Rabu, 14 Januari 2009

Cermin

Key
http://batampos.co.id/

Setiap Minggu pagi, kira-kira pukul delapan. Sudah menjadi kebiasaan rutinku untuk duduk-duduk di kursi malas di depan halaman rumah. Sambil mengamati mobil atau orang-orang yang berjalan hilir mudik, melalui celah-celah pintu gerbang rumah yang menjulang tinggi. Dan secangkir kopi buatan Sri, istriku.

Sri, istriku itu pasti belum pulang dari pasar. Suaranya yang cempreng belum terdengar ketika terbangun tadi. Karena memang dia pergi bisa berjam-jam lamanya. diantar mang Diman, sopir pribadiku. Dan mungkin satu atau dua jam lagi Sri baru pulang ke rumah. Itu kebiasaannya sejak pertama menikah. Maklum perempuan, kalau berbelanja selalu tawar-menawar terlebih dahulu demi mendapatkan harga yang lebih murah dengan barang yang bagus tentunya.

Sementara itu Seto, anakku satu-satunya dari pagi buta sudah melesat ke sekolah dengan motornya. Ada pertandingan Bola Basket di sekolah, katanya. Dan kebetulan Seto menjadi salah satu panitianya. Deruman suara motor Ninjanya terdengar ketika aku masih terbaring di tempat tidur. Tadi pagi jam enam.

Dan aku sekarang ditinggal berdua dengan si Parmin, Tukang kebunku. Dan sepertinya dia sedang berada di halaman belakang memotongi rumput yang sudah mulai meninggi. Terdengar suara mesin pemotong rumput yang dipakai Parmin menggerung-gerung memekakakkan telinga.

Ketika sedang asyik mengamati orang-orang dan mobil-mobil yang hilir mudik, kulihat ada seseorang yang datang mendekati pintu gerbang depan. Walaupun berpagar tinggi, tetapi aku masih dapat melihat keluar melalui celah-celah pagar teralis. Sama seperti ketika aku memperhatikan mobil-mobil tadi.

Lelaki itu berjalan kaki mendekati pintu yang masih terkunci. Pakaiannya kumal dan dekil serta compang-camping. Tapi aku belum begitu jelas melihat wajahnya. Sepertinya lelaki itu seorang pengemis yang hendak meminta sedekah. Aku memalingkan wajah kearah lain dengan harapan pengemis itu segera enyah dari pintu gerbang. Tapi ternyata semua itu sia-sia saja. Lelaki tadi masih berdiri terdiam sambil menatap kearahku. Dengan tajam lelaki tersebut menatap kearahku. Suara mesin pemotong rumput sudah tidak terdengar lagi dari arah belakang.

Kebetulan, pikirku. Mudah-mudahan Parmin segera mengenyahkan lelaki kumal tersebut.

“ Assalamualaikum!” Lelaki tadi memberi salam kepadaku.
“ Waalaikum salam!” Hanya dengan alasan kesopanan aku menjawab salamnya.
“ Parmin!” Teriakku sambil menoleh kearah belakang. Dengan harapan Parmin segera muncul untuk melayani pengemis tersebut. Dan kebetulan suara mesin pemotong rumput itu sudah lama mati.

Harapanku terkabul. Parmin datang sambil tergopoh-gopoh. Keringatnya masih bercucuran di keningnya. Aku menunjuk ke arah lelaki yang masih berdiri di depan pintu gerbang, Sambil menyerahkan sesuatu kepada Parmin. Tanpa diperintah dua kali, Parmin langsung mendekati laki-laki itu sambil menyerahkan selembar uang lima ribuan yang barusan kuberikan pada Parmin. Si lelaki tadi tidak mau mengambil uang yang disodorkan Parmin. Dia malah menunjuk-nunjuk kearahku dan berbicara sesuatu pada Parmin.

Parmin ragu dan menoleh kearahku meminta keputusan. Aku hanya mengangguk memberi ijin kepada Parmin untuk membukakan pintu gerbang itu buat si pengemis.

“ Assalamualaikum!” Sapa lelaki itu ketika sudah mendekat ke arahku. Kali ini sambil menyodorkan tangannya.
“Waalaikumsalam!” Jawabku singkat tanpa menyambut uluran tangannya tadi.

Bagaimana aku mau menyambut uluran tangan yang menjijikan itu. Tangan itu dipenuhi dengan luka dan borok yang sudah hampir bernanah. Sebentar aku bergidik merasa ngeri dan jijik. Bisa-bisa aku ketularan penyakit nantinya. Jangankan menyentuhnya, melihatnyapun aku sudah merasa mual dan ingin agar orang tersebut segera enyah dari hadapanku.

Lelaki itu kini sudah berdiri di hadapanku dengan menebarkan aroma comberan yang berbau busuk. Ditambah lagi dengan hiasan-hiasan luka dan borok disekujur tubuhnya yang menjijikan. Mulai dari muka sampai keujung kaki, sepertinya dugaanku tidak meleset kalau lelaki itu seorang pengemis atau gembel. Pakaian yang dikenakannya begitu kumal dan compang-camping. Dan mungkin pakaian itu tidak pernah kena air cucian selama sebulan lebih. Sehingga menebarkan aroma comberan yang menyengat hidung. Rambutnya lebih parah lagi. Helaian rambutnya kini sudah bersatu dan terjalin satu sama lain. Akibat tidak pernah bersentuhan dengan air dan shampoo. Belum lagi jamur-jamur berwarna kuning yang tumbuh menghiasi kepala orang itu. Bagaikan mahkota raja gembel. Hal itu makin membuat perutku meronta-ronta ingin segera mengeluarkan isinya.

“ Pak Ahmad?” Suara pertanyaan orang itu menyentakanku dari lamunan.

Aku hanya bisa mengangguk sambil berusaha mengatur pernapasanku. Agar bau busuk itu tidak mampir di lobang hidungku.

Tanpa menunggu ijin dan perintah dariku, lelaki tersebut menarik kursi yang berada di depanku dan dengan enaknya duduk sambil menatap ke arahku dengan tajam. Aku tidak dapat membayangkan berapa juta kuman dan bakteri yang sedah melekat di kursi tersebut. Tapi semua itu tanpa kuasa ku cegah. Dan anehnya tidak ada sumpah serapah yang biasanya keluar dari mulutku ketika sedang kesal. Karena kalau itu kulakukan, aku takut berjuta-juta bakteri segera menerjang masuk melalui mulutku yang terbuka.

“ Maaf! Sebenarnya ada keperluan apa saudara datang kesini? Dan sepertinya kita baru bertemu hari ini?” Akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada lelaki itu. Dengan pernapasan yang kuatur sedemikian rupa. Agar kuman-kuman itu tidak loncat ke dalam rongga mulutku.

“ Saya datang hendak tinggal dan menemani bapak disini,” ujar orang itu dengan enteng. Tetapi bagiku itu merupakan pernyataan yang bagaikan petir di siang bolong.

“ Apa? Apa saudara sudah gila?” Aku berteriak kaget sambil melotot kearahnya.

Aku berdiri dan berkacak pinggang di hadapan lelaki tersebut. Berani-beraninya orang itu hendak tinggal di rumahku. Apa dia pikir ini rumah panti sosial? Atau rumah nenek moyangnya, rutukku dalam hati.

“ Mungkin bapak salah alamat?” aku berusaha menahan emosi.

“ Tidak! Saya tidak salah alamat. Rumah ini berdiri atas andil saya di dalamnya,” Ujar lelaki itu lagi dengan entengnya.

Lelaki tadi bersikukuh hendak tinggal di rumahku. Seulas senyuman menghias di mulutnya. Namun bagiku senyuman itu lebih mirip dengan seringai kecurangan.

“ Saudara jangan main-main, ya! Saya ini orang yang terpandang di daerah ini. Saya anggota dewan yang terhormat. Sekarang saudara keluar atau saya panggilkan keamanan untuk menyeret saudara dari sini!” Amarahku sudah tidak terbendung lagi. Dengan berkacak pinggang aku segera mengusir orang tersebut.

Tidak ada raut ketakutan membayang di wajahnya yang menjijikan itu. Malah sekarang dia tertawa terkekeh-kekeh seperti mengejek kearahku. Aku makin marah karena merasa diremehkan oleh manusia macam laki-laki itu.

“ He..he..he..pak Ahmad,.Pak Ahmad! Tidak sadarkah siapa orang yang bapak usir ini? Muakkah atau jijikah bapak dengan manusia yang sedang bapak hadapi ini?” Ujar lelaki itu sambil terus tertawa-tawa.

Amarahku sudah tidak dapat dibendung lagi. Kuraih gelas yang masih berisi setengahnya itu, dan kubanting tepat dihadapan lelaki tersebut. Dongkol dengan gembel yang sudah dengan lancang menghinaku.

“ Pak Ahmad!” Lelaki itu berkata tegas kearahku. Tapi aku sudah tidak mau dan muak menghadap kearahnya.

“ Pak Ahmad, masi ingatkah proyek jalan dan proyek-proyek lainnya yang menghasilkan uang milyaran buat bapak?” Aku tertegun mendengar pertanyaan laki-laki itu.

“ Itu karena hasil usahaku dan hasil kepintaranku,” Aku membela diri.

“ Bukan! Itu karena keburukan wajah ini yang selalu bapak ciptakan setiap kali bapak bertugas,” Laki-laki itu membentakku.

Aku terdiam seribu basa. Darimana orang ini mengetahui semua kegiatanku?

Kemudian lelaki tersebut merinci semua kegiatan-kegiatan dan semua transaksi yang pernah kulakukan.

“ Pak Ahmad sekarang perhatikan siapa sebenarnya manusia yang berada di hadapan bapak ini!” laki-laki itu mengakhiri kata-katanya.

Walaupun enggan karena muak dan jijik, Akhirnya aku memberanikan diri menoleh kearah lelaki tadi. Lelaki buruk dan menjijikan tadi sudah tidak ada di tempatnya lagi. Berganti dengan seseorang. Laki-laki yang mengenakan setelan jas yang rapi dengan lencana di dadanya. Seragam anggota dewan, kebanggaanku. Dan rasa-rasanya aku begitu mengenali wajah itu. Ya! Itu adalah sosok aku dengan seragam kebesaranku.

“ Siapa kamu sebenarnya?”

Pandanganku menjadi nanar dan berkunang-kunang. Tubuhku limbung dan jatuh terduduk di kursi yang tadi kududuki. Aku berusaha bangkit dan berlari kearah kamar. Meninggalkan sosok yang masih terkekeh-kekeh tadi.

Cermin! Aku segera menghampiri cermin yang biasa di pakai istriku untuk berias. Sosok makhluk buruk dan menjijikan yang menebarkan aroma busuk muncul di hadapanku. Cermin diriku yang sesungguhnya. Aku berteriak, dan berteriak ketakutan. Aku muak dan jijik dengan diriku yang sudah berubah menjadi monster menakutkan.

Bandung, April 2008
*Aktif menulis karya fiksi, bermukim di Bandung.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati