Senin, 01 Desember 2008

Di Ujung Kerah Bajumu Kutemukan Cinta

Nisa Ayu Amalia
http://www.kompas.com/


“Kau masih ingat tawa kita kan? Ingat kan? Atau kau butuh suasana penyegar.” katanya di suatu malam sebelum terlelap.

“Lin, kita akan selalu bersama kan?” ia mendekapku dalam malam-malam sunyi kami, malam kerinduan kami.

“Lin, akan selalu menyimpan senyummu dalam peti rinduku, Mas,” jawabku “dan pada saat itu aku menjaga peti itu dalam sejumput doaku.” gumamku dalam hati.

Dan aku pun melewatkan malam itu dengan mendekap tubuhnya, tidur di pelukannya. Seperti malam-malam kami kemarin, seperti biasa.
Saat itu kemudian Dimas mendengar sebuah panggilan.

“Pak... pak... sebentar lagi kita akan landing, mohon dipasang sabuk pengamannya.”

Dengan kaget Dimas terbangun, melihat sekeliling dan mengumpulkan kesadarannya kembali. “Ah... ternyata cuma mimpi.” serunya dalam hati. Kemudian ia melihat di depannya seorang pramugari, yang mengulangi perintahnya untuk memasang sabuk pengaman.

Diucek-uceknya matanya sebentar, kemudian, ia mulai mencari-cari sabuk pengaman miliknya. Ah... ketemu dan cklik... terpasanglah sabuk pengaman itu di lingkar pinggangnya.
***

Kadang, aku masih merindukan aroma simbah keringatnya di kala malam, saat aku terlelap. Kata orang-orang, perempuan akan mencari pasangan hidup yang mempunyai aroma semirip aroma ayah. Apakah benar? Entah, yang jelas aku suka sekali membaui lipatan kerah bajunya, aku suka sekali menghidu aroma tengkuk kepalanya. Hm… kata Dimas, itu yang menarik dariku. Kebiasaan-kebiasaan anehku. Katanya lagi, semakin lama aku menjalin hubungan dengannya, ia tidak mungkin merasakan cinta yang sama setiap harinya. Cintanya akan semakin bertambah kadarnya. Oke. Sebut saja Dimas seorang perayu. Tapi bagiku itu adalah kata yang benar-benar tulus darinya.

Dimas, laki-laki teman SMU ku dulu. Usianya belum genap empat-puluh. Kami bertemu setiap dua bulan sekali. Biasanya saat kami harus sama-sama dinas ke Jakarta. Keperluan Dimas adalah untuk menyetorkan laporan tugas-tugasnya sambil sesekali memberikan presentasi tentang hasil jepretan kameranya pada pihak perusahaan. Kalau aku memang berdinas di dua area Jakarta-Solo. Biasanya kami bertemu di rumah kontrakan yang sengaja kami sewa, sekaligus untuk tempat tinggal kami saat di Jakarta.

Dimas meninggalkan jejak aroma musk yang dicap-kan pada serat sprei bantal peraduanku. Masih bisa kuhirup ujung kerinduan dari sudut-sudut ruang kamar kami. Kemudian lekukan yang diberikan di saat ia terlelap, sesudah kami bercinta bermalam-malam kemarin.

“Terkadang, aku sepertinya hapal ukuran lingkar pinggangmu. Ya… lingkar pinggangmu seukuran lebar pelukanku.” katanya berulang-ulang padaku. Perempuan mana yang sanggup menahan tawa kecil ketika dikatakan seperti itu.
Saat itu fajar masih membiru, tak mau menjingga seperti kebanyakan dan saat ku terbangun, ia menghilang.

Padahal di hari-hari biasa, aku selalu mengingatnya yang selalu terjaga setelahku. Saat bangun pagi, aku selalu berlagak bermain petak-umpet dengannya, menyelinap diam-diam dari balik selimut, dan mengendap sambil berjinjit menyiapkan santap sarapan. Aku bukan koki yang hebat, hanya dua buah telur yang kubuat orak-arik dicampur susu, dua potong sosis goreng, dan segelas jus jeruk, tapi entah, ia tidak pernah mengkomplain keahlianku, yang payah, saat meramu hidangan.

Kemudian, aku akan pergi membangunkannya, setelah sebelumnya kupanggil-panggil namanya tiga kali. Ia biasanya bergeming untuk panggilan yang pertama. Kadang, aku suka sekali menempelkan pipi ku ke pipi nya yang hangat, merasai nafasnya yang berat.

Panggilan yang kedua biasanya aku bisikkan lembut ke telinganya, “Mas... Mas Dimas...” dan Dimas biasanya hanya merespon dengan sebuah erangan lembut, kemudian jawabnya, “Bentar lagi, Lin. Sepuluh menit lagi...” sambil tetap meneruskan tidurnya, menyembunyikan tubuhnya kembali di bawah selimut. Aku biasanya akan membiarkannya sepuluh menit kemudian, seringnya lebih dari itu. Lalu aku akan membangunkannya dengan panggilan yang ketiga, kali ini aku melakukan kebiasaanku, menghidu tengkuknya. Aneh. Bila itu kulakukan, ia akan segera beringsut membalikkan badannya dan mengecup keningku.

Rutinitas itu ia lanjutkan dengan menguap beberapa kali, menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk, mengambil handuk dan mereguk satu-dua teguk jus yang telah kupersiapkan sebelumnya. Saat ia mandi, aku telah disibukkan kebiasaanku berikutnya, mempersiapkan setelan yang akan digunakannya. Kadang kami berselisih sebentar, ia kadang tidak sependapat dengan baju yang telah kupersiapkan.

“Jangan ah Lin. Masak warnanya norak kayak gini, nggak matching sama bawahannya nih.”
Dan kemudian peselisihan kami diakhiri dengan,
“Iya deh, saya pake Lin. Kalo kamu ngambek, bikin senyum lagi nya susah. Hehehe.” begitu yang selalu ia katakan.

“Aku musti repot beliin kamu Pangsit Ayam Setiabudi yang jaraknya dari kantor. Busyheettt. Belum lagi macetnya. Hehehe...” tambahnya lagi.

Namun, akhir-akhir ini aku jadi tahu. Dimas selalu membawa baju ganti. Setelah sampai agak jauh dari rumah, ia selalu mengganti baju yang telah kupersiapkan tadi dengan baju yang ia pilih sendiri. Bila pilihanku tidak sesuai dengan kemauannya. Mungkin, ia tidak ingin melihat aku kecewa, akan pilihanku yang tidak sependapat dengannya.

Saat ini aku jadi tahu, begitu banyak kompromi di antara kami, dan, selalu ia yang mengalah untuk kami. Yang aku tahu, kami saling mencinta, dan itu tidak diragukan lagi.
***

“Lin, kamu jadi berangkat ke Solo?” tanya Dimas sore itu, saat ia meneguk teh yang telah aku persiapkan untuknya. Ia baru pulang dari kantor.

“Hem? Iya, mas. Flight ku sudah terjadwal. Nanti aku bareng Bu Nina.” sahutku sambil mengepak barang, mempersiapkan seragam dan memilah-milah file yang akan aku bawa.
“Sudah kamu pikirin lagi? Harus hari ini ya?” tanya Dimas meyakinkan.

Kualihkan pandanganku padanya, aku membaca gurat kecemasan dari tatap matanya. Ini tak seperti biasa.

“Mas, kan aku cuman tiga hari. Kantor pusat minta aku mengurusi proses rekrutmen di kantor cabang. Bulan kemarin, Bu Nina kan sudah bilang ke Lin, Lin pun sudah minta izin ke Mas. Mas pun sudah nge-boleh-in.” rajukku.

Ia menaruh cangkir tehnya, dan menghampiriku di kamar, diraihnya tanganku. Pegangan nya kulepaskan, kemudian kubelai kedua sisi pipinya dan berkata,
“Lagipula, Lin kan sudah sering keluar kota, Mas. Mas, nggak usah khawatir ya?”
Dimas agak melumer, didekapnya tubuhku.

“Kamu sendiri Mas, jadi ke Kalimantan?” tanyaku.
“Iya, aku berangkat ntar malam.”
“Nah kamu sendiri ikut aku aja ya... nggak usah kau urusi istrimu ya... Aku pengen, kamu punyaku seorang,” rengekku.

“Ya... nggak bisa dong, Lin. Gimana klo Mas minta Lin cerai dari Bagus? Nggak mau kan?” urainya. Aku melengos.

“Lin, kita sama-sama tahu, masing-masing dari kita sudah ada yang memiliki. Aku tinggal nunggu vonis perceraianku aja. Tapi kamu sepertinya tidak mau lepas dari Bagus.”

“Mas, kamu cemburu?”
“Ya... iyalah... aku cemburu. Ah sudahlah asalkan kamu tidak tertarik sama calon-calon manager di sana, aku masih bisa bersabar. Untuk sementara, jangan ungkit-ungkit lagi ya... masalah ini.” katanya.

Dan aku hanya menjawab dengan sebuah hela nafas panjang. Begitulah saat-saat kami sebelum keberangkatan.
***

“Permisi, Bu!” kata Dimas sebelum ia menempati kursi penerbangannya. Seorang perempuan umur kurang lebih lima-puluh tahunan, sudah duduk di kursi sebelah Dimas.
“Penerbangan malam begini, sudah ada yang njemput Bu di Sepinggan?” tanya Dimas basa-basi.

“Iya, Mas... nanti keponakan saya yang jemput. Sebenarnya saya mau naik pesawat tadi sore, tapi ya... berhubung pesannya mendadak, dapatnya flight pagi subuh buta deh”
***

Sesampainya ia di Kalimantan, Bandara Sepinggan masih cukup lengang, maklum saat itu jam masih menunjukkan pukul 05.30. Langit Kalimantan belum sepenuhnya memerah. Dimas mampir ke sebuah kafe di pojokan Bandara.
“Espresso satu!” katanya pada pelayan.

Diamatinya pemandangan kafe bandara pagi itu, masih sepi. Tapi dua-tiga orang masih terlihat lalu lalang. Di sebuah pojokan dipasang sebuah layar tivi sekitar dua-puluh inch, yang tengah menayangkan sebuah berita.

“Pesawat MD82 PK-LMN milik maskapai penerbangan Lion Air dengan rute Jakarta-Solo mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Adi Sumarmo Solo. Akibatnya 25 orang tewas, 55 orang luka berat 63 orang luka ringan. Berikut adalah nama-nama korban. Menurut seorang penumpang Lion yang mengalami cidera ringan, Hervi, dia merasa ada guncangan hebat sekali. "Saya hampir terbanting. Terus tiba-tiba lampu langsung mati semua, gelap." Pesawat Lion yang nyusruk itu, tampak patah dua.” begitu wawancara dilansir oleh media ini.

Sementara itu beberapa korban tewas telah berhasil diidentifikasi, berikut adalah beberapa nama korban tewas, serta tempat korban berada, di RS. Islam Surakarta tercatat Ronizon Ali, Jefry Edison, Agatha, Ongko Tikno Wijoyo, Bambang Anggono, Iswanto, Sifa, Puji Astuti, Linda Fahmi dan satu jenazah lagi yang belum diidentifikasi. Sedangkan untuk RS Panti Waluyo, RS TNI AU mencatatkan masing-masing 2 korban tewas, dan 3 korban tewas.

Begitulah sebuah berita sampai ke telinga Dimas di suatu pagi. Setelah itu tampilan grafis nama-nama korban ditayangkan. Air muka Dimas berubah ketika ia membaca sederet nama terpampang. Linda Fahmi.

”LIN?” teriak Dimas kelu.
Segera ia merogoh sakunya, dihidupkannya telpon selularnya yang sedari kemarin mati. Kemudian mencari-cari sebuah nama di phonebooknya. Dapat. Dear Lin. Dipencetnya tombol ”dial” dan yang terdengar peringatan di luar area. Sekali lagi dipencetnya tombol dial. Masih sama. Tidak ada jawaban.
***

Aku datang kembali ke rumah kontrakan kami. Begitu memasuki pelataran rumah aku telah mencium aroma Musk Dimas.

”Mas, Mas Dimas?”
Rupanya dia sudah terlelap. Aku menghidu bau tengkuknya.
Dia terbangun kaget. Sambil teriak

”Lin?”
Dimas melihat sekeliling ruangan. Sepi.
”Ah... cuma mimpi.” desahnya dalam malam sunyi.

Sementara aku masih terduduk di sisi ranjangnya kebingungan. Bagaimana mungkin Dimas tak mengetahui kehadiranku? Ia bahkan tak sadar keberadaanku.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati