Key
http://batampos.co.id/
Setiap Minggu pagi, kira-kira pukul delapan. Sudah menjadi kebiasaan rutinku untuk duduk-duduk di kursi malas di depan halaman rumah. Sambil mengamati mobil atau orang-orang yang berjalan hilir mudik, melalui celah-celah pintu gerbang rumah yang menjulang tinggi. Dan secangkir kopi buatan Sri, istriku.
Sri, istriku itu pasti belum pulang dari pasar. Suaranya yang cempreng belum terdengar ketika terbangun tadi. Karena memang dia pergi bisa berjam-jam lamanya. diantar mang Diman, sopir pribadiku. Dan mungkin satu atau dua jam lagi Sri baru pulang ke rumah. Itu kebiasaannya sejak pertama menikah. Maklum perempuan, kalau berbelanja selalu tawar-menawar terlebih dahulu demi mendapatkan harga yang lebih murah dengan barang yang bagus tentunya.
Sementara itu Seto, anakku satu-satunya dari pagi buta sudah melesat ke sekolah dengan motornya. Ada pertandingan Bola Basket di sekolah, katanya. Dan kebetulan Seto menjadi salah satu panitianya. Deruman suara motor Ninjanya terdengar ketika aku masih terbaring di tempat tidur. Tadi pagi jam enam.
Dan aku sekarang ditinggal berdua dengan si Parmin, Tukang kebunku. Dan sepertinya dia sedang berada di halaman belakang memotongi rumput yang sudah mulai meninggi. Terdengar suara mesin pemotong rumput yang dipakai Parmin menggerung-gerung memekakakkan telinga.
Ketika sedang asyik mengamati orang-orang dan mobil-mobil yang hilir mudik, kulihat ada seseorang yang datang mendekati pintu gerbang depan. Walaupun berpagar tinggi, tetapi aku masih dapat melihat keluar melalui celah-celah pagar teralis. Sama seperti ketika aku memperhatikan mobil-mobil tadi.
Lelaki itu berjalan kaki mendekati pintu yang masih terkunci. Pakaiannya kumal dan dekil serta compang-camping. Tapi aku belum begitu jelas melihat wajahnya. Sepertinya lelaki itu seorang pengemis yang hendak meminta sedekah. Aku memalingkan wajah kearah lain dengan harapan pengemis itu segera enyah dari pintu gerbang. Tapi ternyata semua itu sia-sia saja. Lelaki tadi masih berdiri terdiam sambil menatap kearahku. Dengan tajam lelaki tersebut menatap kearahku. Suara mesin pemotong rumput sudah tidak terdengar lagi dari arah belakang.
Kebetulan, pikirku. Mudah-mudahan Parmin segera mengenyahkan lelaki kumal tersebut.
“ Assalamualaikum!” Lelaki tadi memberi salam kepadaku.
“ Waalaikum salam!” Hanya dengan alasan kesopanan aku menjawab salamnya.
“ Parmin!” Teriakku sambil menoleh kearah belakang. Dengan harapan Parmin segera muncul untuk melayani pengemis tersebut. Dan kebetulan suara mesin pemotong rumput itu sudah lama mati.
Harapanku terkabul. Parmin datang sambil tergopoh-gopoh. Keringatnya masih bercucuran di keningnya. Aku menunjuk ke arah lelaki yang masih berdiri di depan pintu gerbang, Sambil menyerahkan sesuatu kepada Parmin. Tanpa diperintah dua kali, Parmin langsung mendekati laki-laki itu sambil menyerahkan selembar uang lima ribuan yang barusan kuberikan pada Parmin. Si lelaki tadi tidak mau mengambil uang yang disodorkan Parmin. Dia malah menunjuk-nunjuk kearahku dan berbicara sesuatu pada Parmin.
Parmin ragu dan menoleh kearahku meminta keputusan. Aku hanya mengangguk memberi ijin kepada Parmin untuk membukakan pintu gerbang itu buat si pengemis.
“ Assalamualaikum!” Sapa lelaki itu ketika sudah mendekat ke arahku. Kali ini sambil menyodorkan tangannya.
“Waalaikumsalam!” Jawabku singkat tanpa menyambut uluran tangannya tadi.
Bagaimana aku mau menyambut uluran tangan yang menjijikan itu. Tangan itu dipenuhi dengan luka dan borok yang sudah hampir bernanah. Sebentar aku bergidik merasa ngeri dan jijik. Bisa-bisa aku ketularan penyakit nantinya. Jangankan menyentuhnya, melihatnyapun aku sudah merasa mual dan ingin agar orang tersebut segera enyah dari hadapanku.
Lelaki itu kini sudah berdiri di hadapanku dengan menebarkan aroma comberan yang berbau busuk. Ditambah lagi dengan hiasan-hiasan luka dan borok disekujur tubuhnya yang menjijikan. Mulai dari muka sampai keujung kaki, sepertinya dugaanku tidak meleset kalau lelaki itu seorang pengemis atau gembel. Pakaian yang dikenakannya begitu kumal dan compang-camping. Dan mungkin pakaian itu tidak pernah kena air cucian selama sebulan lebih. Sehingga menebarkan aroma comberan yang menyengat hidung. Rambutnya lebih parah lagi. Helaian rambutnya kini sudah bersatu dan terjalin satu sama lain. Akibat tidak pernah bersentuhan dengan air dan shampoo. Belum lagi jamur-jamur berwarna kuning yang tumbuh menghiasi kepala orang itu. Bagaikan mahkota raja gembel. Hal itu makin membuat perutku meronta-ronta ingin segera mengeluarkan isinya.
“ Pak Ahmad?” Suara pertanyaan orang itu menyentakanku dari lamunan.
Aku hanya bisa mengangguk sambil berusaha mengatur pernapasanku. Agar bau busuk itu tidak mampir di lobang hidungku.
Tanpa menunggu ijin dan perintah dariku, lelaki tersebut menarik kursi yang berada di depanku dan dengan enaknya duduk sambil menatap ke arahku dengan tajam. Aku tidak dapat membayangkan berapa juta kuman dan bakteri yang sedah melekat di kursi tersebut. Tapi semua itu tanpa kuasa ku cegah. Dan anehnya tidak ada sumpah serapah yang biasanya keluar dari mulutku ketika sedang kesal. Karena kalau itu kulakukan, aku takut berjuta-juta bakteri segera menerjang masuk melalui mulutku yang terbuka.
“ Maaf! Sebenarnya ada keperluan apa saudara datang kesini? Dan sepertinya kita baru bertemu hari ini?” Akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada lelaki itu. Dengan pernapasan yang kuatur sedemikian rupa. Agar kuman-kuman itu tidak loncat ke dalam rongga mulutku.
“ Saya datang hendak tinggal dan menemani bapak disini,” ujar orang itu dengan enteng. Tetapi bagiku itu merupakan pernyataan yang bagaikan petir di siang bolong.
“ Apa? Apa saudara sudah gila?” Aku berteriak kaget sambil melotot kearahnya.
Aku berdiri dan berkacak pinggang di hadapan lelaki tersebut. Berani-beraninya orang itu hendak tinggal di rumahku. Apa dia pikir ini rumah panti sosial? Atau rumah nenek moyangnya, rutukku dalam hati.
“ Mungkin bapak salah alamat?” aku berusaha menahan emosi.
“ Tidak! Saya tidak salah alamat. Rumah ini berdiri atas andil saya di dalamnya,” Ujar lelaki itu lagi dengan entengnya.
Lelaki tadi bersikukuh hendak tinggal di rumahku. Seulas senyuman menghias di mulutnya. Namun bagiku senyuman itu lebih mirip dengan seringai kecurangan.
“ Saudara jangan main-main, ya! Saya ini orang yang terpandang di daerah ini. Saya anggota dewan yang terhormat. Sekarang saudara keluar atau saya panggilkan keamanan untuk menyeret saudara dari sini!” Amarahku sudah tidak terbendung lagi. Dengan berkacak pinggang aku segera mengusir orang tersebut.
Tidak ada raut ketakutan membayang di wajahnya yang menjijikan itu. Malah sekarang dia tertawa terkekeh-kekeh seperti mengejek kearahku. Aku makin marah karena merasa diremehkan oleh manusia macam laki-laki itu.
“ He..he..he..pak Ahmad,.Pak Ahmad! Tidak sadarkah siapa orang yang bapak usir ini? Muakkah atau jijikah bapak dengan manusia yang sedang bapak hadapi ini?” Ujar lelaki itu sambil terus tertawa-tawa.
Amarahku sudah tidak dapat dibendung lagi. Kuraih gelas yang masih berisi setengahnya itu, dan kubanting tepat dihadapan lelaki tersebut. Dongkol dengan gembel yang sudah dengan lancang menghinaku.
“ Pak Ahmad!” Lelaki itu berkata tegas kearahku. Tapi aku sudah tidak mau dan muak menghadap kearahnya.
“ Pak Ahmad, masi ingatkah proyek jalan dan proyek-proyek lainnya yang menghasilkan uang milyaran buat bapak?” Aku tertegun mendengar pertanyaan laki-laki itu.
“ Itu karena hasil usahaku dan hasil kepintaranku,” Aku membela diri.
“ Bukan! Itu karena keburukan wajah ini yang selalu bapak ciptakan setiap kali bapak bertugas,” Laki-laki itu membentakku.
Aku terdiam seribu basa. Darimana orang ini mengetahui semua kegiatanku?
Kemudian lelaki tersebut merinci semua kegiatan-kegiatan dan semua transaksi yang pernah kulakukan.
“ Pak Ahmad sekarang perhatikan siapa sebenarnya manusia yang berada di hadapan bapak ini!” laki-laki itu mengakhiri kata-katanya.
Walaupun enggan karena muak dan jijik, Akhirnya aku memberanikan diri menoleh kearah lelaki tadi. Lelaki buruk dan menjijikan tadi sudah tidak ada di tempatnya lagi. Berganti dengan seseorang. Laki-laki yang mengenakan setelan jas yang rapi dengan lencana di dadanya. Seragam anggota dewan, kebanggaanku. Dan rasa-rasanya aku begitu mengenali wajah itu. Ya! Itu adalah sosok aku dengan seragam kebesaranku.
“ Siapa kamu sebenarnya?”
Pandanganku menjadi nanar dan berkunang-kunang. Tubuhku limbung dan jatuh terduduk di kursi yang tadi kududuki. Aku berusaha bangkit dan berlari kearah kamar. Meninggalkan sosok yang masih terkekeh-kekeh tadi.
Cermin! Aku segera menghampiri cermin yang biasa di pakai istriku untuk berias. Sosok makhluk buruk dan menjijikan yang menebarkan aroma busuk muncul di hadapanku. Cermin diriku yang sesungguhnya. Aku berteriak, dan berteriak ketakutan. Aku muak dan jijik dengan diriku yang sudah berubah menjadi monster menakutkan.
Bandung, April 2008
*Aktif menulis karya fiksi, bermukim di Bandung.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 14 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar