Faradina Izdhihary
http://www.suarakarya-online.com/
Pardjo mendengus kesal melihat tekonya masih penuh. Matanya memerah menahan amarah dan tangis. Tak ada satu pun anak-anak dan para jamaah masjid itu yang menyentuh teh manis buatan istrinya.
“Allah tidak adil. Allah hanya menyediakan surga bagi orang-orang kaya,” gerutunya sambil mengambil kembali tekonya. Dengan wajah muram ia bergegas pulang ke rumah.
“Bagaimana, Kang? Habis?” tanya Siti, istrinya, begitu melihat lelakinya meletakan teko di meja satu-satunya yang ada rumah itu.
“Habis apaan? Jangankan habis, utuh!”, kata Pardjo sambil membaringkan tubuhnya di balai-balai tanpa kasur itu. “Yang sabar ya Kang. Semoga minggu ketiga dan ke empat anak-anak dan orang-orang itu bosan sama kolak dan es buah, Kang. Kata Pak Kiai kan pahala sedekah di minggu-minggu terakhir ramadhan lebih besar,” kata Siti sambil menuang segelas teh dan meminumnya seteguk.
Ada kepedihan di hati Siti saat meneguk teh buatannya tadi sore itu. Ia telah menyisihkan sebagian dari uang belanjanya agar bisa membuat seteko penuh teh manis. Uang belanjanya yang tak lebih dari sepuluh ribu setiap hari itu ia sisihkan dua ribu lima ratus untuk membeli gula putih dan teh.
Suaminya hanya buruh panggul di pasar. Penghasilannya tak menentu. Sebagai istri ia harus pandai-pandai membelanjakan setiap rupiah yang diberikan suaminya.
Yang utama adalah susu bubuk buat bayi mereka yang masih berumur tiga bulan. Bagi mereka, Reihan, bayinya, adalah segala-galanya. Karena payudara Siti tak mampu memproduksi ASI, mereka terpaksa harus menyediakan anggaran khusus untuk bayinya. Meski begitu, mereka juga ingin bersedekah dan masuk surga seperti nasihat Ustad Hakim seminggu sebelum ramadhan tiba.
Ceritanya begini.
Malam itu, di hadapan para jamaah shalat isya, seperti biasanya Ustadz Hakim memberikan taushiah pendeknya. Ustadz Hakim memberikan nasihat tentang amalan-amalan terbaik yang akan menjamin seorang muslim masuk surga.
“Rasulullah bersabda yang artinya begini, Maka perbanyaklah empat hal, yang dua hal adalah keridhoan Tuhanmu dan yang dua lainnya adalah tiada kemampuan kalian mendapatkannya (Allah yang memiliki). Dua hal yang pertama adalah syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang kedua adalah kalian beristighfar pada Nya, Dan dua hal yang bukan milik kalian adalah mintalah sorga dan berlindunglah padanya dari neraka, Barangsiapa yang memberi minum untuk berbuka orang yang berpuasa di bulan itu maka Allah akan memberinya minum dari telagaku hingga tak akan ia haus hingga ia sampai ke sorga.
“Pardjo mendengarkan penjelasan Ustadz Hakim dengan sungguh-sungguh. Hatinya gemetaran. Ah, ternyata hanya memberi minuman pada orang puasa saja bisa masuk sorga. Hatinya mantap untuk melakukan amalan itu.
“Nah,jadi Bapak-bapak, mari memperbanyak sedekah di bulan ramadhan. Meskipun hanya dengan memberikan air minum sebagai takjil,” nasihat Ustadz Hakim mengakhiri taushiahnya.
Pardjo bergegas pulang dan menceritakan nasihat Ustadz Hakim pada Siti.
“Iya Kang. Aku pun ingin masuk sorga. Biarlah kusisihkan sedikit-sedikit uang belanja kita agar bisa membeli barang seperempat kilo gula tiap hari,” begitu jawab istrinya sore itu. Namun, hingga hari kelima puasa Ramadhan berlangsung, teh buatan Siti selalu utuh. Tak tersentuh. Anak-anak kecil dan orang-orang yang menunggu buka puasa maupun yang melakukan taddarus malam lebih memilih buah-buahan, kue, atau es buah buatan orang-orang kaya.
* * *
Siti mengelus teko plastiknya dan menarik nafas panjang saat dilihatnya wajah Pardjo begitu muram. Warnanya pudar seperti semakin memudarkan harapan mereka untuk membeli surga.
Apa aku harus membuat kolak pisang dan kolang-kaling yang legit ya agar orang-orang mau menikmati takjil buatanku? pikir Siti. Ia merogoh saku roknya. Ada dua lembar uang dua puluh ribuan di sana. Tadi siang suaminya mendapat upah empat puluh ribu dari seorang nyonya kaya yang mau mengadakan buka bersama di rumahnya. Pardjo mengantar perempuan itu sampai ke rumahnya. Bahkan, perempuan itu memberi sebungkus roti untuknya.
“Buat takjil keluargamu nanti sore, Kang,” kata nyonya itu sambil mengulurkan dua lembar uang dua puluhan.
Betapa mudahnya orang kaya membeli surga, keluh Pardjo sambil mencoba memejamkan matanya.
“Besok kita buat es poding saja, ya Kang. Aku bisa kok. Dulu waktu kerja di rumah Bu Hadi aku pernah diajari membuat es poding yang enak. Mumpung kita lagi ada rejeki,” kata Siti mengagetkan Pardjo.
Pardjo segera bangun dan duduk menatap Siti tajam.
“Tidak perlu! Mulai besok, kau tak perlu membuat teh atau apa pun untuk orang-orang itu. Lebih baik belikan saja susu si Reihan, dua kotak” kata Pardjo keras.
Siti tak berani membantah kata-kata suaminya. Ia tahu, suaminya sedang marah. Hampir saja ia tak sanggup menahan air matanya yang sejak tadi hampir menetes dari matanya yang pucat itu.
Mungkin Kang Pardjo benar, Allah tidak adil, kata Siti dalam hati menghibur dirinya sendiri.
Esoknya, bukan hanya teh dalam teko Siti yang tak muncul di beranda masjid. Pardjo juga tak muncul ke masjid, menyiapkan sound system, dan menyuarakan adzan maghrib dengan suaranya yang jernih.
Mungkin Pardjo dapat kerjaan tambahan, mungkin dia terlalu lelah hari ini, atau mungkin dia sedang sakit, begitu dugaan orang-orang saat Mbah Tsani yang sudah udzur menggantikan Pardjo mengumandangkan adzan. Suara Mbah Tsani yang dulu jernih dan lembut sekarang sudah terdengar seperti orang yang hampir putus nafas. Tapi bagaimana lagi, tak banyak orang yang mau dan berani mengumandangkan adzan.
* * *
Ini hari ke empat Pardjo tak datang ke masjid. Ustadz Hakim berencana akan mendatangi Pardjo ke rumahnya bersama beberapa anggota jamaah setelah shalat tarawih nanti malam bila Pardjo tak kunjung muncul ke masjid.
“Jangan-jangan dia sakit. Kamu tadi ke rumahnya belum, Har?” tanya Ustadz Hakim usai menghabiskan segelas es buah.
“Sudah, tadi sore. Tapi belum sempat ketemu,” jawab Hari menunduk.
“Lha gimana tho ini? Tetangga dekat kok?,” tegur Pak Asnan keras.
Semua terdiam. Semua tahu Pak Asnan biasa bersikap tegas dan tanpa basa-basi dalam memberikan nasihat. Itu sebabnya meskipun ia seorang dosen Fiqih di sebuah perguruan tinggi Islam tak banyak orang yang datang dan bertanya tentang Islam padanya. Nylekit, begitu penilaian orang padanya.
“Anu, Pak Ustad. Maaf. Tadi sore waktu saya hendak mengetuk pintu rumah Kang Pardjo saya dengar Reihan nangis-nangis terus. Ibunya seperti sedang kebingungan menenangkannya. Jadi ya… saya nggak enak kalau harus bertamu,” cerita Hari sambil menundukkan wajahnya.
“Jangan-jangan Reihan, sakit Pak Ustad,” timpal Pak Bambang.
“Ya sudah, nanti kita perwakilan saja datang ke rumahnya. Pak Sulton tolong diambilkan dana dari kas sosial ya,” kata Ustad Hakim sambil meminta Pak Sulton menyiapkan dana bantuan sosial untuk jamaah pengajian yang sedang kesusahan.
Di ruang tamunya yang hanya berisi dua buah kursi dan sebuah meja panjang tempat semua barang-barang diletakkan, Pardjo menerima rombongan Ustadz Hakim.
“Jadi Kamu itu nggak sakit tho?” tanya Ustadz Hakim begitu mengetahui Pardjo tampak segar bugar.
Pardjo mengangguk.
“Apa istrimu yang sakit?” tanya Pak Hadi. Pardjo menggeleng.
“Reihan?” tanya Hari teringat sore tadi Reihan nangis cukup keras.
“Alhamdulillah, semuanya sehat,” kata Pardjo seperti enggan menjawab.
“Lha terus Kamu kenapa nggak ke masjid? Sayang kan, ini bulan puasa, pahala ibadahnya berlipat-lipat,” kata Pak Asnan seperti biasa dengan suara tegas. Kali ini malah terkesan seperti memarahi Pardjo.
Siti membawa seteko teh dan dua gelas. Hanya itu yang ia punya. Maghrib tadi ia dan suaminya hanya berbuka dengan tempe goreng, sayur kangkung, dan sambal tomat. Sekarang gula dan teh di dapur tak bersisa lagi.
“Saya malas, saja Ustad,” jawab Pardjo akhirnya.
“Lha malas gimana? Itu setan namanya. Setan. Aduuuuh Kamu itu, Djo,” kata Pak Asnan semakin meninggi suaranya.
“Saya mau protes sama Allah. Allah hanya memberi kesempatang masuk surga untuk orang-orang kaya, bukan untuk orang-orang miskin seperti saya,” kata Pardjo sambil mengusap matanya yang mendadak panas.
Ustadz Hakim dan orang-orang yang ada di ruang tamu sederhana itu ternganga. Tak mengerti.
“Jaga omonganmu,” ketus suara Pak Asnan.
Tanpa diminta, Siti menceritakan semua kekecewaan Pardjo. Tentang tulusnya niat mereka berdua untuk bersedekah, memberi minum pada orang-orang yang berpuasa. Bahkan, Siti tak lupa menceritakan bagaimana demi sedekah itu, ia merelakan sebagian dari uang belanjanya untuk membeli gula dan teh.
Ustadz Hakim dan semua tamu terdiam. Pak Asnan malah tampak mengusap matanya yang berkaca-kaca. Ia iri melihat keikhlasan dan usaha maksimal pasangan suami istri miskin itu untuk bersedekah.
“Tapi nyatanya, tak ada satu orang pun yang mau minum teh buatan saya. Lalu bagaimana kami bisa mendapatkan surga itu, Ustadz?” protes Siti mengakhiri ceritanya. Ustadz Hakim menghela nafas panjang.
“Kang Pardjo, Yu Siti, Allah itu Maha Adil. Sangat adil! Kamu sudah pernah mendengar kisah seorang sahabat yang menggauli istrinya di siang hari bulan ramadhan?” tanya Ustadz Hakim.
Pardjo dan Siti menggeleng. Hari mencoba mengingat-ingat kisah itu.
Pak Asnan menyahut dengan cepat. “Menyetubuhi istri di siang hari bulan puasa itu harus membayar kifarat, denda yaitu memberi sedekah pada orang miskin,” jelas Pak Asnan.
“Ya benar. Tapi sahabat yang dalam cerita itu adalah seorang yang sangat miskin,” potong Ustad Hakim sebelum Pak Asnan semakin keras suaranya.
Pak Asnan tersenyum seperti meminta maaf.
“Saat sahabat itu bertanya, hukuman apa yang harus ia jalani atas kelalaian itu, Rasulullah menjawabnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah ra, ia berkata Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan berkata Celaka saya, wahai Rasulullah. Beliau bertanya Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadan. Beliau bertanya Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak?
Ia menjawab Tidak punya. Beliau bertanya Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab Tidak mampu. Beliau bertanya lagi Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya:
Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka Rasulullah saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya.
Kemudian beliau bersabda Pulanglah dan berikan makan keluargamu.” Pak Asnan mengakhiri penjelasannya sambil menatap wajah Ustadz Hakim, seperti takut dinilai salah bersikap lagi.
Ustadz Hakim tersenyum.
“Nah, Kalian dengar sendiri, bukan? Allah sangat adil. Bila memang kita tidak mampu bersedekah, bersedekahlah pada keluargamu sendiri. Lagi pula Allah telah mencatat semua niat baik kita sebagai ibadah, sebaliknya tak mencatat niat buruk kita sebagai dosa,” nasihat Ustadz Hakim sambil menepuk bahu Pardjo.
“Saya mengerti, Pak Ustadz,”jawab Pardjo takzim.
“Jadi gimana? Subuh nanti Kamu bisa adzan lagi, kan? Kasihan Eyang Tsani, asmanya kumat gara-gara harus mengumandangkan adzan,” goda Hari.
Pardjo tersenyum.
Entah siapa yang memulai, Pak Asnan, Pak Hadi, Hari, bahkan Ustadz Hakim berebut gelas dan bergantian meminum teh buatan Siti. Diam-diam mereka mengakui teh buatan Siti yang tak terlalu manis itu sangat nikmat.***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 10 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar