Nisa Ayu Amalia
http://www.kompas.com/
“Kau masih ingat tawa kita kan? Ingat kan? Atau kau butuh suasana penyegar.” katanya di suatu malam sebelum terlelap.
“Lin, kita akan selalu bersama kan?” ia mendekapku dalam malam-malam sunyi kami, malam kerinduan kami.
“Lin, akan selalu menyimpan senyummu dalam peti rinduku, Mas,” jawabku “dan pada saat itu aku menjaga peti itu dalam sejumput doaku.” gumamku dalam hati.
Dan aku pun melewatkan malam itu dengan mendekap tubuhnya, tidur di pelukannya. Seperti malam-malam kami kemarin, seperti biasa.
Saat itu kemudian Dimas mendengar sebuah panggilan.
“Pak... pak... sebentar lagi kita akan landing, mohon dipasang sabuk pengamannya.”
Dengan kaget Dimas terbangun, melihat sekeliling dan mengumpulkan kesadarannya kembali. “Ah... ternyata cuma mimpi.” serunya dalam hati. Kemudian ia melihat di depannya seorang pramugari, yang mengulangi perintahnya untuk memasang sabuk pengaman.
Diucek-uceknya matanya sebentar, kemudian, ia mulai mencari-cari sabuk pengaman miliknya. Ah... ketemu dan cklik... terpasanglah sabuk pengaman itu di lingkar pinggangnya.
***
Kadang, aku masih merindukan aroma simbah keringatnya di kala malam, saat aku terlelap. Kata orang-orang, perempuan akan mencari pasangan hidup yang mempunyai aroma semirip aroma ayah. Apakah benar? Entah, yang jelas aku suka sekali membaui lipatan kerah bajunya, aku suka sekali menghidu aroma tengkuk kepalanya. Hm… kata Dimas, itu yang menarik dariku. Kebiasaan-kebiasaan anehku. Katanya lagi, semakin lama aku menjalin hubungan dengannya, ia tidak mungkin merasakan cinta yang sama setiap harinya. Cintanya akan semakin bertambah kadarnya. Oke. Sebut saja Dimas seorang perayu. Tapi bagiku itu adalah kata yang benar-benar tulus darinya.
Dimas, laki-laki teman SMU ku dulu. Usianya belum genap empat-puluh. Kami bertemu setiap dua bulan sekali. Biasanya saat kami harus sama-sama dinas ke Jakarta. Keperluan Dimas adalah untuk menyetorkan laporan tugas-tugasnya sambil sesekali memberikan presentasi tentang hasil jepretan kameranya pada pihak perusahaan. Kalau aku memang berdinas di dua area Jakarta-Solo. Biasanya kami bertemu di rumah kontrakan yang sengaja kami sewa, sekaligus untuk tempat tinggal kami saat di Jakarta.
Dimas meninggalkan jejak aroma musk yang dicap-kan pada serat sprei bantal peraduanku. Masih bisa kuhirup ujung kerinduan dari sudut-sudut ruang kamar kami. Kemudian lekukan yang diberikan di saat ia terlelap, sesudah kami bercinta bermalam-malam kemarin.
“Terkadang, aku sepertinya hapal ukuran lingkar pinggangmu. Ya… lingkar pinggangmu seukuran lebar pelukanku.” katanya berulang-ulang padaku. Perempuan mana yang sanggup menahan tawa kecil ketika dikatakan seperti itu.
Saat itu fajar masih membiru, tak mau menjingga seperti kebanyakan dan saat ku terbangun, ia menghilang.
Padahal di hari-hari biasa, aku selalu mengingatnya yang selalu terjaga setelahku. Saat bangun pagi, aku selalu berlagak bermain petak-umpet dengannya, menyelinap diam-diam dari balik selimut, dan mengendap sambil berjinjit menyiapkan santap sarapan. Aku bukan koki yang hebat, hanya dua buah telur yang kubuat orak-arik dicampur susu, dua potong sosis goreng, dan segelas jus jeruk, tapi entah, ia tidak pernah mengkomplain keahlianku, yang payah, saat meramu hidangan.
Kemudian, aku akan pergi membangunkannya, setelah sebelumnya kupanggil-panggil namanya tiga kali. Ia biasanya bergeming untuk panggilan yang pertama. Kadang, aku suka sekali menempelkan pipi ku ke pipi nya yang hangat, merasai nafasnya yang berat.
Panggilan yang kedua biasanya aku bisikkan lembut ke telinganya, “Mas... Mas Dimas...” dan Dimas biasanya hanya merespon dengan sebuah erangan lembut, kemudian jawabnya, “Bentar lagi, Lin. Sepuluh menit lagi...” sambil tetap meneruskan tidurnya, menyembunyikan tubuhnya kembali di bawah selimut. Aku biasanya akan membiarkannya sepuluh menit kemudian, seringnya lebih dari itu. Lalu aku akan membangunkannya dengan panggilan yang ketiga, kali ini aku melakukan kebiasaanku, menghidu tengkuknya. Aneh. Bila itu kulakukan, ia akan segera beringsut membalikkan badannya dan mengecup keningku.
Rutinitas itu ia lanjutkan dengan menguap beberapa kali, menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk, mengambil handuk dan mereguk satu-dua teguk jus yang telah kupersiapkan sebelumnya. Saat ia mandi, aku telah disibukkan kebiasaanku berikutnya, mempersiapkan setelan yang akan digunakannya. Kadang kami berselisih sebentar, ia kadang tidak sependapat dengan baju yang telah kupersiapkan.
“Jangan ah Lin. Masak warnanya norak kayak gini, nggak matching sama bawahannya nih.”
Dan kemudian peselisihan kami diakhiri dengan,
“Iya deh, saya pake Lin. Kalo kamu ngambek, bikin senyum lagi nya susah. Hehehe.” begitu yang selalu ia katakan.
“Aku musti repot beliin kamu Pangsit Ayam Setiabudi yang jaraknya dari kantor. Busyheettt. Belum lagi macetnya. Hehehe...” tambahnya lagi.
Namun, akhir-akhir ini aku jadi tahu. Dimas selalu membawa baju ganti. Setelah sampai agak jauh dari rumah, ia selalu mengganti baju yang telah kupersiapkan tadi dengan baju yang ia pilih sendiri. Bila pilihanku tidak sesuai dengan kemauannya. Mungkin, ia tidak ingin melihat aku kecewa, akan pilihanku yang tidak sependapat dengannya.
Saat ini aku jadi tahu, begitu banyak kompromi di antara kami, dan, selalu ia yang mengalah untuk kami. Yang aku tahu, kami saling mencinta, dan itu tidak diragukan lagi.
***
“Lin, kamu jadi berangkat ke Solo?” tanya Dimas sore itu, saat ia meneguk teh yang telah aku persiapkan untuknya. Ia baru pulang dari kantor.
“Hem? Iya, mas. Flight ku sudah terjadwal. Nanti aku bareng Bu Nina.” sahutku sambil mengepak barang, mempersiapkan seragam dan memilah-milah file yang akan aku bawa.
“Sudah kamu pikirin lagi? Harus hari ini ya?” tanya Dimas meyakinkan.
Kualihkan pandanganku padanya, aku membaca gurat kecemasan dari tatap matanya. Ini tak seperti biasa.
“Mas, kan aku cuman tiga hari. Kantor pusat minta aku mengurusi proses rekrutmen di kantor cabang. Bulan kemarin, Bu Nina kan sudah bilang ke Lin, Lin pun sudah minta izin ke Mas. Mas pun sudah nge-boleh-in.” rajukku.
Ia menaruh cangkir tehnya, dan menghampiriku di kamar, diraihnya tanganku. Pegangan nya kulepaskan, kemudian kubelai kedua sisi pipinya dan berkata,
“Lagipula, Lin kan sudah sering keluar kota, Mas. Mas, nggak usah khawatir ya?”
Dimas agak melumer, didekapnya tubuhku.
“Kamu sendiri Mas, jadi ke Kalimantan?” tanyaku.
“Iya, aku berangkat ntar malam.”
“Nah kamu sendiri ikut aku aja ya... nggak usah kau urusi istrimu ya... Aku pengen, kamu punyaku seorang,” rengekku.
“Ya... nggak bisa dong, Lin. Gimana klo Mas minta Lin cerai dari Bagus? Nggak mau kan?” urainya. Aku melengos.
“Lin, kita sama-sama tahu, masing-masing dari kita sudah ada yang memiliki. Aku tinggal nunggu vonis perceraianku aja. Tapi kamu sepertinya tidak mau lepas dari Bagus.”
“Mas, kamu cemburu?”
“Ya... iyalah... aku cemburu. Ah sudahlah asalkan kamu tidak tertarik sama calon-calon manager di sana, aku masih bisa bersabar. Untuk sementara, jangan ungkit-ungkit lagi ya... masalah ini.” katanya.
Dan aku hanya menjawab dengan sebuah hela nafas panjang. Begitulah saat-saat kami sebelum keberangkatan.
***
“Permisi, Bu!” kata Dimas sebelum ia menempati kursi penerbangannya. Seorang perempuan umur kurang lebih lima-puluh tahunan, sudah duduk di kursi sebelah Dimas.
“Penerbangan malam begini, sudah ada yang njemput Bu di Sepinggan?” tanya Dimas basa-basi.
“Iya, Mas... nanti keponakan saya yang jemput. Sebenarnya saya mau naik pesawat tadi sore, tapi ya... berhubung pesannya mendadak, dapatnya flight pagi subuh buta deh”
***
Sesampainya ia di Kalimantan, Bandara Sepinggan masih cukup lengang, maklum saat itu jam masih menunjukkan pukul 05.30. Langit Kalimantan belum sepenuhnya memerah. Dimas mampir ke sebuah kafe di pojokan Bandara.
“Espresso satu!” katanya pada pelayan.
Diamatinya pemandangan kafe bandara pagi itu, masih sepi. Tapi dua-tiga orang masih terlihat lalu lalang. Di sebuah pojokan dipasang sebuah layar tivi sekitar dua-puluh inch, yang tengah menayangkan sebuah berita.
“Pesawat MD82 PK-LMN milik maskapai penerbangan Lion Air dengan rute Jakarta-Solo mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Adi Sumarmo Solo. Akibatnya 25 orang tewas, 55 orang luka berat 63 orang luka ringan. Berikut adalah nama-nama korban. Menurut seorang penumpang Lion yang mengalami cidera ringan, Hervi, dia merasa ada guncangan hebat sekali. "Saya hampir terbanting. Terus tiba-tiba lampu langsung mati semua, gelap." Pesawat Lion yang nyusruk itu, tampak patah dua.” begitu wawancara dilansir oleh media ini.
Sementara itu beberapa korban tewas telah berhasil diidentifikasi, berikut adalah beberapa nama korban tewas, serta tempat korban berada, di RS. Islam Surakarta tercatat Ronizon Ali, Jefry Edison, Agatha, Ongko Tikno Wijoyo, Bambang Anggono, Iswanto, Sifa, Puji Astuti, Linda Fahmi dan satu jenazah lagi yang belum diidentifikasi. Sedangkan untuk RS Panti Waluyo, RS TNI AU mencatatkan masing-masing 2 korban tewas, dan 3 korban tewas.
Begitulah sebuah berita sampai ke telinga Dimas di suatu pagi. Setelah itu tampilan grafis nama-nama korban ditayangkan. Air muka Dimas berubah ketika ia membaca sederet nama terpampang. Linda Fahmi.
”LIN?” teriak Dimas kelu.
Segera ia merogoh sakunya, dihidupkannya telpon selularnya yang sedari kemarin mati. Kemudian mencari-cari sebuah nama di phonebooknya. Dapat. Dear Lin. Dipencetnya tombol ”dial” dan yang terdengar peringatan di luar area. Sekali lagi dipencetnya tombol dial. Masih sama. Tidak ada jawaban.
***
Aku datang kembali ke rumah kontrakan kami. Begitu memasuki pelataran rumah aku telah mencium aroma Musk Dimas.
”Mas, Mas Dimas?”
Rupanya dia sudah terlelap. Aku menghidu bau tengkuknya.
Dia terbangun kaget. Sambil teriak
”Lin?”
Dimas melihat sekeliling ruangan. Sepi.
”Ah... cuma mimpi.” desahnya dalam malam sunyi.
Sementara aku masih terduduk di sisi ranjangnya kebingungan. Bagaimana mungkin Dimas tak mengetahui kehadiranku? Ia bahkan tak sadar keberadaanku.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar