Sabtu, 03 Januari 2009

LATAR DALAM PUISI

Maman S Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Pembicaraan mengenai fungsi latar dalam puisi, sejauh ini jarang sekali kita jumpai. Padahal pembicaraan mengenai masalah itu penting artinya untuk memahami makna puisi sebagai kesatuan estetik. Seperti juga latar dalam drama atau novel, latar dalam puisi berhubungan dengan penyebutan nama tempat, angka tahun, dan penggambaran suasana dan situasi sosial tertentu. Dalam hal ini, penghadiran latar oleh penyairnya tentu bukan tanpa maksud. Ada sesuatu yang sengaja hendak disampaikan, baik untuk kepentingan keindahan puitik, maupun untuk memperkuat tema yang disampaikannya. Oleh karena itu, jika ada puisi yang di dalamnya terdapat nama tempat, angka tahun dan peristiwa atau suasana tertentu, kita dapat menganalisisnya berdasarkan itu. Sebagai bahan apresiasi, berikut ini akan dikutip lengkap puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Catatan Tahun 1965”:

Di lapangan dibakari buku
Mesin tikmu dibelengu
Piringan hitam dipanggang
Buku-buku dilarang
Kita semua diperanjingankan
Gaya rabies klongsongan
Hamka diludahi Pram
Masuk penjara Sukabumi
Jassin dicaci diserapahi
Terbenam daftar hitam
Usman dimaki Lentera
Takdir disumpahi Lekra
Sudjono dicangkul BTI
Nasakom bersatu apa
Umat dibunuhi di desa
Kanigoro bagaimana lupa
Kus Bersaudara dipenjara
Mochtar masih diterungku
Osram bungkuk meringkuk
Jalan aspal kubangan
Minyak tanah dikemanakan
Rebutan beras antrian
Siapa mati kelaparan
Inflasi saban pagi
Pidato tiap hari
Maki-maki sebagai gizi
Bahasa carut diperluaskan
Beatles Gondrong dipersetankan
Pita suara dimatirasakan
Susunan syarat dianstesi
Genjer-genjer jadi nyanyian
Tari perang dipamerkan
Warna merah dikibarkan
Warna hitam di kalbukan
Pawai garang digenderangkan
Kolone kelima disusupkan
Sarung siapa dilekatkan
Matine gusti-Allah dipentaskan

(Pawai HUT PKI, 23 Mei 1965)

Judul puisi tersebut jelas mengacu pada angka tahun1965. Jadi, apa yang hendak disampaikan penyair adalah peristiwa yang terjadi pada tahun itu. Dalam hal ini penyair berhasil memotret, dan tidak sekadar mencatat, peristiwa sosial politik dan budaya pada masa itu dengan amat cermat, transparan, namun sama sekali tidak terjerumus pada bentuk propaganda. Penghadiran peristiwa dan nama tokoh yang tetap dengan mempertahankan keindahan puitik, justru memperkuat suasana yang hendap diangkat penyair.

Bentuk kata kerja pasif, seperti dibakari, dibelengu, dipanggang, dilarang misalnya, secara semantis menyiratkan bahwa dalam peristiwa itu, ada yang membakar dan dibakar; membelengu-dibelengu; memanggang-dipanggang; melarang dan melarang? Jelas! Pihak itu yang bertindak lebih aktif-agresif. Penyair, betapapun hanya memotret apa adanya, gaya sinisnya memperkuat suasana huru-hara, ganas-panas, dan kacau-balau. Betapa rusuhnya keadaan pada tahun 1965 di negeri ini. Betapa sadis-ganasnya Lentera, Lekra, BTI, dan corong PKI lainnya menggilas siapa pun yang tak sepaham.
***

Demikianlah, dalam puisi Taufiq Ismail, latar waktu (1965) berfungsi mendukung tema dan menciptakan suasana peristiwa masa itu. Oleh karena itu, tepat sekali penyair menampilkan dengan gaya yang amat sinis. Penuh semangat perlawanan, pemberontakan pada keadaan sosial-politik-budaya yang terjadi waktu itu. Hal yang sama dengan tema berbeda, juga sering dilakukan Sapardi Djoko Damono. Penghadiran latar yang berfungsi memperkuat suasana tampak pula dalam salah satu puisinya, “Air Selokan”:

“Air yang di selokan itu megalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.

Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.

Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.

Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilau hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.

Perhatikan latar waktu yang digunakan penyait: hari minggu pagu/waktu itu (bait 1); dulu/waktu kau lahir (bait 2); tadi sore (bait 3); senja ini (bait 4). Latar waktu dalam puisi ini penting artinya dan berfungsi mengungkapkan perjalanan sejarah sebuah selokan. Dulu, air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi. Setelah ada rumah sakit, ibu yang sedang mengandung malah hampir muntah lantaran bau sengit air selokan itu; kata “sengit” sangat tepat untuk menunjukkan bau yang amat sangat. Tadi sore, ada mayat dimandikan; tentu airnya mengalir ke selokan itu. Senja ini ada dua anak buang hajat. Ringkasnya, air selokan yang dulu bersih kini sudah sedemikian kotor dan bau luar biasa.

Latar waktu yang memperlihatkan proses perjalanan sejarah selokan itu, diperkuat pula dengan latar tempat (rumah sakit dan kamar mayat) dan latar material (darah dan amis baunya, mayat kamar mati, ada nyawa lagi terapung-apung, yang berkilau-kilauan hanyut, dan air yang anyir baunya). Rumah sakit dan kamar mayat menciptakan suasana yang serba tidak menyenangkan. Pada bait pertama, rumah sakit dikontraskan dengan minggu pagi dan kau berjalan-jalan bersama istrimu yang mengandung. Penghadiran suasana yang bertolak belakang itu, ditegaskan kembali dengan kalimat: ia hampir muntah bau sengit itu.

Pada bait kedua, gambaran yang disampaikan penyair bahwa dulu air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi, didukung oleh penghadiran latar material; campur darah dan amis banunya. Jadi, yang bau bukanlah air selokan itu, melainkan darah bekas melahirkan. Airnya sendiri bersih dan tidak bau.

Bait ketiga, latar waktu tadi sore yang menyiratkan usia menjelang senja-kematian-kalimat-terasa lebih dramatis dengan adanya mayat yang dimandikan di kamar mati.

Keadaan air selokan yang makin kotor dan bau itu, lengkap sudah dengan dua anak yang buang hajat; ada nyawa lagi terapung-apung; alangkah indahnya; yang berkilau-kilauan hanyut; air yang anyir baunya yang digambarkan pada bait ketiga. Jadi, dalam hal ini, sudah terjadi pencemaran air yang sudah lewat batas ambang. Dalam hal itu, latar waktu, material, tempat, dan suasana secara fungsional menghadirkan masalah pencemaran lingkungan yang pada suatu saat bakal membawa dunia ini ke dalam kehancuran total.
***

Pemahaman latar waktu, tempat, dan material yang berfungsi untuk menciptakan suasana tertentu yang mendukung tema dan makna keseluruhan puisi, sebagaimana tampak dalam puisi Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono, menjadi penting saat menjumpai puisi-puisi simbolik. Perhatikan puisi “Malam Lebaran” karya Sitor Situmorang.

Bulan di atas kuburan

Puisi pendek ini sesungguhnya amat kaya dengan suasana yang penuh kemurungan, kesepian, kerinduan, kematian, melankolis, dan tragedi. Judul “Malam Lebaran” yang bagi umat Islam merupakan malam kemenangan seusai berperang melawan hawa nafsu (ramadhan), dikontraskan dengan kuburan (simbol kematian). Jadi, bagi Sitor, malam yang bagi umat Islam sebagai saat mencapai kemenangan, kegembiraan, dan pengagungan kepada Allah, dipandangnya sebagai malam kematian, kesepian, tragedi.

Dari sudut itu, penghadiran latar waktu (malam lebaran) dan latar tempat (kuburan), jelas tidak fungsional, malahan amat kontradiktif. Meski begitu, kita dapat memahami mengapa Sitor berpandangan demikian. Masalahnya dapat kita kembalikan pada sikap keimanan penyair. Akan sangat berbeda jika penyairnya menghayati betul naluri-naluri keislaman. Kesalahan fatal itu, makin jelas kita hubungkan malam lebaran dengan bulan. Mungkinkah bulan muncul pada malam lebaran (1 Hijriah), padahal kemunculannya terjadi pada setiap tanggal 14-15 Hijriah? Jelalah, bahwa pemahaman latar dalam puisi, sangat penting artinya sebagai usaha memahami keseluruhan makna dan tema puisi itu sendiri sebagai kesatuan estetik.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati