Rabu, 08 September 2010

Umar Kayam dan Lebaran

Pamusuk Eneste
http://www.suarapembaruan.com/

Umar Kayam bukanlah cerpenis yang produktif. Kumpulan cerpennya yang pertama, Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Pustaka Jaya, 1972) hanya berisi 6 cerpen. Keenam cerpen ini kemudian dimuat kembali dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah dan Cerita Pendek Lainnya (Pustaka Jaya, 1986) bersama 4 cerpen yang lain (”Sri Sumarah”, “Bawuk”, “Musim Gugur Kembali di Connecticut”, dan “Kimono Biru buat Istri”).

Kumpulan cerpen Umar Kayam terakhir, Lebaran di Karet, di Karet … (Penerbit Kompas, 2002) — yang terbit setelah Umar Kayam meninggal — memuat 13 cerpen. Ternyata 8 dari 13 cerpen itu pernah diterbitkan dalam kumpulan cerpen Umar Kayam, Parta Krama (Yayasan untuk Indonesia, 1997). Dari 5 cerpen yang ditambahkan (”Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, “Sardi”, dan “There Goes Tatum”), ternyata satu cerpen pernah dimuat dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah, yaitu “There Goes Tatum”.

Jadi, selama 30 tahunan usia kepengarangannya, Umar Kayam hanya menulis 22 cerpen (cerpen “There Goes Tatum” dimuat dalam Sri Sumarah dan Lebaran di Karet, di Karet …) ditambah dua novel, Para Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (1999).

Duka Lebaran

Delapan dari 13 cerpen yang terkumpul dalam Lebaran di Karet, di Karet … berkisah seputar Lebaran dengan segala lika-likunya. Kedelapan cerpen itu adalah “Ke Solo, ke Njati”, “Ziarah Lebaran”, “Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Marti”, “Mbok Jah”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, dan “Sardi”.

Meski bisa menyenangkan, dalam fiksi Umar Kayam, Lebaran itu justru lebih banyak menyedihkan, mengecewakan, dan bikin trenyuh. Dari 8 cerpen bertema Lebaran, hanya cerpen “Marti” (hlm. 30-37) yang menyuguhkan kegembiraan di kala Lebaran. Selebihnya, cerpen-cerpen Umar Kayam didominasi kemuraman, kesedihan, atau (sebut saja) duka Lebaran.

Betapa tidak Tokoh ibu dan dua anaknya dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” (hlm.1-7) sudah memiliki karcis bus menuju Wonogiri. Namun, mereka tak bisa mudik karena tak pernah mampu masuk bus saking banyaknya calon pemudik di terminal bus. Celakanya, itu terjadi bukan beberapa hari menjelang Lebaran; justru pada hari pertama dan kedua Lebaran. Ternyata pada dua hari Lebaran itu pun masih banyak orang yang mau mudik.

Si ibu dan kedua anaknya - dengan genteyongan barang- tak mampu berdempet-dempet dengan orang lain dan selalu terpinggirkan alias tak bisa naik bus. Ke manakah sang suami dan ayah kedua anak itu? Ternyata sang suami/sang ayah sudah meninggal. Akhirnya, mereka terpaksa “pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung agak kumuh di bilangan Kali Malang” (hlm. 2).

Begitu pula tokoh Kamil dalam cerpen “Menjelang Lebaran” (hlm. 13-23). Kamil, istrinya (Sri), dan kedua anaknya (Mas dan Ade) sudah berencana mudik. Kedua anaknya malah sudah menyiapkan ransel dan membayangkan akan naik kereta api. Namun apa mau dikata? Kamil justru di-PHK tempatnya bekerja karena “kehabisan modal untuk terus berjalan” (hlm. 20).

Apa boleh buat. Batallah rencana mudik keluarga Kamil. Nah, pembantu rumah tangga, yang sudah bekerja 10 tahunan pada keluarga Kamil terpaksa tak digaji lagi meski tetap boleh tinggal di keluarga itu.

Simak pula tokoh Is dalam cerpen “Lebaran di Karet, di Karet … ” (hlm. 46-52). Lebaran bagi dia justru mengecewakan. Ketiga anaknya bekerja di luar negeri. Pada saat Lebaran, Is (yang ditinggal mati istrinya) sangat mengharapkan kabar dari ketiga anaknya berupa surat panjang. Ternyata yang muncul cuma kartu pos bergambar dengan sedikit kata-kata.

Pada hari Lebaran, Is yang pernah bekerja di Markas Besar PBB, New York, itu tidak pergi ke makam istrinya. Dengan mobil dinas Toyota Deparlu, Is “mengebut keluar jalan raya. Dengan tegas berhenti sebentar kemudian membanting stirnya ke arah jurusan kiri. Ke Karet, ke Karet - tidak ke Jeruk Purut ke tempat Rani, melainkan ke Karet, ke Karet … Rani pasti setuju dan senang” (hlm. 52).

Yang lebih menyedihkan lagi adalah tokoh Sardi dalam cerpen “Sardi” (hlm.53-59); cerpen yang baru pertama kali dipublikasikan dalam kumpulan ini. Karena tak punya biaya untuk mudik Lebaran, terpaksalah Sardi menilep uang majikannya. Cek yang dicairkan Sardi tidak diserahkannya kepada sang majikan, tetapi dia bawa ke kampung dan dibagi-bagikannya ke handai tolan sebagai oleh-oleh. Akibatnya, Sardi tak berani lagi kembali ke Jakarta.

“Bapak, simbok, saya akan tinggal di desa saja. Mau membantu Bapak di tegal dan bikin tikar sama embok” (hlm. 59).

Ironis memang. Tempo hari, justru Sardi yang nekat mau ke Jakarta, sementara kedua orangtuanya melarangnya. Kini kedua orangtuanya yang malah heran: Sardi justru tidak ingin kembali ke Jakarta…

Pembantu vs Majikan

Berbicara seputar Lebaran, mau tak mau kita pun akan berbicara seputar pembantu rumah tangga dan majikan. Lazimnya, rumah tangga yang punya pembantu akan kerepotan menghadapi Lebaran. Pasalnya, pembantu banyak mudik Lebaran. Syukur kalau masih kembali ke rumah majikan, kalau tidak, tentu harus mencari pembantu baru.

Itulah sebabnya, nyonya rumah dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” sangat senang ketika pembantunya tidak jadi mudik karena tak bisa masuk ke bus yang akan mengangkutnya ke Wonogiri. “To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana …” (hlm. 7).

Ada pula dua pembantu rumah yang mudik untuk seterusnya dan tak akan kembali bekerja ke majikannya, yakni Nem (cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”) dan Mbok Jah (cerpen “Mbok Jah”). Keduanya minta berhenti dari majikannya dengan alasan yang mirip.

Nem sudah bekerja pada satu keluarga selama 20 tahun, namun ingin berhenti dan pulang kampung. “Saya ini sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini, pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya” (hlm. 28). Untunglah majikan Nem mengabulkan permintaan itu tanpa syarat.

Mbok Jah juga sudah 20 tahun bekerja pada keluarga Mulyono di kota. Namun, akhirnya Mbok Jah berhenti untuk seterusnya dan kembali ke kampungnya di desa Tepus, Gunungkidul. Mbok Jah berhenti karena “merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu ” (hlm. 39).

Jika Nem berhenti tanpa syarat, Mbok Jah justru dengan syarat “akan ‘turun gunung’ dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri” (hlm. 40). Namun, sudah dua kali Lebaran Mbok Jah sudah tidak “turun gunung”. Itulah sebabnya, keluarga Mulyono mengunjungi Mbok Jah di desa.

Pesanan

Jelaslah bahwa Lebaran itu multidimensi dan multiaspek. Unsur agama berbaur dengan unsur tradisi/kebudayaan, unsur gengsi, unsur ekonomis, dan lain-lain. Di samping menggembirakan, Lebaran pun bisa menimbulkan duka/derita, seperti kita lihat dalam sejumlah cerpen Umar Kayam di atas. Umar Kayam telah menyodori kita duka Lebaran itu meski hanya lewat cerpen/fiksi.

Tentu timbul pertanyaan. Mengapa Umar Kayam getol menulis cerpen seputar Lebaran — sampai 8 cerpen? Dalam satu wawancara, Umar Kayam (1932-2002) buka kartu. Katanya, “Teman-teman di Kompas itu yang memperlakukan saya sebagai pengarang spesialis Lebaran” (Prosa, 1/2002, hlm. 177). Dengan kata lain, cerpen yang ditulis Umar Kayam merupakan pesanan.

Meski begitu, tak bisa dimungkiri, cerpen-cerpen Umar Kayam di atas sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita. Harus kita akui pula, Umar Kayam adalah salah satu maestro cerpen Indonesia.

*) Penulis adalah pengamat sastra

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati