Jumat, 10 September 2010

Menuju ‘Deklarasi Sastra’ Indonesia-Malaysia

Viddy AD Daery
http://www.infoanda.com/Republika

Semakin mencuatnya hubungan budaya yang kurang harmonis antara saudara serumpun Indonesia-Malaysia, yang akhir-akhir ini disebabkan oleh isu pemakaian lagu Rasa Sayange dan tarian Reog Ponorogo serta gosip Askar Wataniyah, menandakan bahwa hubungan yang kurang mesra itu bukannya semakin mereda namun grafiknya semakin meningkat.

Semua itu disebabkan karena antara dua bangsa yang berasal dari akar yang sama itu sudah puluhan tahun tidak pernah mendapatkan keterangan dan pemahaman yang jelas bahwa mereka masih bersaudara. Bukan hanya mereka berasal dari rumpun Nusantara atau Austronesia, melainkan mereka juga pernah bersatu dalam satu kerajaan besar, mulai dari Sriwijaya pada abad ke-7-11 sampai Majapahit Raya pada abad ke-13-15 Masehi.

Pada abad ke-15-16, dua bangsa itu tercerai berai, setelah keturunan Hayam Wuruk saling berperang dan melemahkan Majapahit Raya. Muncullah kerajaan-kerajaan baru yang sama-sama kuat, yakni Aceh di Sumatera dan Demak di Jawa, Malaka di Semenanjung dan Brunei di Kalimantan serta Pattani di Thailand selatan dan Sulu di Filipina.

Meskipun nantinya antara Demak dan Malaka saling berperang, juga antara Aceh dan Malaka, dan demikian juga antara Brunei dengan Sulu, namun terbukti rakyat Nusantara, terutama kaum pedagang dan agamawan, tidak peduli pada semua gejolak politik tersebut.

Maka para pedagang Gresik dan Demak tak segan-segan berdagang dan bermukim di Malaka, Aceh dan Pattani, bahkan juga ke Brunei dan Sulu. Demikian juga para agamawan yang sering merangkap sebagai pedagang dari Aceh dan Malaka, tak segan-segan datang dan bermukim di Gresik, Tuban, Demak dan Banten, juga pergi ke Pattani, Brunei dan Sulu.

Maka, jangan heran kalau di semua kota-kota pantai Nusantara terdapat Kampung Jawa, bahkan di Pattani juga ada kota Gresik, yang dulunya merupakan kediaman para pelaut Gresik.

Pelayaran dan persebaran arus perjalanan kaum intelektual dan agamawan secara ulang alik maupun menetap — sementara ataupun selamanya — terus menerus berlangsung di seluruh dan antar kepulauan Nusantara.

Maka, jangan heran kalau naskah-naskah sastra kuno karya Hamzah Fansuri, Sunan Bonang, Syeh Fattani dan sebagainya tersebar tidak hanya di negerinya sendiri, tetapi juga dapat ditemukan di seluruh penjuru Nusantara. Demikian halnya naskah-naskah sastra yang lebih kuno dari zaman sebelumnya, misalnya Hikayat Panji Semirang dari Kediri zaman Hindu-Budha, dapat ditemukan pula di Malaka dan Kelantan (Malaysia) di Pattani (Thailand selatan), bahkan menembus ke Thailand-Siam yang Budha, serta di Kamboja dan Vietnam (yang dulu menjadi wilayah kerajaan Champa Melayu Islam).

Kolonialisme

Setelah bangsa-bangsa Eropa datang ke Nusantara, mulailah mereka menjajah dan memecah-belah bangsa-bangsa serumpun Melayu. Portugis dan Inggris menguasai Malaysia dan Brunei serta Timor, dan nantinya mereka menanam nasionalisme primordial, sehingga kelak lahir negara Malaysia, Brunei dan Timor.

Demikian juga Belanda menjajah wilayah terbesar Nusantara dan menanam bibit nasionalisme bernama Indonesia. Sedangkan Spanyol dan nantinya Amerika menguasai Filipina dan hasilnya adalah katolikisasi dan kristenisasi Filipina, sehingga mendesak kaum Muslim hingga ke Mindanao, Filipina Selatan.

Inggris tidak menjajah Pattani, karena justru dibantu oleh Pattani melawan musuh-musuh Inggris. Tetapi Inggris mengkhianati Pattani dengan menyerahkan secara rahasia kepada Thailand-Siam lewat traktat 1909, dan hasilnya Pattani ‘dikuasai’ oleh Thailand-Siam sampai kini, dan disebut Thai-Selatan. Sebenarnya, Thailand-Siam dulunya milik Nusantara juga, karena masuk wilayah Sriwijaya ketika ibukota kerajaan Siam masih di Sukhottai dan Ayuttaya (kini Thailand paling utara).

Kaum China dan India yang didatangkan Inggris dalam jumlah besar ke Malaysia untuk mendesak jumlah populasi kaum Melayu Nusantara setempat, juga disuntik virus primordialisme oleh Inggris, sehingga bersatu padu mendesak Melayu.

Hasilnya, lahirlah negara Singapura yang memisahkan diri, dan kini di zaman modern mereka terus mengganggu keutuhan Malaysia dengan demo-demo separatisme berkedok hak asasi manusia dan rasialisme. Mereka menjalin hubungan rahasia dengan para aktifis Indonesia yang memang disokong para pemilik modal dan sejumlah media massa besar Indonesia. Maka, koran-koran, majalah dan televisi Indonesiapun menyebarkan virus kebencian terhadap Malaysia, sedangkan kepada Singapura yang jelas-jelas rasialis terhadap kaum pribumi Melayu, semua media massa Indonesia menutup mata.

Migrasi budaya

Faktor-faktor itulah yang sampai sekarang menodai hubungan persaudaraan Indonesia-Malaysia. Padahal, jelas-jelas dua bangsa tersebut berakar dari keturunan rumpun yang sama. Bahkan, pada zaman kejayaan UMNO di bawah pemerintahan Mahathir Mohammad, ada kebijakan mempersilahkan orang-orang Nusantara Islam untuk datang ke Malaysia sebagai penduduk tetap.

Kebanyakan yang bermigrasi adalah orang-orang Jawa dan Sumatra ke Semenanjung, serta orang-orang Bugis dan Dayak ke Serawak dan Sabah. Mereka inilah yang kemudian sebagian masuk menjadi Askar Wataniyah, dan mereka resmi menjadi warga Malaysia sejak tahun 1970-an.

Dan hal itu melanjutkan sejarah pemukiman orang Jawa di Malaysia sejak mereka dikontrak oleh Inggris untuk menjadi kuli kontrak pembukaan hutan di Selangor dan Malaka serta Johor untuk dijadikan kebun kopi dan karet, serta pengelolaan tambang di Perak dan Kedah.

Mereka itulah yang hijrah sambil membawa serta kesenian Reog, Ludruk, Kuda Lumping, Wayang dan orkes keroncong yang antara lain lagunya adalah Rasa Sayange. Tentu sulit melarang mereka menyanyikan Rasa Sayange dan menari Reog. Mereka seperti orang-orang China yang hijrah ke Indonesia dan menarikan barongsay, menyanyikan lagu Wo Ai Ni dan Sampek Ingtay.

Kerja sama

Membiarkan perseteruan budaya di atas berlarut-larut tentu merugikan persaudaraan antar bangsa Serumpun. Bercermin ke masa lalu, jika politik memperkeruh perseteruan, sebaliknya seni dan budaya akan membuat eratnya hubungan dan menetralkan persoalan.

Berdasar pemikiran itulah, maka Komunitas Sastra Indonesia (KSI) berniat untuk menjalin kerja sama sastra dan seni-budaya dengan Gabungan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia guna memesrakan kembali persaudaraan serumpun lewat serangkaian kerja sama serta pertukaran sastra dan seni-budaya.

KSI dan Gapena — didukung oleh lembaga-lembaga kompeten di negeri masing-masing — akan membuat banyak program sastra dua hala (saling silang), misalnya penerbitan bersama karya-karya sastra, pertukaran sastrawan lewat program residensi alias mukim sementara untuk menghasilkan karya kreatif, serta apresiasi bersama sastra dan seni-budaya dua negara.

Penandatanganan kesepakatan bersama dan ‘deklarasi sastra’ akan dilakukan dalam acar pertemuan informal Temu Sastrawan Indonesia-Malaysia di Kafe Penus, komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, pada 4 Maret 2008. Pertemuan ini, menurut Ketua Umum KSI Ahmadun YH, hanyalah langkah awal untuk menjalin kerja sama yang lebih erat, harmonis, produktif dan kreatif, antar-sastrawan kedua negara.

*) Viddy AD Daery, Staf khusus Menkominfo

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati