Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/
Malam dengan dinginnya memeluk tubuhnya, di halaman rumah yang dulu biasa digunakan untuk bertemunya para penyair. Mereka saling mengadu argumentasi dan mendiskusikan realitas yang terjadi di sekitarnya, lalu dijadikan bahan membuat sajak-sajak ataupun esai.
Rumah yang memiliki halaman lua sebagai tempat menaruh padi dan hasil kebun ketika musim panen tiba. Tidak seperti dulu lagi, sekarang sepi dan sunyi.
Duduk sendiri sambil merokok, tak henti-henti menyemburkan kepulan asap ke udara dengan ekpresi kosong, seperti ada yang menyelubungi fikirannya satu kesal susah untuk dipecahkan.
Tiba-tiba muncul kata-kata, sepertinya sebuah ungkapan kegelisahan yang dirasakan.
“Daun-daun membeku, angin meronta, sunyi mengikuti. Pepohonan tumbang satu persatu, rapuh dimakan waktu. Bidadari-bidadari bisikkan lagi aku kata suci untuk menyulam rasa sepiku”.
Kegelisahan sepertinya merayap dalam dirinya, sambil mulut tak berhenti menyemburkan asap rokok, tinggal separoh isi bungkus baru dibeli tiga jam yang lalu.
Malam-malam selalu saja Ia lalui dengan sendiri dan duduk di pelataran rumah yang sepi. Saat itu adalah malam purnama indah. Ingatannya kembali menerawang jauh memandang bulan yang tampak berseri-seri.
“Mas udaranya dingin, masuklah ke rumah nanti tubuhmu sakit kena angin malam”, dari dalam keluar istrinya. Tidak biasa ini terjadi, karena istrinya selalu tidur ketika malam menghampiri sebab esoknya harus bangun pagi menyiapkan perbekalan untuk pergi ke sawah dan kebun.
“Lihatlah bulan begitu indah dan utuh untuk kita pandang malam ini kau masih ingat sepuluh tahun yang lalu saat kita masih belum resmi menjadi suami istri. Kau tunjukkan purnama sempurna seperti malam ini dan Kau berandai-andai: “Andai Aku bulan purnama maka Kau adalah buminya, kan kuterangi dengan kelembutan cahayaku hingga tak ada kegelapan yang menghampiri dalam langkahmu”.
Keduanya mulai mengenang masa lalu yang pernah mereka lewati dengan segalah kenangan.
“Aku masih ingat sekali, itu adalah kenangan silam, tentu saja aku tidak akan melupakan begitu saja. Kini kau milikku utuh, kita tidak berandai-andai lagi, impian kita sudah tercapai untuk hidup bersama dan bahagia”.
Hembusan angin meyentuh pori-pori mereka berdua, dingin membisikkan suasana menemani mereka, akan tetapi tak membuat mereka segera masuk rumah, dan diurungkan niatnya untuk masuk rumah. Dipandangi bulan yang terang dengan menerawang jauh tak berujung. Seakan-akan ada harapan yang hilang.
“ Yul, kamu masih ingat saat rumah ini masih ramai dengan penyair, untuk berdansa kata-kata setiap malam”.
Memorinya membuka kembali untuk mengingat-ingat apa yang pernah dilakukannya pada masa silam.
“Aku masih ingat, bahkan kau merayuku dengan bait-bait puisimu, membuat aku terharu. Aku masih ingat sekali apa yang kau tiupkan pada hatiku yang lama kering oleh rasa sayang, seperti ini bunyinya :
“Mawarku, Ijinkan aku menyirami air cintaku padamu, Disetiap waktu yang melaju, Dan menari dengan detik-detiknya. Mawarku, Mekarlah kau di kedalaman cintamu, Biar aroma dirimu membasuhi dahaga cinta, yang mulai mengering. Mawarku, biarlah aku merawatmu, hingga kau tumbuh sempurna, dalam bingkai cinta yang mekar dan beraroma.”(i)
“Berhari-hari aku gelisah dan rindu akan kenangan silam saat para penyair itu masih sering berkumpul dan yang paling tidak bisa terlupakan olehku adalah saat-saat kita membacakan sajak-sajak kritik terhadap penguasa saat itu”.
Malam semakin larut mereka berdua tidak juga meninggalkan pelataran rumah untuk meneduhkan diri dalam rumah dan memejamkan mata. Hanyutlah meraka pada kenangan silam yang membawa mereka mempertanyakan kondisi kawan-kawan mereka.
“Yul, kemanakah mereka sekarang, kawan-kawan kita. Tidak satupun mereka datang kemari walaupun hanya untuk mampir minum. Apakah mereka kini lupa pada tempat berlindung saat-saat diburuh oleh antek-antek penguasa saat itu”.
“Mas, sudah. Tidak perlu kau pertanyakan lagi mereka, yang penting adalah kita sudah bisa hidup berdua walaupun sampai sekarang kita belum juga mendapat keturunan, kita hidup tenang”
“Tidak begitu maksudku, Aku ingin seperti dulu lagi menyuarakan perlawanan lewat sajak-sajak kritik terhadap penguasa, apa kamu tidak lihat, sekarang banyak kekayaan bangsa dijual ke Negara lain dan tanpa kompensasi yang jelas terhadap bangsa kita, pendidikan mahal, upah pekerja yang tak seimbang, klaim-klaim kebenaran. Apakah harus diam dan tak bersuara, tidak sayang! Suara kita adalah sajak-sajak penyemangat bagi mereka yang berjuang untuk keadilan, sajak-sajak kita adalah suara protes, sajak-sajak kita adalah peluru yang menembus hati yang beku oleh kesombongan, ketamakan, ketidakadilan”.
“Kamu masih ingat sajak ini, yang penulisnya hilang karena korban politik di masa itu.”
“Seratus lobang kakus lebih berarti bagiku ketimbang mulut besarmu, Tak penting siapa yang menang nanti sudah bosen kami dengan model urip kayak gini, ngiseng bingung, hujan bocor, kami tidak butuh mantra jampi-jampi atau janji atau sekarung beras dari gudang kaum majikan tak bisa menghapus kemlaratan, belas kasihan dan derma baju bekas tak bisa menolong kami, kami tak percaya lagi pada itu partai politik, omongan kerja mereka tak bisa bikin perut kenyang, mengawang jauh dari kami punya persoalan, bubarkan saja itu komedi gombal, kami ingin tidur pulas, utang lunas, betul-betul merdeka, tidak tertekan, kami sudah bosan dengan modela urip kayak gini, tegasnya aku menuntut perubahan.” (ii)
“Aku masih ingat, bahwa kita menginginkan perubahan bukan hanya omong belaka.”
“Setelah malam kita membacakan sajak-sajak, besoknya turun kejalan melakukan demontrasi bersama-sama demi perubahan.”
“Itu tidak mungkin kita lakukan sekarang, Mas tahu sekarang banyak para penyair yang sudah memiliki tempat sendiri untuk menuangkan ide-idenya bahkan sudah ada yang memiliki yayasan yang disponsori dari orang asing ataupun dari pemerintah”
“Entahlah, kalau kita harus terus mengenang masa lalu kita semakin aku menjadi ingin tertawa akan gagasan mereka yang sebagian menjadi antek-antek yang mereka lawan dahulu”
“Apakah mereka tenang dengan kehidupan mereka sekarang, dengan apa yang mereka gunakan dan meraka dapatkan dari mengelabuhi bangsa sendiri dan makan apa yang tidak seharusnya mereka makan”
Dengan sedikit merenung “Aku kira mereka kalau masih punya hati nurani mereka pasti tidak tenang tapi kalau mereka tidak memiliki hati nurani tentu santai saja dan mungkin senang dapat menambah pemasukan yang lebih, aku menyebutnya mereka adalah binatang karena mereka tidak memiliki hati nurani dan prilakuknya tidak manusiawi lagi”
“Teryata lebih baik hidup kita ya mas!, walaupun kita kerja berat, harus tiap hari ke sawah untuk menanam padi atau jagung tapi semua itu hasil keringat kita sendiri, tentu saja halal”
“De’ ayo kita masuk, aku sudah tidak kuat menahan dingin malam ini, sepertinya roh sajak-sajak perjuangan menghantui kita dan ingin dihidupkan kembali, gelegar suara Wiji Thukul(iii) memanggil-manggil meminta untuk meneruskan perjuangannya”
Suasana menjadi semakin dingin dan membuat bulu kuduk mereka berdiri.
“Ya mas, lebih baik kita memikirkan esok harus menjual kemana hasil panen kita”.
Kedua penyair yang menjadi pasangan itu masuk ke dalam dan siap-siap untuk tidur ditemani sunyi suara mereka yang mulai lenyap, layaknya suara kritis yang pernah terdengar di tempat itu. Sembunyi di balik gedung-gedung megah dan kursi-kursi keropos tempat pendewaan kekayaan dan kekuasaan.
Malang, Desember 2007
i. Diambil dari Antologi Puisi Berharap di Senja Hari dengan Judul Mawarku Karya Denny Misharudin. Fastcho Press, Malang 2007
ii. Di ambil dari Kumpulan Puisi Aku ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul, Indonesiatera, Magelang 2004
iii. Salah satu penyair yang menjadi korban penghilangan atau penculikan pada masa pemerintahan orde baru, yang sampai sekarang belum juga diketahui.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar