Senin, 24 November 2008

TEROR

AS. Sumbawi
 
Dua puluh tahun yang lalu, aku dilahirkan oleh seorang yang kukenal sebagai ibu. Ibuku seorang perempuan. Akan tetapi, hingga saat ini, belum pernah terjadi percakapan tentang seorang perempuan di antara kami. Padahal, aku sudah bukan kanak-kanak lagi, melainkan seorang laki-laki. Barangkali karena tinggal jauh dari rumah, aku jadi jarang bertemu dan berbicara dengannya. Hanya sekali dalam sebulan, dan itupun lewat telepon.
 
Ketika di rumah, aku sering membantu ibu memasak. Mencuci piring, mengiris bawang, menggoreng tempe dan sebagainya, sambil mengadakan percakapan yang cukup panjang. Sekali lagi, tidak tentang seorang perempuan. Meskipun begitu, aku serasa mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayangnya. Namun, kadang aku mengeluh. Kenapa ibu tak pernah bertanya tentang seorang perempuan? Ya, aku sudah lama menunggu pertanyaan itu, dan aku laki-laki.
 
Pernah beberapa kali aku mendapat telepon dari seorang teman perempuan dan kebetulan ibu yang mengangkatnya. Kemudian. “Awik, ada telepon untukmu,” katanya. Hanya itu. Aku ingin sekali ibu berkata, siapa gadis itu? Atau bahkan, kekasihmukah gadis itu? sembari tersenyum menggodaku. Namun, tidak.
 
Suatu hari aku mencoba menerapkan suatu strategi agar keluar pertanyaan dari bibir ibu. Aku meminta ibu bercerita tentang kisah waktu muda dulu. Kisah pertemuannya dengan ayah. Dan dikabulkan. Kemudian ia mulai bernostalgia melalui ceritanya. Kuamati wajah ibu. Suka-duka silih-menyilih menghias di sana. Kadang ia termenung sejenak. Sementara aku mendengarkannya dengan penuh perhatian dan tersenyum-senyum. Namun, tetap saja. Tak keluar juga pertanyaan tentang seorang perempuan padaku. Hingga kini, aku mengenal sosok perempuan dari sumber lain; yaitu teman-temanku dan buku bacaan.
 
Aku punya banyak teman perempuan. Suatu kali kukoordinir mereka. Kupinta bantuan mereka untuk melancarkan sebuah strategi baru. Pada hari H dan pukul P, aku meminta kurang lebih sepuluh perempuan, temanku, untuk meneleponku di rumah selama tiga hari berturut-turut. Tentu saja, setiap hari ada sepuluh panggilan telepon untukku. Semuanya dari perempuan. Dan ibulah yang paling banyak menerima telepon itu, karena waktu yang sengaja kupilih adalah pada saat di mana sinetron menjadi program unggulan stasiun televisi. Ia terganggu, tak bisa konsentrasi, bolak-balik memanggilku. Sebenarnya aku tak tega berbuat hal tersebut pada ibuku. Mungkin aku akan dicap sebagai anak durhaka. Tapi, aku butuh percakapan itu. Dan kuulangi sekali lagi, aku laki-laki dewasa.
 
Serangan telepon itu agaknya berpengaruh pada ibu. Ia sering berlama-lama memperhatikanku. Entah, apa yang ada di benaknya. Kadang-kadang pada saat menerima telepon itu, aku sedikit nakal. Bersikap mesra untuk mencuri perhatiannya. Tapi, bisa diduga. Ia tak bertanya tentang perempuan-perempuan itu. Aku menganggap bahwa itu memang sudah menjadi gayanya.
*
 
Suatu ketika aku berkenalan kemudian menjalin kasih dengan seorang perempuan. Ia bernama Maria Shofia. Pada awalnya, hubunganku dengannya begitu indah. Namun, masalah pun datang juga. Maria ingin aku memperkenalkan dirinya pada orang tuaku di rumah. Sebenarnya, ini tak terlalu pelik buatku. Tapi, aku belum pernah bercakap tentang seorang perempuan dengan ibu. Dan aku tak mungkin tiba-tiba pulang dengan membawa seorang perempuan. Bagaimana nanti dengan para tetangga di desa? pikirku. Aku mencoba menenangkan Maria dengan: “Aku pasti mengajakmu pulang, sayang. Tapi, tidak sekarang.”
*
 
Setiap hari Maria tak bisa tidak menelepon diriku. Berkali-kali. Kadang ia lupa waktu. Dini hari. Sungguh gila. Kangen, katanya. Aku suka-suka saja dengan hal itu. Namun, aku jadi nggak enak dengan teman-teman satu kontrakan. Mereka terus-menerus terganggu dengan dering telepon. Akhirnya kukatakan padanya, boleh menelepon seratus kali, asalkan tidak pada saat orang-orang tidur. Tentu saja ia mengerti.
*
 
Suatu hari, aku mendapat telepon dari ibu. Aku diminta pulang lantaran ada masalah yang sangat penting. Dan sebelum pulang kusempatkan menemui Maria. Ia ingin ikut pulang denganku. Aku meminta pengertiannya. Akhirnya ia merelakan kegagalannya dengan sedikit terpaksa. Tapi, ia meminta sesuatu untuk mengobati kekecewaannya. Sebuah ciuman. Aku terperangah.
*
 
Sore hari aku tiba di rumah. Langsung kucari ibu dan menanyakan masalah penting itu padanya. Katanya: “Tidak ada apa-apa. Ibu hanya kangen saja.” Kemudian ia menyuruhku mandi-makan-istirahat. Ia juga menyuruhku shalat. Namun, kukatakan: “Sudah. Kujamak-qashar dalam perjalanan.”
*
 
Sepanjang mandi-makan-istirahat, pikiranku terganggu. Tidak seperti biasanya, ibu meneleponku, menyuruhku pulang. Aku tak percaya bahwa ini karena alasan kangen saja. Apalagi kulihat di mata ibu tampak ada sesuatu yang tersembunyi yang menguatkan anggapanku tentang adanya suatu masalah menyangkut diriku.
 
Selepas maghrib, kembali aku menanyakan masalah itu pada ibu. Ibu hanya tersenyum. Aku semakin penasaran. Akan tetapi, aku tak mau mendesaknya meskipun membuat kepalaku tersiksa. Ah, barangkali saat ini mungkin bukan waktu yang pas bagi ibu. Biarlah, pikirku.
 
Ibu kemudian mengalihkan perhatian dengan menanyakan kabarku di sana. Bagaimana kuliahnya? Kapan KKN? Skripsi? Wisuda? Dan aku sudah putus asa mengharapkan ibu bertanya tentang seorang perempuan.
*
 
Sudah dua hari aku di rumah. Ibu belum juga memberitahukan masalah yang katanya penting itu. Sementara kepalaku sudah mulai lega tanpa memikirkan masalah itu.
 
Sedang Maria tetap meneleponku. Tiap hari, dan mengambil waktu selepas maghrib, karena ia tahu bahwa saat itu aku makan malam bersama keluarga. Ibu yang kerap menerima teleponnya.
 
Aku terperangah ketika ibu berkata : “Awik, ada telepon dari Maria.” Ah, Rupanya Maria mencari perhatian, pikirku. Pada mulanya aku sedikit rikuh dengan cara Maria ini. Namun, kemudian aku malah suka. Bukankah cara Maria ini akan meneror ibu? Lalu ibu akan tersiksa dan terpaksa bertanya tentang siapa Maria itu. Tapi, itu bukan gayanya. Ibu sama sekali tak bertanya.
 
Setiap kali aku berbicara dengan Maria di telepon, konsentrasi makan ibu menjadi hilang. Kuperhatikan ibu hanya membolak-balik makanan dan kerap memperhatikanku.
 
“Jangan sekarang, Maria. Masalahnya belum selesai. Nanti saja kalau semua sudah beres, kamu main ke rumah. Oke, sayang. Udah, ya. Assalamu ‘alaikum”, itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum meletakkan gagang telepon. Ah, untunglah, Maria selama ini cukup mengerti.
 
Ketika aku melanjutkan makan, ibu masih saja memperhatikanku. Aku pura-pura tak tahu. Ah, ibu. Kapan kita akan berbicara tentang seorang perempuan. Cinta, pikirku. * Sudah tiga hari ini, Maria terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan dan tuntutan. Kapan masalahnya selesai? Kapan aku boleh ke rumahmu? Kapan diperkenalkan dengan orang tuamu? Kapan menikah? Aku bingung.
*
 
Sore itu kulihat ibu sedang duduk sendiri di serambi depan. Aku mendekat dan duduk di sampingnya. Ibu tersenyum. Kemudian aku membuka percakapan dengan bertanya tentang ayah ketika masih muda dulu. Tapi, ibu berkata bahwa itu sudah pernah diceritakan. Kami terdiam sesaat.
 
“Apakah ibu tak mau bertanya tentang Maria?” kataku nekat. Kuperhatikan ibu terperangah. Namun, aku tahu ibu berpura-pura. “Dia pacarku, Bu. Besok ia akan berkunjung ke mari bersama seorang temannya. Berkenalan dengan ibu dan ayah.” Ibu masih diam. Tatapan matanya jauh ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Perlahan ia membuka suara.
 
“Sebenarnya….., sebenarnya ibu menyuruhmu pulang adalah untuk membicarakan masalah pertunanganmu dengan anaknya Pak Fadzil yang telah disepakati beberapa hari yang lalu.”
 
Aku tersentak. Ternyata, selama ini ibu memikirkan masa depan dan kebahagiaanku.
***

http://sastra-indonesia.com/2008/12/teror/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati