyor pergi ke rumah Erra tetanggaku. Pasti air mataku tadi sudah menetes kalau aku tidak cepat-cepat pergi. Aku membuka kamar Erra tanpa permisi.
“Risty, kamu itu ngagetin aku aja sih! Ga’ sopan tau, masuk kamar orang tanpa permisi!” Erra memprotes kelakuanku.
“Sorry, gue cuma lagi kesel aja!”
“Emang kamu kesel sama siapa? Kok sampai kepala loe ada tanduknya?”
“Iiiiih… gua ini lagi kesel? Bukannya di Arem-arem,tapi malah di ledekin!”
“Ya ga’ gitu kaleee! Emang loe ada masalah lagi sama Mama loe?”
Belum sempat menjawab pertanyaan Erra, tiba-tiba Mama Erra masuk sambil membawa segelas susu hangat untuk Erra.
“Eh… nak Risty, udah lama?”
“Baru aja kok tante.”
Tidak lama kemudian, Mama Erra keluar dari kamar. Sepertinya aku iri pada Erra, ia mempunyai Mama yang selalu perhatian padanya.
“Oh… Iya, elo kan belum jawab pertanyaaan gue. Kenapa elo tiba-tiba kesel? Apa gara-gara Mama loe?”
“E..ee..eeenggak kok! Aku Cuma pengen main aja.”
Bicaraku gugup setengah takut. Terus terang saja, aku tidak berani bicara apa-apa tentang Mama pada Erra.
“Oh… Iya! Sekarang kan hari ibu. Risty, anterin aku ke supermarket dong! Aku mau kasih sureprize buat Mamaku.”
Aku bingung… Terlintas dibenakku untuk memberi sebuah kado pada Mama. Tapi, buat apa? Pasti ujung-ujungnya aku dapat marah dari Mama. Soalnya, itu kan uang tabunganku. Tapi, tak apalah aku harus mencobanya.
“Ockey Ra… Kita ke supermarket. Aku juga mau beli’in Mama hadiah.”
Erra segera memesan taxi. Setibanya di supermarket, aku bingung. Sejuta tanya menghantuiku, pertanyaan-pertanyaan terlintas di benakku.
“Ris, ngapain bengong?” Tanya Erra sambil menepuk bahuku.
“Aku bingung, kejutan apa yang pantas buat Mama? Dia udah punya segalanya.”
“Beli’in itu aja!” Erra menunjuk sebuah boneka barbie sambil senyum simpul.
“Ga’ ok lo, emang Mama gue ABG”
“Ngga’ papa lagi”
“Gimana kalau aku beli’in bunga aja, trus aku rangkai sendiri? Lumayan kan bisa ngirit dikit.”
“Ya udah, aku beli baju dan kamu beli bunga.”
“Kasidaaahh!” hampir terlontar bersamaan.
Erra pun pergi menuju stand baju. Aku mulai mencari bunga yang Mama suka. Setelah mendapatkan bunga yang aku cari, aku pergi menghampiri Erra dan segera menuju ke kasir. Jarum jam menunjukkan pukul 19.00 WIB. Aku dan Erra cepat-cepat kembali ke rumah Erra untuk merangkai bunga. Hatiku sungguh senang. Lalu, aku berdo’a ‘Semoga ketika Mama terima bunga ini aku mendapatkan kembali kasih sayang Mama yang hilang’ tapi, aku tidak yakin do’aku akan terkabul.
“Tok… tok… tok…” Sesampainya dirumah, Erra cepat-cepat mengetuk pintu sambil memandangi jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.45 Wib. Akhirnya pintu terbuka. Terlihat Mama Erra yang begitu khawatir.
“Erra sayang, kamu dari mana saja jam segini kok baru pulang? Mama kan khawatir.”
“Sorry Mama, soalnya aku mau beri sureprize ke Mama.” Erra memberikan bingkisan yang baru ia beli dari supermarket sambil tersenyum riang.
“Hhmm… apa ini sayang?”
“Mama buka aja sekarang!”
“Iya tante buka aja!”
“Aduh, bagus banget, terima kasih sayang.” Mama Erra begitu senang. Dipeluknya Erra dengan rasa sayang. Wajahnya tenggelam pada bahu Mamanya. Aku begitu terharu. Aku juga ingin merasakan hangatnya pelukan Mama. Pelukan yang hanya pernah aku rasakan sesaat.
“Ma, aku bantu Risty dulu ya, mau buatin rangkaian bunga untuk Mamanya.”
Erra melepas pelukan Mamanya. Lalu menarik tanganku menuju ruang keluarga yang cukup nyaman.
“Risty, kamu mau buatin Mama kamu bingkisan yach,” suara Mama Erra begitu lembut dan seketika mampu meluluhkan hatiku yang sedang kacau balu.
“Tapi, aku masih ragu Tan. Aku takut kalo-kalo aja Mama malah marah-marah. Mama kan nggak sayang sama aku.”
"Siapa bilang? Mama kamu sangat sayang kok sama kamu."
"Masak sih tante? Buktinya tiada hari tanpa kemarahan Mama."
"Kalau mama marah, mungkin kamu bandel." Mama Erra mengambil sesuatu di dalam almari tuanya dan memberikannya padaku.
"Apa ini tante ?" Tanyaku penasaran.
"Buka aja !"
Sepucuk surat berwarna biru iu kubuka perlahan lahan karena surat iu sudah lumayan kusut.
13 Agustus 1994
Ku ucapkan segala puji syukur kepada Engkau Ya Allah. Engkau telah mengaruniai kepadaku seorang bayi kecil nan mungil. Kini aku tak lagi kesepian. Si kecil selalu menjadi pelipur lara. Meskipun sering nakal tapi kadang lucu dan nyenengin. Aku berharap dia menjadi anak yang sholihah. Amien…….
Tanpa terasa, air mataku meleleh membasahi pipi. Kini aku sadari, aku memang yang salah. Aku tak bisa menjadi anak yang sholihah seperti yang Mama harapkan.
"Risty, udah malam, kamu harus cepet-cepet nyelesaikan rangkaian bungamu trus pulang, nanti Mama kamu khawatir nyariin kamu!"
Aku segera menghapus air mataku dan kembali merangkai bunga satu per satu dengan dibantu Erra dan Mamanya. Jarum jam menunjukkan pukul 21.00. dan aku harus segera pulang. Rangkaian bunga sudah siap untuk mengawali malam Hari Ibu. Sesampai di rumah degup jantungku semakin kencang. Aku nggak sanggup.
"Tok… tok… tok…"
Pintu depan rumah ku ketuk berulang kali. Pintu pun terbuka. Mama, dengan mata sayunya seperti ingin marah-marah padaku.
"Risty, dari mana? jam segini baru pulang. Mama kan bingung mikirin kamu, jangan-jangan terjadi apa-apa!."
Aku hanya merunduk tak berani menatap Mama. Aku diam sesaat.
"Selamat Mari Ibu." Dengan senyum tipis, aku memberikan rangkaian bunga yang dari tadi ku sembunyikan di balik punggung. Tiba-tiba air mata Mama menetes berlahan. Ia terdiam sejenak, kemudian memeluk dan mencium keningku dengan lembut. Pelukan itulah yang slalu ku rindu selama ini.
"Mama minta ma'af ya Ris jika selama ini kurang memperhatikanmu?" Mama menangis terisak isak.
"Risty juga minta ma'af Ma. Risty janji mulai sekarang Risty akan jadi anak yang baik dan nurut apa kata Mama."
Mama menghapus air mataku yang tengah menetes. Dalam hati aku berjanji akan menjadi anak halal untuk dibanggakan dan aku akan membuat Mama bahagia. Hari ini adalah hari yang menyatukan aku dan Mama kembali seperti dulu.**
Lamongan, 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 22 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar