Kamis, 24 Juni 2010

RELIGIUSITAS SANG BINATANG JALANG

Imamuddin SA
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Chairil Anwar merupakan seorang maestro dalam perpuisian Indonesia mutakhir. Dialah pendobrak stile puitis dari gaya ortodok kepada gaya yang lebih moderen dan terkesan tidak kaku. Karya-karyanya merupakan cermin eksprisi yang begitu tinggi akan kebebasan jiwa, entah itu dari kekangan penjajajah maupun dari tradisi lama perpuisian Indonesia. Ia membawa gaya dan visi baru dalam puisinya. Puisinya tengah keluar dari aturan puitis yang serba mengikat. Atas dasar hal itulah ia membentuk genetika baru dalam kanca perpuisian Indonesia. Ia telah membentuk angkatan baru yaitu angkatan 45 dengan gaya puisi yang lebih familier. Lebih dari itu, ada yang menyatakan bahwa dengan gaya puisi yang ditawarkan Chairil Anwar, sebenarnya sastra Indonesia baru terlahir.

Chairil Anwar lahir di Medan tanggal 22 Juli 1922. Ia tidak tamat sekolah di tingkat SMP sajaknya yang terkenal berjudul AKU. Sajak ini menggambarkan semangat hidupnya yang membersit-bersit dan eksistensialisme pribadinya. Dalam sajak itu ia menyebut dirinya sebagai Binatang Jalang yang kemudian menjadikannya terkenal.

Dalam pandangan pandangan secara umum, yang dinamakan Binatang Jalang memiliki konotasi makna yang negatif, rendah, bahkan hina. Pernyataan itu Chairil seolah mengeklaim diri sebagai sesosok manusia yang liar dan tak memiliki aturan. Hal itu jika ditilik daei sudut pandang puisi AKU. Di luar hal itu, pada dasarnya Chairil memiliki aturan yang begitu kuat. Aturan itu bertumpu pada nilai religiusitas. Lihat saja pada puisinya yang berjudul DOA.

DOA
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
menginat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Puisi ini tampaknya diperuntukkan untuk mereka yang meyakini akan adanya tuhan, terutama bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat akan keberadaan tuhan dalam hidupnya. Puisi ini memiliki religiusitas yang sangat kental. Chairil pada dasarnya dalam puisi ini mengungkapkan akan betapa kuatnya eksistensi tuhan kepada manusia. Ia menyarankan lewat diri pribadinya bahwasanya ketika seseorang dalam suasana kalut dan bingung seyogyanya ia mengingat dan meyebut nama tuhan yang agung.

Tuhanku // Dalam termangu // Aku masih menyebut namaMu (bait 1)

Saat dalam kondisi kalut dan bingung semacam itu, Chairil masih berdzikir kepada tuhan. Ia ingat akan keagungan tuhan. Dialah yang kuasa atas segala yang ada. Ia menguasai langit dan bumi serta segala urusan yang berkaitan dengan manusia. Dialah yang memberi pertolongan bagi setiap manusia yang dalam kesusahpayahan serta membutuhkan perlindungan. Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu) (An-Nisa:45).

Biar susah sungguh // mengingat Kau penuh seluruh (bait 2)

Ungkapan di atas tampaknya merupakan sebuah penegasan dari ungkapan yang sebelumnya. Dalam bait kedua tersebut pernyataan Chairil lebih diperjelas akan kondisi pribadinya. Ia sungguh dalam kesusahpayahan saat itu. Saat suasana batin semakin bertambah kalut, justru ia malah semakin mengingat akan eksistensi tuhan dalam realitas kehidupan ini. Ia merasakan betul bahwa tuhan benar-benar melungkupi alam ini. Seluruhnya dipenuhi dengan kebesaran dan keagungan tuhan sehingga tiada yang patut disebut dan dilantunkan kecuali nama tuhan. Dialah yang bakal memberi pertolongan dan jalan keluar terhadap semua permasalahan yang melingkupi dirinya saat itu.

Chairil dalam sajak ini tergambarkan sebagai sesosok yang meyakini bahwa hanya tuhanlah yang sanggup memberi petunjuk dan menunjukkan jalan keluar dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Ia begitu bingung dan kalut sebab terhimpit beban derita hidupnya.

cayaMu panas suci // tinggal kerdip lilin di kelam sunyi (bait 3)

Kata cayaMu panas suci memiliki arti bahwa nur ketuhananlah memberikan kehidupan bagi setiap makhluk yang ada. Nur itu pulalah yang mengandung unsur kesucian. Ungkapan utu dirunut dari eksistensi panas yang tengah memberikan kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan pembuatan makanannya sendiri dengan jalan fotosintesis. Adapun kata tinggal kerdip lilin di kelam sunyi memiliki makna konotatif bahwa nur ketuhanan itulah yang menjadi penunjuk jalan manusia saat ia berada dalam kegelapan, saat ia dalam permasalahan dan sat dalam penderitaan. Nur itulah yang bakal menuntun ke jalan yang terang dan penuh dengan kebahagiaan.

Dalam kondisi kesusahpayahan yang dialami saat itu, Chairil benar-benar memasrahkan dirinya secara penuh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia meyakini bahwa tak ada daya dan upaya yang sanggup dilakukan oleh dirinya kecuali atas izin dan kuasa dari Tuhan. Segala ketentuan nasib yang bakal menimpa dirinya disandarkan kepada-Nya.
Tuhanku // aku hilang bentuk // remuk (bait 4 dan 5)

Chairil saat itu benar-benar merasakan dalam kondisi terpuruk. Entah itu dari sisi kesehatan atau dari sisi permasalahan-permasalahan yang lain. Yang jelas ia tergambarkan dalam keadaan yang tidak berdaya. Saat itu ia berada di negeri asing. Ia tidak tinggal di tanah airnya. Ia tidak ada di Indonesia.

Tuhanku // Aku mengembara di negeri asing (bait 6 dan 7).

Setelah Chairil mengeluhkan diri kepada tuhan akan keberadaannya di negeri orang yang dalam kesusahpayahan, ia di akhir sajaknya terlukis melakukan pertaubatan. Ia seolah menyesali atas segala perbuatan yang telah dilakukannya. Ia berharap agar tuhan berkenan mengampuni segala dosa yang telah diukirnya dan berkenan memberi pertolongan kepadanya. Sungguh, saat itu ia tak sanggup berpaling dari-Nya.

Tuhanku // di pintuMu aku mengetuk // aku tidak bisa berpaling (bait8)

Fenomena di atas merupakan realitas gemuruh batin Chairil Anwar yang terjadi saat itu. Ia benar-benar dalam kondisi yang tidak berdaya di negeri orang. Ia berada dalam kesusahpayahan yang begitu mencekam. Sungguh, segala yang tecermin merupakan sebuah nilai religiusitas seroang Chairil Anwar yang begitu tinggi. Nilai yang patut dijadikan teladan akan hakekat ketuhanan dalam hidup dan kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati