Minggu, 11 Januari 2009

Pengantar ‘Mimpi Jakarta’

Rakhmat Giryadi
Menulis Cerita Pendek Karena Terpaksa

Saya menuls cerita pendek (cerpen) karena terpaksa. Ya, terpaksa saya lakukan karena memang tidak ada yang harus saya lakukan selain menulis cerpen. Karena terpaksa saya menulis cerpen dengan tangan di kertas folio bergaris. Saya menulis cerpen, karena hanya pada cerpen saya bisa ‘berbuat’.

Saya menulis cerpen memang selalu dalam keadaan terpaksa. Kali pertama saya menulis cerpen serius –dimuat media massa- sejak sekitar tahun 90-an. Hal itu harus saya lakukan karena saya tidak punya uang sama sekali untuk hidup. Mengapa uang? Ya, dengan menulis cerpen saya berharap dapat honor.

Karena terpaksa, saya menuliskan kisah saya sendiri yang miskin secara materi dan miskin tentang seluk beluk menulis cerpen itu sendiri. Karena dalam keadaan terpaksa sayapun menuliskan nasib saya pribadi. Mengapa saya menuliskan kisah saya sendiri, alasannya cukup sederhana, karena saya yakin dengan menuliskan nasib orang lain pasti hanya akan mengisahkan permukaannya saja. Karena itu dengan mengisahkan nasib saya sendiri, saya berharap cerpen itu memiliki kekuatan permenungan yang lebih dalam. Dengan menuliskan tentang nasibnya sendiri, saya yakin saya tidak kehabisan tema.

Tentu saya harus mengakui, saya menulis tidak semata-mata menguraikan nasib saya yang penuh haru biru karena kemiskinan. Tentu otak dan perasaan saya bekerja dengan sendirinya, mengungkapkan segala kisah yang terekam dalam otak dan perasaan saya. Karena itu tak ayal lagi pengalaman-pengalaman itu tiba-tiba bermunculan saat saya menorehkan tinta di atas kertas bergaris itu.

Cerita Laki-Laki Miskin, sebenarnya berkisah tentang kebosanan saya terhadap ‘ilmu melukis’ yang saya pelajari di bangku kuliah. Waktu itu saya ingin memaparkan pengalaman saya. Tetapi tiba-tiba seorang tokoh hadir. Dia mengaku seorang laki-laki gelandangan. Ia memrotes pada seorang pelukis yang hanya menjadikan dirinya sebagai obyek lukisannya belaka. Banyak pelukis yang menjadikan ‘gelandangan’ sebagai obyek lukisan dan kemudian dia menjualnya sampai ratusan juta. Sementara nasib gelandangan itu tetap gelandangan.

Ini tidak adil. Gelandangan itu memprotes tindakan para pelukis. Iapun melakukan bunuh diri, karena nasibnya telah dipermainakan bahkan diperdagangkan oleh seorang pelukis. Pelukis itupun akhirnya sadar, ternyata apa yang dilakukannya selama ini, yang dikatakan bermanfaat bagi dirinya tetapi belum tentu bermanfaat bagi orang lain.

Begitu banyak pengalaman batin dan pengalaman social yang saya alami, ternyata tak mudah diungkapkan lewat cerpen. Setelah cerpen saya Laki-Laki Miskin, saya seperti kesulitan mengungkapkan segala peristiwa yang secara struktur menarik diceritakan. Dari cerpen satu ke cerpen lainnya, jaraknya cukup lama.

Saya menulis cerpen tidak seperti penulis-penulis lain yang cukup produktif. Bahkan hampir setiap minggu tulisan mereka terpampang di media massa baik lokal maupun nasional. Sementara saya, sering tersendat-sendat dalam mengungkapkan kegelisahan saya. Karena itu, sejak tahun 1990-an sampai sekarang tidak banyak cerpen yang saya buat.

Tetapi saya tidak pernah menyerah. Karena itu sayapun menarget, minimal dalam setahun ada cerpen saya yang dimuat di media massa. Dan target itu tidak membebani saya. Dengan cara seperti itu, akhirnya saya tetap bisa bertahan menulis cerpen.

Itu merupakan keterbatasan saya yang lain. Saya tidak bisa menulis segala peristiwa yang saya lihat, alami, dan saya baca. Ternyata semua peristiwa yang kita lihat, kita alami, dan kita baca tidak mesti bisa dibuat cerpen. Intinya membuat cerpen ternyata tidak gampang. Kalau ada yang menggampangkan, itu persoalan lain.

Dalam sepuluh tahun, saya baru menerbitkan sekitar puluhan cerpen. Tetapi saya berusaha, cerpen saya terbit merata mulai dari koran lokal sampai nasional. Bahkan obsesi saya untuk bisa masuk ke majalah Horisan pada tahun 2002 akhirnya kesampaian.

Saya harus mengakui, kemampuan saya memang sangat terbatas. Karena keterbatasan itulah saya banyak belajar pada orang lain, selain juga mencoba belajar sendiri tidak ada henti. Sahabat saya, Tjahjono Widijanto, Tjahjono Widarmanto, Tengsoe Tjahjono, Ratna Indraswari Ibrahim, banyak memberikan inspirasi kepada saya untuk terus bertahan menulis fiksi.

Dari Widijanto dan Widarmanto saya belajar tentang cara menembus media massa. Tengsoe Tjahjono mengajarkan saya tentang teknis menulis yang komunikatif. Dosen yang puisisnya saya kagumi itu memang ahli dalam menulis puisi yang sederhana dan komunikatif. Ternyata untuk menemukan itu sulitnya bukan main. Dari mbak Ratna saya selalu terlecut dengan semangatnya meskipun dirinya orang yang sangat ‘terbatas’ dalam berbagai hal. Hanya saja saya tidak pernah bisa ‘nyontek’ ilmunya untuk bisa menembus harian Kompas.

Sekali lagi, kemampuan saya sangat terbatas. Karena itu tema cerpen-cerpen saya tidak jauh dari yang dibayangkan kebanyakan orang. Cerpen saya memang terbatas pada obsesi saya pada peristiwa realitas sehari-hari. Saya tidak berusaha mengkonstruksi ataupun mendekonstruksi realitas sedemikain jungkir balik, hingga dikatakan sebagai cerita pendek. Tidak. Saya tidak punya obsesi apa-apa terhadap realitas.

Saya orang yang berkemampuan sangat terbatas. Saya tidak bisa menjungkir-balikkan realita. Saya justru melihat realia itu jungkir balik dan selalu diluar logika. Bahkan terkadang realita itu sebuah suasana yang absurd dan sulit dipahami. Karena itu sayapun tidak ingin terjebak dalam realitas yang absurd ini. Saya ingin apa adanya. Meskipun saya terkadang tidak berdaya melawan diri sendiri, untuk mencoba ‘mengkocok’ realita yang amburadul ini.

Saya memang tidak bisa menolak. Karena kemampuan saya sangat terbatas untuk melawannya. Karena itulah cerpen yang hadir di sini, tak jarang, muncul dengan berbagai cara, dan gaya. Saya memang tak pernah membatasi dengan cara dan gaya tertentu. Saya menulis cerpen dengan gaya saya sendiri. Kalau kemudian ada yang menyamakan dengan penulis tertentu, itu bukan urusan saya.

Karena saya orangnya sangat terbatas, tak jarang tokoh-tokoh yang hadir adalah tokoh fatalis. Mereka adalah tokoh-tokoh pragmatis, yang menilai hidup itu secara hitam putih. Keterbatasan saya selalu berbicara begitu. Saya sering tidak berdaya untuk tidak berbicara secara hitam putih. Padahal semestinya saya berada di daerah abu-abu. Atau jangan-jangan yang abu-abu memang tidak ada? Saya sering membenarkan pertanyaan ini.

Kalau pembaca tidak sependapat dengan yang saya omongkan, tentu ini karena keterbatasan saya belaka. Hadirnya cerpen-cerpen dalam kumpulan ini, setelah sekian puluh tahun saya berkarya tentu juga keterbatasan saya. Karena itu saya bersyukur kalau akhirnya cerpen-cerpen ini bisa terbit dan bisa diapresiasi oleh banyak orang.

Saya sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah menyokong penerbitan ini. Cerpen yang saya terbitkan ini telah dimuat di media massa seperti, Horison, Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, Sinar Harapan, Suara Karya, Suara Merdeka, Suara Indonesia. Semoga cerpen ini bermanfaat dan selamat membaca keterbatasan saya. N

Sidoarjo, Oktober 2006.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati