Selasa, 28 September 2010

Dunia Tanpa Kotak Para Penyair Bali

Gandra Gupta
http://www.jawapos.co.id/

Penilaian Bali sebagai gudangnya seniman nampaknya tak berlebihan. Dari seniman tradisional hingga kontemporer semua ada. Pun dengan penyairnya, yang leluasa beraktivitas, berkarya, tanpa terkotak-kotak kepentingan duniawi industri pariwisatanya.

Sebut saja nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau yang dikenal dengan sebutan Putu Wijaya, tak pelak orang pun taka sing dengannya. Pria kelahiran Puri Anom, Tabanan, 11 April 1944 silam, ini adalah sosok seniman serba bias, yang melahirkan banyak karya fenomenal. Di antaranya novel Putri. Di khasanah puisi, dia sempat meraih gelar juara lomba puisi Suluh Indonesia Bali, beberapa tahun silam.

Seniman yang diakrabi dengan topi khasnya ini juga peshor dalam penulisan skenario film, juga drama. Karya-karyanya banyak jadi rujukan dan panduan sastrawan di tanah air.

Atau almarhum I Made Sanggra, tokoh sastra Bali modern yang dikenal lewat cerpen Ketemu Ring Tampaksiring yang berbahasa Bali. Sosok yang satu ini di tahun 1988 dikenal lewat buku puisinya Kidung Republik dan berhasil jadi yang terbaik dan meraih penghargaan Rancage. Penghargan prestisius jagat sastra nasional, yang dimotori budayawan, Ayip Rosidi.

Perkembangan sastra khususnya puisi di pulau Seribu Pura ini terus tumbuh dan berkembang. Salah satu yang “episentrum” dari “kawah sastra” angkatan muda itu adalah Umbu Landu Paranggi. Pria kelahiran Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur, NTT, 10 Agustus 1943 silam, ini sangat memberi warna. Pendiri komunitas penyair Malioboro, Jogjakarta, di tahun 1970-an, ini punya andil spesial.

Penyair “mistis” ini setelah hijrah ke Bali, di era 1980-an. Dia pun dipercaya mengasuh rubrik di harian Bali Post, koran lokal tertua di pulau ini. Berkat asuhan mantan guru budayawan mbeling asal Jombang, Jatim, Emha Ainun Nadjib dan mendiang Linus Suryadi itulah, gairah perpuisian di pulau wisata ini makin menggeliat.

Apalagi setelah itu bermunculan sanggar sastra. Macam Sanggar Minum Kopi (SMP). Sejumlah nama penyair bermunculan dari sini. Di antaranya Warih Wisatsana, Tan Lioe Ie, Nuryana Asmaudi, Wayan “Jengki” Sunarta, Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Raudal Tanjung Banua, Pranita Dewi, Putu Vivi Lestari, Komang Ira Puspitaningsih dan lainnya.”Saya banyak belajar juga dengan Pak Umbu (Umbu Landu Paranggi). Kami dulu bergerilya ke sekolah-sekolah dan sanggar, untuk pembinaan dan memberi motivasi, ” kata Asmaudi, murid sekaligus sahabat Umbu.”Dia itu sosok motivator bagi penyair muda di Bali,” aku Tan Lio Ie.

Begitu menggeliatnya perkembangan sastra khususnya puisi di Bali, tentulah menarik. Kenapa? Karena tak ada masa depan jelas bagi para penyair itu bila dihitung dari sisi materi duniawi, sebagaimana pariwisata yang telah menjadi industri.

Mengapa mereka bertahan? Asmaudi punya cerita tersendiri. Pria kelahiran Jepara, Jateng, 10 Maret 1965 silam, ini terlahir sebagai anak ketiga dari 12 bersaudara. Itu belum anak dari istri dari sang ayah dulu, yang punya anak dua orang.” Saya yang “tersesat” (sebagai penyair) hehehehe,” katanya, terkekeh.

Maksudnya, orang tuanya almarhum Amuin dan Maimunah, tidak ada yang jadi seorang seniman. Ayahnya sendiri adalah seorang veteran. Sementara sang ibu adalah pensiunan guru di Departemen Agama.

Saat sekolah, dia memilih sekolah teknik negeri (STN) jurusan ukir. Di sekolah yang setingkat SMP itu, dia memang memiliki kecenderungan untuk belajar menulis. ” Tapi, saya tidak pernah merencanakan kelak jadi seorang penyair, ” ucapnya.

Itu dibuktikan dengan kelanjutan sekolahnya, Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) masih di kota kelahiranya. Dengan mengambil jurusan lukis batik. Itu dia ambil, melihat persaingan di ukir yang begitu sengit. “Saya setelah tamat malah pindah ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Walisongo di Kudus. Ngambil jurusan ushuluddin, aqidah dan filsafat. Itu kan makin tidak nyambung, ya ? ” sekenanya.

Tapi, di sekolah tinggi ini. Untuk beberapa saat. Dia menemukan atmosfer lain. Ada pers kampus. Asmaudi pun kembali berkutat ke tulis menulis. Dan mulai ada pilihan, untuk terjun ke bidang tersebut.”Mungkin ( baru di Kudus dunia tulis menulisnya berkembang), karena di Jepara, pergaulan sastra saya belum bertemu. Kalau ada pun penyair di sana (Jepara), saya belum ketemu. Jadi waktu kuliah saya putuskan di sastra,” katanya.

Di Kudus, selain mendirikan komunitas sastra. Dia juga bergabung dalam teater. Kerap kali, karyanya disiarkan di radio manggala, yang fokus ke sastra. Di tahun 1990, salah satu puisinya masuk 10 Terbaik, lomba cipta puisi nasional, yang diselenggarakan Sanggar Minum Kopi.

Tapi, saat itu karena sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN), dia tak berangkat ke pulau ini. Dan baru di tahun 1996, kesempatan ke Bali ada. Dia pun tinggal dan bergabung bersama Umbu.

Alur hidup yang menarik, juga diungkap Warih Wisatsana. Lelaki yang kumpulan puisinya Ikan TerbangTak Berkawan diterbitkan tahun 2003 ini, saat duduk di bangku SMP, sudah kepincut dengan puisi. “Saya waktu itu di Klaten dan Salatiga. Dalam puisi, saya lama kelamaan saat mencoba mengembangkan pertanyaan mendasar dari hidup. Dari mana dan mau ke mana hidup ini. Apakah sebenarnya keberadaan kita dalam hidup ini ? Timbullah satu kegelisahaan yang lambat laun, menemukan bentuk kreatifnya dalam seni bahasa, seni puisi, ” paparnya.

Wisatsana pun merantau ke Bali, sebelum akhirnya bertemu dengan Umbu juga. “Saya tidak diajarkan menulis (oleh Umbu), tapi melihat keindahan dan kesadaran terutama dalam olah kata, ” ungkapnya.

Ada lagi cerita lagi dari Tan Lioe Ie. Dia juga memiliki jalan nasib yang hampir sama. Sewaktu kecil suka menggambar, dan untuk selanjutnya pindah jalur ke musik. Sebelum akhirnya memilih puisi sebagai jalan hidup.

Awalnya semacam outlet psikologis dalam kesenian yang bagus. Dan, untuk selanjutnya layaknya candu untuk kepuasan batinnya. “Saya justru begini, tidak melahirkan puisi saya bingung, ” tandas seniman yang menyayangi rambutnya untuk dipotong itu.

Bicara tentang penampilan, ada penyerataan menarik diungkap Asmaudi, yang terkesan rapi, dengan baju dimasukkan ke celana panjang, bak pegawai kantoran.”Kalau saya ya begini ini, dalam hidup sehari-hari perilaku pikiran dan ucapan harus tertib dan normal. Kalau bicara imajinasi, misalnya karya liar kita harus liar juga. Imajinasi liar boleh. Nulis tentang mati, kita harus mati juga. Saya selalu rapi, pakai sepatu dan kemeja,” ungkapnya.

Di bagian lain, Wayan “Jengki” Sunarta. Seniman muda asal Kesiman, Denpasar, ini tertarik puisi setelah melihat rangkaian indah kata-kata yang di susun teman satu bangkunya, di SMPN 8 Denpasar. Padahal, dia sempat bercita-cita ingin jadi tentara atau dokter, sebagaimana umumnya anak-anak.

Tapi Jengki telah “tertular” seiring bertambahnya umur, dia berkenalan dengan Wayan Langgeng alias Mangku Bajra. Omnya, yang juga seorang seniman. Ternyata kawan dekat Umbu. Saling tukar pikiran pun terjadi, mengalir begitu saja. Hingga akhirnya, Jengki eksis sampai sekarang. ” Bakat saya betul-betul digempleng di Sanggar Minum Kopi, ” jelasnya.

Ditambah, saat kuliah di Fakutas Sastra Universitas Udayana (FS-Unud), jurusan Antropologi. Jengki pun aktif setelah sanggar yang dimaksud bubar. Dari diskusi teater dan lainnya.” Terus terang saya sebenarnya pecinta semua seni. Termasuk seni tradisional. Cuma, karena saya tidak bisa menari, saya lebih intens ke sastra modern, ” kata penggemar batu permata tersebut. ” Kalau dandan, saya memang lebih senang pakai sandal jepit. Baju dikeluarin, lebih enjoy rasanya. Lebih nyaman saja, ” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati