Selasa, 07 Oktober 2008

Divide et Impera

Dian Hartati*

Guncangan menggetarkan bumi yang kupijak. Dengan langkah bergegas aku kembali menatap jalanan yang gelap. Langit malam tak memberiku cahaya penerang, yang ada hanya gemuruh langkah-langkah bergegas menuju Selatan. Entah sudah berapa lama aku melangkah mengikuti kelok jalan dalam kelam malam. Gemerisik pepohonan mengantarkan kidung lengang tentang pertiwi yang disakiti.

“Buummm…!” Lagi-lagi suara ledakan entah yang keberapa, kali ini lebih dasyat. Mungkin letaknya berdekatan dengan tempat beradaku. Pijakanku semakin renggang saja menapaki bumi. Sebenarnya ingin sekali aku berada dengan para pengungsi secepatnya. Kerabat dan handai tolan, pertalian keluarga yang diikat oleh kecintaan pada bumi Pasundan. Aku kerahkan seluruh sisa tenaga, bungkusan di punggung kurekatkan sekencang mungkin. Secepatnya aku menggabungkan diri dengan mereka semua.

Setelah menemani ibuku yang mulai sakit-sakitan karena usia, aku menghibur diri bertandang ke rumah kawan yang tak begitu jauh. Hanya beberapa rumah jaraknya. Namun kawanku tak ada, dia sedang membantu ayahnya yang seorang azacho.

“Pak… Pak, kenapa sepi begini?” aku bertanya pada seorang lelaki tua di seberang jalan yang sedang sibuk sampai-sampai tak memperhatikan aku.
“Pergi, ada tugas dari atasan.”
“Atasan yang mana? Memangnya ada tugas apa?”
“Ujang tidak mendengar pengumuman di radio?”
“Pengumuman apa?”
“Kita semua disuruh ngungsi. Katanya mau dibakar apa gitu namanya, e… bumi hangus.”
“Bumi hangus?”
“Sekarang Ujang pulang saja, siap-siap ngungsi.”

Aku masih belum mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Aku memang pemuda yang tidak pernah mengetahui peristiwa apa pun. Yang aku tahu hanyalah negeraku telah merdeka dan masih juga belum berhenti berperang. Hari ini aku dibingungkan dengan perkataan bapak itu. Lelaki tua itu sepertinya tidak memperhatikan aku karena sibuknya. Akupun bergegas pulang ke rumah.

Aku pandangi ibu yang masih tertidur, tanpa membuat gaduh aku mengumpulkan barang-barang yang akan kubawa mengungsi. Hanya kata itu saja yang aku mengerti: mengungsi, entah kemana.

“Ujang mau kemana? Sibuk sekali?” aku melihat ibuku yang telah duduk di pembaringan. Badannya yang telah ringkih membuat aku khawatir mengutarakan keharusan mengungsi.
“Bu, kita harus mengungsi.” dengan ragu aku ucapkan kalimat itu
“Mengungsi?”
“Ya Bu, mengungsi.”
“Ibu tidak kuat, kamu tahu ibu sedang sakit. Kamu saja yang pergi. Ibu doakan kamu selamat. Pergilah, jalanmu masih panjang.”
“Tapi Bu, Ibu harus ikut, kita harus bersama-sama.”
“Pergilah sendiri, ibu akan baik-baik saja.”
Aku tak dapat memaksakan kehendak ibu. Aku tahu bagaimana tabiat ibu, kasih sayangnya, juga doanya. Akhirnya dengan berat hati aku pergi dengan membawa bungkusan kecil yang hanya berisi baju-baju. Tak ada makanan yang aku bawa. Tak ada apapun yang dapat aku ambil di rumah.

Begitulah, akhirnya aku meninggalkan rumah setelah ashar. Setelah berpamitan pada ibu yang dengan khusuk meniup ubun-ubunku dengan doa-doa. Tak ada air mata. Hanya ada keberanian yang tiba-tiba datang membumbung memenuhi hati.

Langkahku semakin mendekati mereka. Wajah-wajah gelisah tanpa tahu tujuan selanjutnya. Yang pasti mereka sama denganku, mengikuti arus pengungsian menuju Selatan. Berjalan membawa harapan kecil bagi kota lahir yang tak mau dikuasai penjajah. Ledakan demi ledakan menyusul, jalanan tak lagi gelap. Kobaran api menyala di mana-mana. Beberapa pemuda melemparkan bom molotov menciptakan percikkan api di sana-sini.

“Bakar! Bakar! Bakar!” seseorang berteriak sambil melemparkan granat dan bom molotov. Tentu saja aku hanya melihat tanpa bisa berbuat apapun. Tanpa aku duga seseorang memberikan benda yang tak pernah aku pegang sebelumnya.
“Lemparkan! Bakar! Bakar semua tanpa sisa!” Aku kaget dan menggeleng.
“Tidak!”
“Ayo, ledakkan! Pertahankan Pasundan!” orang itu bergegas sambil melemparkan beberapa bom dan meninggalkan aku yang bingung. Benda yang tadi dilemparkan orang itu menyisakan keberanian dalam kakagetanku. Aku tertinggal di belakang tidak lagi berada di arus pengungsian. Aku menyusul ketertinggalan, berusaha berlari dalam hangat udara. Berlari menuju Selatan, itu yang ada di pikiranku. Ragaku telah mati, lelah tak lagi kurasa. Tiba-tiba kekuatan hadir dalam diriku. Menggerakkan tangan yang kaku melemparkan granat dalam sekali upaya. Meledaklah sebuah rumah bata dan menyisakan guncangan.

Aku berlari, kali ini benda lain yang aku lemparkan. Nyala api membumbung membakar sebuah rumah lapuk. Aku tak lagi berpikiran tentang takut, yang ada hanya pembelaan terhadap lemah cai. Lari dan lari dalam keterengahan, aku melemparkan beberapa benda yang tersisa di tanganku. Semuanya menciptakan kobaran yang membumbung di langit kelam yang kini menjadi magenta.

Aku kira bukan aku saja yang melakukan hal serupa. Pembakaran dilakukan semua pemuda, semua pejuang, dan dengan apa saja. Yang pasti aku telah mengerti bumi hangus dan aku melakukannya. Setelah tak ada lagi yang harus kulemparkan aku menggabungkan diri dengan arus pengungsian. Langkah yang bergegas tanpa memerdulikan jerit tangis anak-anak yang ketakutan.

Malam semakin larut, dentuman, ledakan terjadi di mana-mana. Langit makin merah. Lewat tengah malam masih terdengar ledakan susulan. Wajah-wajah para pengungsi yang menyiratkan kemarahan, kesedihan, juga kebanggaan. Sesaat menatap langit Pasundan, asap mengepul menjadi tirai alam, tanah porak-poranda, harapan yang mati. Lebih dari dari lima jam Pasundan terpanggang. Tanah-tanah yang matang meninggalkan sebuah pertanyaan kecil, apa aku dapat kembali menemui Ibu.

“Ujang, sendiri saja? Tidak sama keluarga?”
“Tidak Pak. Saya sendiri, saya meninggalkan Ibu di Pasundan.”
“Kenapa ditinggalkan?”
“Ibu saya sakit, sewaktu mau mengungsi Ibu tidak mau turut serta. Jadinya saya pergi sendiri.”
“Bagaimana ya kondisi Pasundan saat ini, setelah pembakaran di mana-mana? Berdoa saja semoga ibumu dalam keadaan baik-baik saja.”
“Ya, saya hanya bisa berdoa, tak lebih.”

Aku lihat bapak itu berjalan menuju keluarganya. Syukurlah masih ada yang selamat setelah peristiwa pembakaran masal ini. Masih ada yang patut disyukuri, serupa kemerdekaan bagi daerah sendiri agar tak dikuasai penjajah. Sebuah kebanggaan mempertahankan harga diri. Sebuah identitas kewilayahan yang masih dimiliki walaupun harus ada yang berkorban. Gelimpangan raga berkalang tanah kutemui sesaat sebelum kobaran api membesar lalu padam secara diam-diam. Percikkan api bagai lelatu membawa ingatan masa kecil.

Aku yang selalu takut tak pernah menduga dapat membakar beberapa bangunan. Suasana yang tak pernah kubayangkan ini akan selalu melekat dalam benakku. Bahkan dalam perjalanan pulangku nanti menemui ibu yang kini tak kuketahui kabar beritanya.

Keterangan:
Azacho: sebutan ketua RW pada tahun 46-an
lemah cai: tanah air
*)Sumber,http://sudutbumi.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati