Sabtu, 05 Juni 2010

Nyanyian Kesunyian

Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/

Malam dengan dinginnya memeluk tubuhnya, di halaman rumah yang dulu biasa digunakan untuk bertemunya para penyair. Mereka saling mengadu argumentasi dan mendiskusikan realitas yang terjadi di sekitarnya, lalu dijadikan bahan membuat sajak-sajak ataupun esai.

Rumah yang memiliki halaman lua sebagai tempat menaruh padi dan hasil kebun ketika musim panen tiba. Tidak seperti dulu lagi, sekarang sepi dan sunyi.

Duduk sendiri sambil merokok, tak henti-henti menyemburkan kepulan asap ke udara dengan ekpresi kosong, seperti ada yang menyelubungi fikirannya satu kesal susah untuk dipecahkan.

Tiba-tiba muncul kata-kata, sepertinya sebuah ungkapan kegelisahan yang dirasakan.

“Daun-daun membeku, angin meronta, sunyi mengikuti. Pepohonan tumbang satu persatu, rapuh dimakan waktu. Bidadari-bidadari bisikkan lagi aku kata suci untuk menyulam rasa sepiku”.

Kegelisahan sepertinya merayap dalam dirinya, sambil mulut tak berhenti menyemburkan asap rokok, tinggal separoh isi bungkus baru dibeli tiga jam yang lalu.

Malam-malam selalu saja Ia lalui dengan sendiri dan duduk di pelataran rumah yang sepi. Saat itu adalah malam purnama indah. Ingatannya kembali menerawang jauh memandang bulan yang tampak berseri-seri.

“Mas udaranya dingin, masuklah ke rumah nanti tubuhmu sakit kena angin malam”, dari dalam keluar istrinya. Tidak biasa ini terjadi, karena istrinya selalu tidur ketika malam menghampiri sebab esoknya harus bangun pagi menyiapkan perbekalan untuk pergi ke sawah dan kebun.

“Lihatlah bulan begitu indah dan utuh untuk kita pandang malam ini kau masih ingat sepuluh tahun yang lalu saat kita masih belum resmi menjadi suami istri. Kau tunjukkan purnama sempurna seperti malam ini dan Kau berandai-andai: “Andai Aku bulan purnama maka Kau adalah buminya, kan kuterangi dengan kelembutan cahayaku hingga tak ada kegelapan yang menghampiri dalam langkahmu”.

Keduanya mulai mengenang masa lalu yang pernah mereka lewati dengan segalah kenangan.

“Aku masih ingat sekali, itu adalah kenangan silam, tentu saja aku tidak akan melupakan begitu saja. Kini kau milikku utuh, kita tidak berandai-andai lagi, impian kita sudah tercapai untuk hidup bersama dan bahagia”.

Hembusan angin meyentuh pori-pori mereka berdua, dingin membisikkan suasana menemani mereka, akan tetapi tak membuat mereka segera masuk rumah, dan diurungkan niatnya untuk masuk rumah. Dipandangi bulan yang terang dengan menerawang jauh tak berujung. Seakan-akan ada harapan yang hilang.

“ Yul, kamu masih ingat saat rumah ini masih ramai dengan penyair, untuk berdansa kata-kata setiap malam”.

Memorinya membuka kembali untuk mengingat-ingat apa yang pernah dilakukannya pada masa silam.

“Aku masih ingat, bahkan kau merayuku dengan bait-bait puisimu, membuat aku terharu. Aku masih ingat sekali apa yang kau tiupkan pada hatiku yang lama kering oleh rasa sayang, seperti ini bunyinya :

“Mawarku, Ijinkan aku menyirami air cintaku padamu, Disetiap waktu yang melaju, Dan menari dengan detik-detiknya. Mawarku, Mekarlah kau di kedalaman cintamu, Biar aroma dirimu membasuhi dahaga cinta, yang mulai mengering. Mawarku, biarlah aku merawatmu, hingga kau tumbuh sempurna, dalam bingkai cinta yang mekar dan beraroma.”(i)

“Berhari-hari aku gelisah dan rindu akan kenangan silam saat para penyair itu masih sering berkumpul dan yang paling tidak bisa terlupakan olehku adalah saat-saat kita membacakan sajak-sajak kritik terhadap penguasa saat itu”.

Malam semakin larut mereka berdua tidak juga meninggalkan pelataran rumah untuk meneduhkan diri dalam rumah dan memejamkan mata. Hanyutlah meraka pada kenangan silam yang membawa mereka mempertanyakan kondisi kawan-kawan mereka.

“Yul, kemanakah mereka sekarang, kawan-kawan kita. Tidak satupun mereka datang kemari walaupun hanya untuk mampir minum. Apakah mereka kini lupa pada tempat berlindung saat-saat diburuh oleh antek-antek penguasa saat itu”.

“Mas, sudah. Tidak perlu kau pertanyakan lagi mereka, yang penting adalah kita sudah bisa hidup berdua walaupun sampai sekarang kita belum juga mendapat keturunan, kita hidup tenang”

“Tidak begitu maksudku, Aku ingin seperti dulu lagi menyuarakan perlawanan lewat sajak-sajak kritik terhadap penguasa, apa kamu tidak lihat, sekarang banyak kekayaan bangsa dijual ke Negara lain dan tanpa kompensasi yang jelas terhadap bangsa kita, pendidikan mahal, upah pekerja yang tak seimbang, klaim-klaim kebenaran. Apakah harus diam dan tak bersuara, tidak sayang! Suara kita adalah sajak-sajak penyemangat bagi mereka yang berjuang untuk keadilan, sajak-sajak kita adalah suara protes, sajak-sajak kita adalah peluru yang menembus hati yang beku oleh kesombongan, ketamakan, ketidakadilan”.

“Kamu masih ingat sajak ini, yang penulisnya hilang karena korban politik di masa itu.”

“Seratus lobang kakus lebih berarti bagiku ketimbang mulut besarmu, Tak penting siapa yang menang nanti sudah bosen kami dengan model urip kayak gini, ngiseng bingung, hujan bocor, kami tidak butuh mantra jampi-jampi atau janji atau sekarung beras dari gudang kaum majikan tak bisa menghapus kemlaratan, belas kasihan dan derma baju bekas tak bisa menolong kami, kami tak percaya lagi pada itu partai politik, omongan kerja mereka tak bisa bikin perut kenyang, mengawang jauh dari kami punya persoalan, bubarkan saja itu komedi gombal, kami ingin tidur pulas, utang lunas, betul-betul merdeka, tidak tertekan, kami sudah bosan dengan modela urip kayak gini, tegasnya aku menuntut perubahan.” (ii)

“Aku masih ingat, bahwa kita menginginkan perubahan bukan hanya omong belaka.”

“Setelah malam kita membacakan sajak-sajak, besoknya turun kejalan melakukan demontrasi bersama-sama demi perubahan.”

“Itu tidak mungkin kita lakukan sekarang, Mas tahu sekarang banyak para penyair yang sudah memiliki tempat sendiri untuk menuangkan ide-idenya bahkan sudah ada yang memiliki yayasan yang disponsori dari orang asing ataupun dari pemerintah”

“Entahlah, kalau kita harus terus mengenang masa lalu kita semakin aku menjadi ingin tertawa akan gagasan mereka yang sebagian menjadi antek-antek yang mereka lawan dahulu”

“Apakah mereka tenang dengan kehidupan mereka sekarang, dengan apa yang mereka gunakan dan meraka dapatkan dari mengelabuhi bangsa sendiri dan makan apa yang tidak seharusnya mereka makan”

Dengan sedikit merenung “Aku kira mereka kalau masih punya hati nurani mereka pasti tidak tenang tapi kalau mereka tidak memiliki hati nurani tentu santai saja dan mungkin senang dapat menambah pemasukan yang lebih, aku menyebutnya mereka adalah binatang karena mereka tidak memiliki hati nurani dan prilakuknya tidak manusiawi lagi”

“Teryata lebih baik hidup kita ya mas!, walaupun kita kerja berat, harus tiap hari ke sawah untuk menanam padi atau jagung tapi semua itu hasil keringat kita sendiri, tentu saja halal”

“De’ ayo kita masuk, aku sudah tidak kuat menahan dingin malam ini, sepertinya roh sajak-sajak perjuangan menghantui kita dan ingin dihidupkan kembali, gelegar suara Wiji Thukul(iii) memanggil-manggil meminta untuk meneruskan perjuangannya”

Suasana menjadi semakin dingin dan membuat bulu kuduk mereka berdiri.

“Ya mas, lebih baik kita memikirkan esok harus menjual kemana hasil panen kita”.

Kedua penyair yang menjadi pasangan itu masuk ke dalam dan siap-siap untuk tidur ditemani sunyi suara mereka yang mulai lenyap, layaknya suara kritis yang pernah terdengar di tempat itu. Sembunyi di balik gedung-gedung megah dan kursi-kursi keropos tempat pendewaan kekayaan dan kekuasaan.

Malang, Desember 2007

i. Diambil dari Antologi Puisi Berharap di Senja Hari dengan Judul Mawarku Karya Denny Misharudin. Fastcho Press, Malang 2007
ii. Di ambil dari Kumpulan Puisi Aku ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul, Indonesiatera, Magelang 2004
iii. Salah satu penyair yang menjadi korban penghilangan atau penculikan pada masa pemerintahan orde baru, yang sampai sekarang belum juga diketahui.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati