Sabtu, 18 September 2010

Marja dan Manjali: Terbebani Sejarah

Hari B Kori’un
http://www.riaupos.com/

LUKA politik masa lalu yang berhubungan dengan pemberontakan komunis yang gagal (G 30 S PKI), masih menjadi tema favorit bagi sebagian pengarang Indonesia di masa kini. Bukan hanya oleh mereka yang pernah mengalaminya, tetapi juga oleh generasi terbaru yang tak pernah mengalaminya secara langsung, dan hanya mendapatkan cerita dari buku sejarah maupun dari orang tua mereka.

Dengan sudut pandang yang agak berbeda, Ayu Utami menulis Manjali dan Cakrabirawa (MdC, Kepustakaan Populer Gramedia [KPG], Juni, 2010) sebagai lanjutan dari Bilangan Fu (BF, KPG, Juni 2008). Dalam novel setebal 252 halaman tersebut, Ayu menyebutnya sebagai novel “spiritualisme kritis”, yang juga ditulis di sampul belakang Bilangan Fu. Dibanding dua novel yang ditulisnya sebelum kedua novel ini, yakni Saman (KPG, April 1998) dan Larung (KPG, November 2001), MdC dan BF terasa lebih cair, baik dari sisi cerita maupun penceritaannya. Bahkan, jika tidak dijejali dengan banyak data sejarah dan njilmetnya dunia arkeologi, kedua novel tersebut seperti novel populer kebanyakan dengan cerita cinta segitiga ala anak remaja.

Dalam Saman (pemenang Sayembara Roman DKJ 1998) dan Larung, Ayu secara baik menggambarkan dunia para aktivis yang secara politis tertekan saat Orde Baru dengan menarik cerita dari tokoh Laila, Cok, dan Yasmin, tentang seorang (calon) pastur bernama Wisanggeni, yang dikemudian hari mengubah identitasnya menjadi Saman (dalam Saman). Sedang dalam Larung, inti cerita dan tokohnya tetap mereka, plus seorang aktivis “baru” bernama Larung.

Dalam dua novel awal itu, Ayu mengeksploitasi perlawanan gender dengan aroma seksualitas yang memang agak vulgar. Sejak Saman inilah, dunia prosa ini Indonesia mengenal istilah “sastra selangkangan” yang kemudian diteruskan dengan istilah “sastrawangi”, karena kemunculan Ayu ini kemudian diikuti para sastrawan perempuan yang sering dianggap lebih menonjolkan “keperempuanannya” ketimbang estetika. Sempat terjadi polemik berkepanjangan antara yang suka dan tidak suka, antara yang mendukung dan menyerang. Namun di luar itu, harus diakui, Saman juga menjadi pemantik kebangkitan dunia sastra Indonesia yang selama ini seperti menyepi di kuburan, menjadi hingar-bingar. Saman sukses secara estetika (dengan asumsi mendapatkan banyak pengakuan dan penghargaan) dan secara ekonomis (dicetak ulang lebih 30 kali dan menghasilkan uang yang sangat besar). Sebelum Saman, tidak ada novel asli Indonesia yang laris seperti itu dan memberikan keuntungan ekonomis yang luar biasa. Hanya Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman el Shirazy) dan tetralogi Laskar Pelangi (Andrea Hirata) yang berhasil menyamainya, atau melampauinya.
***

MdC berkisah tentang petualangan arkeologis dengan kisah cinta segitiga antara Marja Manjali dengan Parang Jati dan Sandi Yuda (kisah ini sejak awal sudah ditulis dalam BF, novel setebal 538 halaman). Marja adalah gadis Jakarta berusia 19 tahun, yang sedang studi di sebuah universitas di Bandung, tempat di mana Jati dan Yuda studi di sana. Yuda adalah kekasih resmi Marja, sedang Jati adalah cinta hatinya, kekasih “tak resmi” yang dalam banyak hal memiliki perbedaan dengan Yuda. Ketiganya, sebenarnya adalah sahabat dekat.

Jati dan Yuda sama-sama seorang pemanjat tebing, dan Marja berada di antara mereka. Secara fisik, Marja adalah milik Yuda (dalam beberapa penggambaran, Ayu menuliskan bagaimana petualangan seks keduanya yang sangat bebas dan liar, termasuk di toilet sebuah kereta api), tetapi Marja merasa dia menambatkan hatinya pada Jati, lelaki yang cenderung pendiam, berpikir sebelum bicara, memiliki kemampuan logika dan spiritual sama baiknya, anak angkat seorang guru spiritual bernama Suhubudi.

Jati dan Marja yang sedang liburan, mengikuti seorang arkeolog asal Prancis, Jaques, dalam sebuah penggalian candi di selatan Jawa (tidak disebutkan nama tempatnya). Dari sini, cerita mengalir dan berkaitkelindan dengan banyak hal, mulai dari mistik, masa lalu seseorang, dan banyak hal lainnya. Kita dibawa dalam sebuah rongga sejarah lewat pemahaman artefak. Ayu banyak memaparkan tentang legenda Calon Arang, sebuah legenda yang berkembang dalam masyarakat Bali zaman Kerajaan Kahuripan, hingga misteri pembunuhan 7 jendral dalam kudeta gagal 1965 yang dilakukan oleh pasukan khusus pengawal presiden, Cakrabirawa.
Penggalian candi (lebih tepatnya) makam yang diyakini malam Calon Arang (Calwanarang), secara kebetulan menghubungkan banyak misteri yang muncul kemudian. Bukan hanya “pengkhianatan” Marja yang selalu berdua dengan Jati (dalam novel ini, Yuda pergi ke Bandung dan menjadi mitra latihan militer yang membuatnya berkenalan dengan Musa Wanara, seorang perwira yang sangat suka dengan hal-hal berbau klenik), tetapi juga hubungan-hubungan spritual antara candi dengan banyak hal, termasuk seorang wanita tua yang tinggal di hutan jati bernama Murni, mantan anggota Gerwani, yang saat pembersihan PKI dijebloskan ke sel selama sepuluh tahun dalam keadaan hamil, dan menjadi pelampiasan seksual para tentara (mirip salah satu karakter dalam The House of The Spirits-nya Isabel Allende. Sementara suaminya, Sarwengi, adalah anggota pasukan Cakrabirawa yang ditembak mati secara misterius di perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur, namun kuburannya masih misterius.

Dalam makam Calon Arang tersebut ditemukan sebuah lempengan emas yang kemudian diyakini sebagai mantra Calon Arang, yakni Bhairawa Cakra, sebuah mantra yang selama ini dicari oleh Musa (ada sobekan lambang Cakrabirawa di dompet Musa, padahal dia seorang tentara, yang dididik untuk membenci segala yang berhubungan dengan komunisme). Musa juga akhirnya –bersama Yuda— yang merampok petugas Dinas Purbakala yang akan membawa temuan di makam Calon Arang itu ke kota. Tujuan utamanya adalah lempengan emas bertuliskan mantra itu. Namun, kurang puas, Musa kemudian datang ke makam, dan terperosok dalam lubang yang membuatnya menjadi “sakit aneh”, seperti kesurupan.

Semuanya seperti kebetulan –salah satu kelemahan novel ini adalah tertalu banyaknya faktor kebetulan meski sudah dibingkai dengan teka-teki dan misteri— ketika kemudian diketahui bahwa Musa adalah anak Murni dan Sarwengi yang diambil oleh seseorang (Samadiman) beberapa saat setelah dilahirkan di penjara. Hanya Samadiman yang tahu di mana kuburan Sarwengi, namun lelaki teman Suhubudi itu telah meninggal dan hanya meninggalkan surat yang penuh misteri. Samadiman juga sebenarnya yang paling tahu bahwa bayi itu kelak menjadi seorang Musa.
***

BANYAK lubang yang ditinggalkan oleh Ayu dalam novel ini, selain penyelesaian akhir yang terkesan klise. Ayu menjadikan Marja yang selama ini menjadi anak manja dalam kehidupan bebas ala Jakarta, sebagai tokoh sentral yang memecahkan misteri dengan analisanya. Alasannya, Marja menjadi banyak tahu karena dekat dengan Jati, lelaki yang banyak tahu tentang banyak hal.

Jika Anda sudah membaca BF sebelumnya, Anda memang akan dengan mudah memahami karakter Marja, Jati, dan Yuda. Tetapi bagi yang belum, MdC ini juga sebagai sebuah novel mandiri yang bisa terbebas dari BF, meski di sampul depan ditulis sebagai “Seri Bilangan Fu”. Namun, yang khas dari Ayu Utami, tetapi pada penggambaran seksualnya yang tak berubah dari novel-novel sebelumnya, meski dibanding Saman dan Larung, dalam novel ini terlihat lebih halus, meski tetap banal.***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati