Rabu, 10 Desember 2008

FILOSOFIS KEBERTEMUAN, MIMPI DAN PENCARIAN

Nurel Javissyarqi*

Saya menyebut kebertemuan itu mengikat. Fokus pandangan yang dipersatukan dari awalnya tidak dibingkai pigura penalaran. Sedangkan jarak sebelum bertemu, tercipta dari rentetan waktu-waktu lembut yang memiliki kemungkinan campuran, semacam takdir yang diterima.

Pengetahuan tersebut muncul saat bergerak ke satu titik yang dituju. Atau harapan yang pernah diperkirakan, walau yang dimungkinkan tidak sama persis di tempat bertemunya. Karena keinginan menyatukan pandangan dari hempasan ombak (: obyektif) atas dorongan subyektif.

Ketika kereta api berjalan ke arah kita berdiri, lebih dekat tentu terjadi, kecuali kesalahan mesin sehingga tidak dapat mendekat. Tetapi saat berjalan normal, perkiraan bisa ditulis atas tahap-tahapnya. Yang sedang diproses dari realitas sekarang, merupakan jalannya waktu-waktu kesadaran.

Kebertemuan hadir membawa tubuh kesadaran, dan tidak bermakna saat kesadaran lepas atau kendor. Kesadaran mengangkut segugus pandangan bertemu, sedang perasaan yang terkandung akan membentuk suasana mental.

Kalau kebertemuan tertunda, perasaan yang tersendat akan membawa dampak bagi penelaah. Jelasnya, makna yang terjadi menyunggi beban misteri, sejenis meleburkan debu penerimaan menjelma keberadaan, atau gegaris yang tidak tampak menjadi jelas dikala berjumpa.

Kebertemaun itu penampakan yang menjumput satuan waktu dengan waktu yang lain dipersatukan, sedangkan ruang menjadi ikatan benar dalam menelisik menuju keakraban.

Kebertemuan ialah memaknai. Di mana hidup sebagai pencarian makna atau dengan makna, manusia bergerak menguliti kebenaran atau pun dorongan pembenaran. Dan makna menempel guna dirasai.

Tidak ada maksud jika kehidupan tidak memantulkan faedah, maka perasaan yang tampil dari diri yang aktif dapat menggosok penalaran. Sehingga analisanya membentuk nilai-nilai yang diintip sejauh mata melejit, setubuh gagasan berbanding menjulang.

Atau pertemuan itu saling memaknai yang menghasilkan nilai, makna baru setelah kepaduan pun persinggungan. Dalam sudut saling tumpang-tindih menjadi tahapan dari jarak kedekatan pertemuan akan nilai-nilai tambah.

Dan pembentuk keselaraan dari pengurangan serta penambahan warna, atau menggali nilai-nilai sejati sebelum bermakna lebih, dengan suatu pengertian bahwa pertemuan itu fitroh menghasilkan.

Olehnya, gerak dorongan kuat dari perasaan terpendam, sangat menentukan kebertemuan nanti melengkapi atau sekadar. Bergeraklah sungguh, apa yang sedang tampil ingin dimaknai, sebelum luput tidak menjadi. Inilah jalinan interaksi menghamili kejadian, mengeluarkan bobot pada tempat kepastian.

Kebertemuan itu pengembangan jiwa ke arah purna sebab rencana, menggugah ingatan dari tahap perencanaan sedurung datang waktu yang lapang. Maka melangkahlah demi kemudahan mengembangkan sayap-sayap kemungkinan mencapai tetinggian. Dan singgahlah di tempat akrab, oleh perjumpaan awal itu kenangan yang disimak berulang, serta banyak faedah yang dipetik dikapan waktu pun di mana saja.

Kebertemuan awal ialah berkah tidak terjadwal, meski bermula dari anganan rencana. Seperti melihat matahari, namun tak tahu besok memandangnya bagaimana, serta dalam kapasitas kejiwaan serupa apa. Sebab kebertemuan merupakan kebaharuan yang terus melintasi padang pengetahuan, bercengkerama nilai-nilai yang tertandakan.

Inilah ingatan, memasuki ruang yang pernah disinggahi dengan bobot tertentu, ukuran serta daya warna yang ditampilkan berlainan dari semula. Di sini penugasan kerja keinginan yang dikembarakan, rindu pertemuan.

Telinga hati yang telah dimasuki memori, mengambang di awang-awang bawah sadar, tentunya waktu bertetap rupa keinginan masa lalu dapat diatasi. Dan terangkat kembali ke bundaran perencaan lebih tinggi dari sapaan.

Sapaan pun bisa berupa garam yang ditaburkan dalam gelas berisikan air. Larutnya itu mengejawantah, pengekalan rasa berhamburan kerja. Larutnya garam ialah persetubuhan jiwa-raga, persatuan rasa dari daya cipta saling menerima.

Kebertemuan bukanlah penolakan, meski di sisi lain ada. Ketidaksefahaman bukan berarti menerus, jika sudih menghadirkan sisi-sisi perbedaan sebagai batu gesek mencipta nilai-nilai baru. Maksud jauh dari itu, kebertemuan akan menggagalkan keraguan yang menseponsori jiwa untuk menggeliat berkesungguhan, memadati sendi nilai demi diwujudkan nilai lebih.

Ini menarik ulang sejauh penerimaan dan penantian. Penantian itu pokok dari pertemuan, kilatan cahaya realitas akan datang. Penantian sejenis bara bersiap menjilat, sekali sapaan mendatangkan kebugaran fitroh alamiah.

Alan Linghtman dalam novelnya Einstein’s Dreams, berujar: Di dunia ini waktu seperti aliran air, kadang terbelok oleh secuil puing, oleh tiupan angin sepoi-sepoi. Entah kini atau nanti, gagasan kosmis akan menyebabkan anak sungai waktu berbalik dari aliran utama menuju ke aliran sebelumnya. Ketika hal itu terjadi, burung-burung, tanah dan orang-orang yang berada di anak sungai itu, menemukan diri mereka tiba-tiba terbawa ke masa silam.

Saya teringat kawan-kawan yang bermimpi kelaknya menjadi penyair dahsyat seperti yang dikaguminya. Apakah ini bukan pengulangan? Maka lantas saya tarik pengertian, bahwa perevisian lebih berarti sebuah karya pembetulan, bukannya membetulkan.

Apa yang mereka dapat dari impian mendompleng bayang-bayang sejarah, apalagi bayangannya begitu panjang. Hendaknya faham sekaligus berani keluar dari kungkungan lain pun diri sendiri.

Tidak bisa kita berdiri di samping patung jika tidak dianggap patung juga. Olehnya, melangkahlah menjalani realitas bukan sekadar impian di ruang pengab berjubel gagasan. Tidakkah sebuah kamus hanya berarti satuan pandang dokumentasi. Sedangkan pergerakan hawa yang senantiasa, lebih lincah menggeliat.

Di sini harus menemukan angin yang termiliki, agar yang terkerjakan bukan sekadar kehendak bayang-bayang kuasa sesaat. Memang berat rasanya menegakkan rumput patah, tapi sekiranya rumput selalu hidup. Ini bukan kesuburan sia-sia, ketika menanggalkan lelah perjalanan jauh, atau pandanglah kebertemuan bukan sekadar, namun terus membiak laksana rumput mengabadi.

Saat mengetahui suatu karakter dan mengagumi atau sebaliknya. Di situ tidak menemukan diri selain rantai kesamaan, tetapi dikala menggali kemungkinan lain yang jelas tidak tertandakan ingatan, di sanalah mendapati percepatan bayang yang tidak harus dimaknai sendiri. Sebab akan habis jika hanya berkutat pada kubangan yang sama, semisal mati berkai-kali yang tidak memberi makna kesadaran.

Saat berani keluar dari perhitungan diri pun mereka, membebas lebih merdeka menanjaki realitas sesungguhnya. Jalan-jalan yang meski ada kesamaan sebelumnya, saat itu usahakan menerima juga menolaknya. Menerima bagi pelajaran, menolaknya sebagai pengetahuan lain, yang sejatinya membentuk pengertian diri bagi sesama.

Di sini pencarian murni bukan dibuat-buat sebab mendompleng perjalanan sejarah yang dikagumi, niscaya juga sampai ke sana. Namun berapa banyak yang terperoleh atas yang terambil dari yang lain.

Saya berharap awal judul di atas bisa keluar dari sana. Ini bukan pengingkaran alami atau perputaran mutlak, saat belum mampu menyebut yang belum bersebut. Sebab ada hukum yang tidak perlu dimaknai akan tetapi terasakan, ada tanda-tanda yang tak bisa dibuatkan penanda dengan ketepatan.

Sebaik-baik penanda tidak mudah merangkum kejiwaan tanda-tanda, apalagi yang masing menggejala di alam sukma, bathinnya itu hanya bisa diraih manusia sepenggal saja. Kiranya harus mewas pada kata-kata, apalagi janji-janji, kalau yang pertama belum masuk kategori nalar realita.

Lebih jauh memang memberat, nyatanya mulai menemukan sebersit sinar yang turut ke ujung kemurnian harapan, yang bukan dari mimpi sebelumnya, apalagi dari mimpi orang lain. Dari sini harus melangkahkan kaki sendiri, menghitung-mengolah sebagai pengetahuan anyar.

Ketika memikul beban, usahakan bukan pendapatan orang lain, dan jangan seperti milik sendirian. Tuhan menciptakan berjenis-jenis insan serta ragam warna, guna membedakan campuran dari wewarna alamiah. Dan sang pencari menjelma warna campuran yang belum bernama.

---------------------------------
*) 2006. 08. Lamongan – Bogor . Pengelana asal Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati