Selasa, 09 November 2010

Berkarya = Tantangan yang Harus Dilewati [Remy Sylado]

Remy Sylado
Pewawancara: Lona Olavia
http://www.suarapembaruan.com/

Seni adalah ungkapan perasaan, demikianlah pernyataan yang sering kita dengar mengenai seni. Memang, jika kita renungkan sejenak, maka sesungguhnya ungkapan tersebut benar adanya. Sebab, seni itu sendiri memang merupakan ungkapan dari pengalaman-pengalaman batin seseorang yang kemudian dituangkan melalui berbagai medium seni, yang akhirnya dapat kita nikmati sebagai sebuah mahakarya.

Bagi seorang seniman, seperti Remy Sylado yang biasa juga ditulis dengan angka 23761 yang diambil dari chord pertama lirik lagu All My Loving karya The Beatles, berkarya adalah sebuah tantangan yang harus dilewati. Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul, baik permasalahan yang ada di dalam diri sendiri maupun berbagai permasalahan yang ada di luar diri.

Keinginan-keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang mengakibatkan kan seorang seniman berkarya dan terlihatlah bahwa setiap bentuk karya seni memuat unsur-unsur budaya. Kemudian dengan menggunakan berbagai ungkapan yang dipilihnya, maka lahirlah sebuah potret tentang kebudayaan.

Kesenimanan Remy Sylado tak diragukan lagi. Budayawan yang berkecimpung dalam seni musik, seni rupa, sastra, dan teater ini membuat dirinya pantas menjadi salah satu seniman komplet yang digemari masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2002, sosok budayawan populer seangkatan dengan WS Rendra ini mendapat penghargaan Sastra Khatulistiwa untuk karya novelnya. Kemudian, pada tahun 2003 mendapat penghargaan Festival Film Bandung (FFB) sebagai aktor terpuji untuk aktingnya di film. Pada tahun yang sama, Remy meraih Anugerah Indonesia untuk karya-karya teater musikalnya.

Tak hanya itu, pria kelahiran Makassar 12 Juli 1945 silam itu, tiga tahun kemudian (2006) juga berhasil memenangi anugerah sastra terbaik oleh Pusat Bahasa untuk novelnya. Serta, meraih penghargaan dari Istana Wakil Presiden sebagai satu-satunya kritikus musik dan Anugerah Satya Lencana Kebudayaan dari negara, karena kepeloporannya di bidang kesenian kontemporer.

Dalam kariernya yang serbabisa, Remy Sylado pun sering didaulat menjadi pembicara kunci bidang sastra dan bahasa, di universitas-universitas di dalam dan luar Indonesia.

Berikut, hasil wawancara seniman komplet yang bernama asli Yapi Panda Abdiel Tambayong dengan SP, di kediamannya daerah Cipinang Muara, Jakarta, baru-baru ini.

Bagaimana pandangan Anda terhadap budaya bahasa yang diasimilasi?

Bahasa Indonesia sebenarnya jangan harus dicurigai dan diharuskan menjadi bahasa asli Nusantara. Sebab, bahasa Indonesia sesuai namanya Indo, artinya dapat menyerap segala macam kosakata dari lintasan budaya yang masuk ke Indonesia.

Jadi, harus selalu terbuka untuk menyerap, tapi sebelum menyerapnya harus disesuaikan dahulu dengan lafal kita. Lagi pula, itu hal biasa dalam sebuah bangsa yang modern. Namun, kita harus memiliki kesepakatan untuk menjaganya, supaya dapat mencapai tingkat yang mulia.

Bagaimana cara melestarikan bahasa Indonesia?

Bahasa Indonesia dapat kita lestarikan lewat karya sastra, karena gawang bahasa dilihat dari kemampuan sebuah bangsa dapat menciptakan karya sastra. Pasalnya, penggunaan bahasa dalam karya sastra dinilai sebagai peranti yang paling asasi.

Sejauh mana perkembangan karya sastra di kalangan anak muda?

Saya nilai sudah maju. Itu terlihat dari banyaknya karya sastra yang ditulis dengan latar remaja yang lazim disebut teenlit. Saat ini, peluang untuk menjadi penulis sangat terbuka lebar, tidak seperti pada tahun 60-an. Dulu, untuk menjadi pengarang, orang harus melalui sebuah persyaratan yang sulit, layaknya melamar menjadi wartawan di media cetak. Kalau, sekarang kan sudah tidak lagi.

Sekarang soal seni musik. Bagaimana menanggapi alat musik dan lagu tradisional yang diklaim milik bangsa lain?

Kita harus melihat persolan itu dengan sedikit arif. Sebab, sebagian besar orang yang mengklaim itu adalah orang Indonesia yang menjadi imigran lalu menjadi

warga negara sana. Mereka sudah tinggal di sana sejak tiga turunan dan sering dinyanyikan lagu Indonesia oleh neneknya, sehingga otomatis lagu ataupun alat musik itu menjadi satu kesatuan dengan bangsa tersebut. Jadi, janganlah kita terlalu panas melihat masalah itu.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya muncul lagi?

Pemerintah harus secepatnya memasukkan kekayaan bangsa Indonesia ke dalam Undang-Undang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Mengenai seni rupa, apa pengaruh teknologi terhadap perkembangan seni rupa, khususnya seni lukis?

Semakin canggihnya teknologi yang mengakibatkan orang bisa mendesain dengan menggunakan komputer berdampak pada bermunculannya variasi-variasi baru dalam dunia lukis. Jadi, mau tidak mau, kita harus melihat itu sebagai perkembangan proses kebudayaan.

Contohnya, dahulu orang bikin animasi hanya dengan menggambar di secarik kertas, namun sekarang bisa tiga dimensi dengan menggunakan komputer. Maka dari itu, kita harus melihatnya sebagai penemuan bentuk seni rupa baru, yaitu seni rupa yang bisa bergerak.

Soal seni pertunjukan, kenapa dunia teater kita terkesan lambat berkembang?

Menurut saya, itu disebabkan empat hal. Pertama, pola berpikir kita tentang teater di Indonesia, pada umumnya masih terbatas pada model tahun 50-an dan 60-an. Jadi, melihat cara mengucapkan intonasinya dianggap harus mengeluarkan urat nadi. Kedua, teater kita tidak bisa memasuki dunia orang membutuhkan. Maksudnya, kurang bisa menghadirkan tontonan yang baik dan bermutu.

Ketiga, kurang ada kemauan dan juga keberanian dari para sineas teater untuk keluar dari model tahun 50-an dan 60-an, serta menyajikannya secara unik. Keempat, ada dilema yang muncul antara ingin menjadi teater Barat dan ke-indonesiaan.

Bagaimana cara menumbuhkan teater?

Sineas teater kita harus berusaha keras berpikir baru, supaya teater Indonesia dapat menjadi bagian yang dibutuhkan. Caranya, dengan menyajikan cara pertunjukan yang baru. Misalnya, seperti yang dilakukan sineas dalam menyajikan pertunjukannya di beberapa kafe di kota Paris atau disebut teater kafe.

Selain itu, kita juga harus bisa memahami secara betul istilah modern teater tahun 50-an yang berorientasi pada sastra dan 70-an antara gagasan barat dan pola tradisonal, yang hanya sebatas pengertian kontemporer.

Sementara di abad 21 ini. dengan hadirnya komputer, kita harus bisa memanfaatkannya secara optimal untuk mengembangkan pertunjukan teater moderen. Sehingga, pertunjukan itu mampu memberikan dua sisi hal yang menarik kepada penonton, yaitu sisi hiburan dan sisi kekayaan intelektual.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati