AS. Sumbawi
Dua puluh tahun yang lalu, aku dilahirkan oleh seorang yang kukenal sebagai
ibu. Ibuku seorang perempuan. Akan tetapi, hingga saat ini, belum pernah
terjadi percakapan tentang seorang perempuan di antara kami. Padahal, aku sudah
bukan kanak-kanak lagi, melainkan seorang laki-laki. Barangkali karena tinggal
jauh dari rumah, aku jadi jarang bertemu dan berbicara dengannya. Hanya sekali
dalam sebulan, dan itupun lewat telepon.
Ketika di rumah, aku sering membantu ibu memasak. Mencuci piring, mengiris
bawang, menggoreng tempe dan sebagainya, sambil mengadakan percakapan yang
cukup panjang. Sekali lagi, tidak tentang seorang perempuan. Meskipun begitu,
aku serasa mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayangnya. Namun, kadang aku
mengeluh. Kenapa ibu tak pernah bertanya tentang seorang perempuan? Ya, aku
sudah lama menunggu pertanyaan itu, dan aku laki-laki.
Pernah beberapa kali aku mendapat telepon dari seorang teman perempuan dan
kebetulan ibu yang mengangkatnya. Kemudian. “Awik, ada telepon untukmu,”
katanya. Hanya itu. Aku ingin sekali ibu berkata, siapa gadis itu? Atau bahkan,
kekasihmukah gadis itu? sembari tersenyum menggodaku. Namun, tidak.
Suatu hari aku mencoba menerapkan suatu strategi agar keluar pertanyaan
dari bibir ibu. Aku meminta ibu bercerita tentang kisah waktu muda dulu. Kisah
pertemuannya dengan ayah. Dan dikabulkan. Kemudian ia mulai bernostalgia
melalui ceritanya. Kuamati wajah ibu. Suka-duka silih-menyilih menghias di sana.
Kadang ia termenung sejenak. Sementara aku mendengarkannya dengan penuh
perhatian dan tersenyum-senyum. Namun, tetap saja. Tak keluar juga pertanyaan
tentang seorang perempuan padaku. Hingga kini, aku mengenal sosok perempuan
dari sumber lain; yaitu teman-temanku dan buku bacaan.
Aku punya banyak teman perempuan. Suatu kali kukoordinir mereka. Kupinta
bantuan mereka untuk melancarkan sebuah strategi baru. Pada hari H dan pukul P,
aku meminta kurang lebih sepuluh perempuan, temanku, untuk meneleponku di rumah
selama tiga hari berturut-turut. Tentu saja, setiap hari ada sepuluh panggilan
telepon untukku. Semuanya dari perempuan. Dan ibulah yang paling banyak
menerima telepon itu, karena waktu yang sengaja kupilih adalah pada saat di
mana sinetron menjadi program unggulan stasiun televisi. Ia terganggu, tak bisa
konsentrasi, bolak-balik memanggilku. Sebenarnya aku tak tega berbuat hal
tersebut pada ibuku. Mungkin aku akan dicap sebagai anak durhaka. Tapi, aku
butuh percakapan itu. Dan kuulangi sekali lagi, aku laki-laki dewasa.
Serangan telepon itu agaknya berpengaruh pada ibu. Ia sering berlama-lama
memperhatikanku. Entah, apa yang ada di benaknya. Kadang-kadang pada saat
menerima telepon itu, aku sedikit nakal. Bersikap mesra untuk mencuri
perhatiannya. Tapi, bisa diduga. Ia tak bertanya tentang perempuan-perempuan
itu. Aku menganggap bahwa itu memang sudah menjadi gayanya.
*
Suatu ketika aku berkenalan kemudian menjalin kasih dengan seorang
perempuan. Ia bernama Maria Shofia. Pada awalnya, hubunganku dengannya begitu
indah. Namun, masalah pun datang juga. Maria ingin aku memperkenalkan dirinya
pada orang tuaku di rumah. Sebenarnya, ini tak terlalu pelik buatku. Tapi, aku
belum pernah bercakap tentang seorang perempuan dengan ibu. Dan aku tak mungkin
tiba-tiba pulang dengan membawa seorang perempuan. Bagaimana nanti dengan para
tetangga di desa? pikirku. Aku mencoba menenangkan Maria dengan: “Aku pasti
mengajakmu pulang, sayang. Tapi, tidak sekarang.”
*
Setiap hari Maria tak bisa tidak menelepon diriku. Berkali-kali. Kadang ia
lupa waktu. Dini hari. Sungguh gila. Kangen, katanya. Aku suka-suka saja dengan
hal itu. Namun, aku jadi nggak enak dengan teman-teman satu kontrakan. Mereka
terus-menerus terganggu dengan dering telepon. Akhirnya kukatakan padanya, boleh
menelepon seratus kali, asalkan tidak pada saat orang-orang tidur. Tentu saja
ia mengerti.
*
Suatu hari, aku mendapat telepon dari ibu. Aku diminta pulang lantaran ada
masalah yang sangat penting. Dan sebelum pulang kusempatkan menemui Maria. Ia
ingin ikut pulang denganku. Aku meminta pengertiannya. Akhirnya ia merelakan
kegagalannya dengan sedikit terpaksa. Tapi, ia meminta sesuatu untuk mengobati
kekecewaannya. Sebuah ciuman. Aku terperangah.
*
Sore hari aku tiba di rumah. Langsung kucari ibu dan menanyakan masalah
penting itu padanya. Katanya: “Tidak ada apa-apa. Ibu hanya kangen saja.”
Kemudian ia menyuruhku mandi-makan-istirahat. Ia juga menyuruhku shalat. Namun,
kukatakan: “Sudah. Kujamak-qashar dalam perjalanan.”
*
Sepanjang mandi-makan-istirahat, pikiranku terganggu. Tidak seperti
biasanya, ibu meneleponku, menyuruhku pulang. Aku tak percaya bahwa ini karena
alasan kangen saja. Apalagi kulihat di mata ibu tampak ada sesuatu yang
tersembunyi yang menguatkan anggapanku tentang adanya suatu masalah menyangkut
diriku.
Selepas maghrib, kembali aku menanyakan masalah itu pada ibu. Ibu hanya
tersenyum. Aku semakin penasaran. Akan tetapi, aku tak mau mendesaknya meskipun
membuat kepalaku tersiksa. Ah, barangkali saat ini mungkin bukan waktu yang pas
bagi ibu. Biarlah, pikirku.
Ibu kemudian mengalihkan perhatian dengan menanyakan kabarku di sana.
Bagaimana kuliahnya? Kapan KKN? Skripsi? Wisuda? Dan aku sudah putus asa
mengharapkan ibu bertanya tentang seorang perempuan.
*
Sudah dua hari aku di rumah. Ibu belum juga memberitahukan masalah yang
katanya penting itu. Sementara kepalaku sudah mulai lega tanpa memikirkan
masalah itu.
Sedang Maria tetap meneleponku. Tiap hari, dan mengambil waktu selepas
maghrib, karena ia tahu bahwa saat itu aku makan malam bersama keluarga. Ibu
yang kerap menerima teleponnya.
Aku terperangah ketika ibu berkata : “Awik, ada telepon dari Maria.” Ah,
Rupanya Maria mencari perhatian, pikirku. Pada mulanya aku sedikit rikuh dengan
cara Maria ini. Namun, kemudian aku malah suka. Bukankah cara Maria ini akan
meneror ibu? Lalu ibu akan tersiksa dan terpaksa bertanya tentang siapa Maria
itu. Tapi, itu bukan gayanya. Ibu sama sekali tak bertanya.
Setiap kali aku berbicara dengan Maria di telepon, konsentrasi makan ibu
menjadi hilang. Kuperhatikan ibu hanya membolak-balik makanan dan kerap
memperhatikanku.
“Jangan sekarang, Maria. Masalahnya belum selesai. Nanti saja kalau semua
sudah beres, kamu main ke rumah. Oke, sayang. Udah, ya. Assalamu ‘alaikum”,
itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum meletakkan gagang telepon. Ah,
untunglah, Maria selama ini cukup mengerti.
Ketika aku melanjutkan makan, ibu masih saja memperhatikanku. Aku pura-pura
tak tahu. Ah, ibu. Kapan kita akan berbicara tentang seorang perempuan. Cinta,
pikirku. * Sudah tiga hari ini, Maria terus mencecarku dengan berbagai
pertanyaan dan tuntutan. Kapan masalahnya selesai? Kapan aku boleh ke rumahmu?
Kapan diperkenalkan dengan orang tuamu? Kapan menikah? Aku bingung.
*
Sore itu kulihat ibu sedang duduk sendiri di serambi depan. Aku mendekat
dan duduk di sampingnya. Ibu tersenyum. Kemudian aku membuka percakapan dengan
bertanya tentang ayah ketika masih muda dulu. Tapi, ibu berkata bahwa itu sudah
pernah diceritakan. Kami terdiam sesaat.
“Apakah ibu tak mau bertanya tentang Maria?” kataku nekat. Kuperhatikan ibu
terperangah. Namun, aku tahu ibu berpura-pura. “Dia pacarku, Bu. Besok ia akan
berkunjung ke mari bersama seorang temannya. Berkenalan dengan ibu dan ayah.”
Ibu masih diam. Tatapan matanya jauh ke depan. Entah apa yang sedang
dipikirkannya. Perlahan ia membuka suara.
“Sebenarnya….., sebenarnya ibu menyuruhmu pulang adalah untuk membicarakan
masalah pertunanganmu dengan anaknya Pak Fadzil yang telah disepakati beberapa
hari yang lalu.”
Aku tersentak. Ternyata, selama ini ibu memikirkan masa depan dan
kebahagiaanku.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 24 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar