Selasa, 09 November 2010

Obama Sang Penyair

Iwan Nurdaya Djafar
http://www.lampungpost.com/

Di zaman lalu
Para raksasa
berjalan di bumi Hitam
Delaney, Douglass, Garvey, King, dan X

[Puisi Obama, Hikayat Orang Kulit Hitam, bait 1]

Obama adalah manusia komplet. Dia adalah Presiden AS, doktor hukum tata negara, dosen, legislator, orator ulung, dan penulis. Bukan itu saja, menggubah puisi pun satu di antara kecakapannya. Tak pelak, dia juga seorang penyair dengan kualitas puisi yang tak memalukan. Saat duduk di bangku SMA, di Akademi Punahou, Honolulu, Hawaii, dia sudah mulai mencipta puisi.

Kecenderungan Obama terhadap puisi boleh jadi disebabkan pergaulannya dengan seorang penyair berkulit hitam yang lebih tua darinya, yang merupakan satu di antara tiga sosok pria di dalam kehidupannya untuk menjadi seorang lelaki dewasa, yang berperan sebagai ayah wali baginya. Pria lainnya adalah kakeknya dari pihak ibu, Stanley “Gramps” Armour Dunham (1918-1992), dan ayah tirinya, Lolo Soetoro Mangunhardjo.

Ayah biologisnya sendiri, Barack Hussein Obama Sr., absen di dalam kehidupannya karena bercerai dengan ibunya saat Obama berusia dua tahun, seorang anak yang baru belajar berjalan. Maka, ketiga sosok pria itu menjadi ayah-pengganti bagi dirinya, yang menyimpan psikologi anak yatim sampai menjelang dewasanya.

Penyair berkulit hitam itu adalah salah seorang sahabat kakeknya yang bernama Frank Marshall Davis, seorang pria baik, yang memasuki usia delapan puluhannya pernah hidup melalui banyak pergulatan internal Afro-Amerika dan membentuk opini-opini tentang keadaan orang-orang kulit hitam di dalam masyarakat berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri.

Dia menulis puisi dan membuat persahabatan dengan orang-orang yang tidak percaya pada demokrasi karena menurutnya orang-orang kulit hitam memiliki suatu peluang yang lebih baik untuk meraih kesetaraan di bawah suatu tipe pemerintahan yang berbeda. Karena pemerintah mematikan, tak ada sistem pemerintahan yang berbuat sesuai dengan janji kesetaraan bagi semua orang.

Obama melihat Frank untuk beberapa petunjuk dari siapa dia bisa menjadi seorang dewasa. Tapi dia juga menonton televisi, musik, dan film untuk contoh-contoh. Budaya pop juga menjadi model perannya. Kecenderungan Obama terhadap puisi boleh jadi juga disebabkan oleh kegemarannya membaca, suatu kegemaran yang ditularkan oleh ibunya, Ann Dunham, yang memang seorang kutu buku.

Dia membaca buku tentang Martin Luther King Jr, seorang Afro-Amerika yang menjadi pejuang kulit hitam. Salah satu buku favoritnya yakni Otobiografi Malcolm X, pejuang kulit hitam AS yang lain yang beragama Islam. Karya-karya sastra Herman Melville, Toni Morisson, dan Friedrich Nietzsche juga disantapnya.

Saat di SMA, dia membaca karya-karya orang-orang berkulit hitam yang terkenal untuk membantunya mempelajari masyarakat, seperti Invisible Man karya Ralph Ellison dan Native Son karya Richard Wright. Dia membaca WEB DuBois dan Langston Hughes, seorang yang sezaman dengan sahabatnya yang lebih tua Frank Davis. “Aku memiliki berton-ton buku. Aku membaca segalanya,” ujar Obama.

Sebagai anak Hawaii yang doyan keluyuran di pantai, dia selalu menyelipkan buku di sakunya. Tak pelak, dia kutu buku juga!

Obama merupakan seorang anak yang suka menyendiri dan pandai menulis. Dalam buku pertamanya Dreams from My Father, Barack

Obama menuturkan tentang mariyuana yang dia isap saat mengenal seorang pemuda sebagai “sesuatu yang bisa meratakan lanskap hatiku, mengaburkan tepi-tepi ingatanku.”

Pengakuan masa muda yang tidak bijaksana ini lebih apa adanya dan lebih liris ketimbang yang diajukan oleh Presiden ke-42 AS (Aku tak mengisap mariyuana) dan ke-43 (Saat aku muda dan tak bertanggung jawab, aku masih muda dan tak bertanggung jawab). Itu muncul sebagai kejutan kecil untuk menemukan yang lain itu, kurang memublikasikan kemabukan—yang untuknya Obama muda mengaku secara terus terang—gubahan dari puisi lirik.

Obsesinya semasa muda yakni mencari jawaban atas pertanyaan: apa artinya menjadi pria kulit hitam di tengah kecamuk rasialisme Amerika Serikat? Ibunya yang berkulit putih (juga nenek dan kakeknya) tidak memiliki banyak pengalaman mengenai kehidupan komunitas kulit hitam dan karenanya tidak banyak membantu Obama di dalam mencari jawaban atas obsesinya itu. Sungguh pun begitu, Obama tidak tinggal diam. Dia justru memburu demi mencari jawaban itu.

Salah satu jawaban itu dituangkannya dalam sebuah puisi yang digubahnya saat di SMA, di bawah tajuk Hikayat Orang Kulit Hitam, yang menggambarkan kerisauan mendalam tentang rasialisme. Di zaman lalu, Obama menulis, Para raksasa/ berjalan di bumi Hitam/ Delaney, Douglass, King, dan X. Pada bait pertama dari puisi lima bait ini, Obama menorehkan sejarah perjuangan para pejuang besar kulit hitam AS yang disebutnya sebagai para raksasa. Para pejuang itu adalah Delaney, Frederick Douglass, Dr. Martin Luther King Jr., dan Malcolm X.

Saat di Kolese Occidental, pada 1981 Obama menulis dua puisi untuk Feast (Pesta), majalah sastra mahasiswa. Puisi itu masing-masing berjudul Lelaki Tua dan Ayah. Pada puisi Lelaki Tua, Obama mengisahkan seorang lelaki tua yang dilupakan, yang kehilangan harga diri, yang begitu lugu di dalam menyiasati kehidupan dan penghidupan dunia yang terlampau pelik. Dia bersikap lurus-lurus belaka di dalam menyusuri dunia yang berliku-liku. Maka, dia adalah seorang lelaki tua yang dilupakan dan diabaikan dunia.

Puisi Ayah agaknya mengabadikan momentum kunjungan ayahnya dari Kenya ke Hawaii saat menyambangi Obama pada usia sepuluh tahun pada 1971. Air matanya mengalir ketika pesawat ayahnya lenyap di angkasa Samudra Pasifik. Hal yang tergambar mengenai fisik ayahnya hanya hitam. Pesan yang selalu teringat adalah petuah sang ayah, yaitu, “Jangan menangis dan tatap masa depan.”

Itulah kunjungan pertama sekaligus terakhir. Pertama, sejak Obama ditinggalkan ayahnya pada usia dua tahun; dan terakhir, karena semenjak itu Obama tak lagi pernah bersua dengannya sampai tiba sebuah kabar melalui telepon internasional bahwa ayahnya meninggal dunia di Kenya pada 1982, dalam suatu kecelakaan mobil. Saat itu Obama sudah berusia 21 tahun.

Puisi Obama yang lain bertajuk Di Bawah Tanah adalah sebuah puisi tentang kawanan monyet yang bermain di bawah air sebuah gua. Sebuah puisi suasana. Puisi itu melukiskan keriangan kawanan monyet yang memakan buah ara, melolong, menari, terguling ke dalam air sehingga bulunya basah dan berbau apak. Kulit-bulu yang basah itu berkilauan dalam warna biru.

Puisi Di Bawah Tanah memberikan sesuatu yang gamblang tentang gambaran simbolis yang tidak jelas dari sekawanan primata bawah air. Menurut Harold Bloom, puisi ini lebih baik daripada puisi Ayah. “Ini memberiku perasaan sangat aneh karena dia bisa membaca puisi-puisi DH Lawrence—ini mengingatkanku akan puisi Snake (Ular),” Bloom menambahkan.

“Aku kira ini adalah tentang suatu arti dari kekuatan, sebagaimana sering dipergunakan Lawrence—suatu arti, sama sekali tidak diartikulasikan, dari sesuatu yang di bawah, berusaha untuk menerobos.”

Puisi lain Obama berjudul Hari-hari Sekolah. Puisi alit ini berbicara tentang kesempatan mengenyam pendidikan bagi orang Afro-Amerika di Amerika Serikat, yang tentu saja mesti disyukuri. Betapa pun, pendidikan merupakan hak asasi manusia yang mesti dijamin. Namun, sejarah perbudakan AS selama ratusan tahun telah mengingkari hak dasar itu. Pendeta Jesse Jackson, misalnya, diseret ke penjara hanya karena membaca buku di perpustakaan, apatah lagi bisa mengenyam pendidikan secara sistematis di sekolah.

Kita tidak tahu berapa jumlah puisi yang pernah digubah oleh Obama. Dalam sebuah wawancara, Obama mengaku masih mempunyai sedikit waktu untuk menulis puisi. Namun dari kelima puisinya di atas, kiranya kita memang bisa menabalkan Obama sebagai penyair.

Sungguh pun begitu, Harold Bloom, pengajar sastra Universitas Yale, mengatakan bahwa Obama telah memilih karier yang tepat, sedikitnya jika muncul suatu pilihan di antara politik dan penyair.

Terhadap kepenyairan Obama sendiri, Bloom berujar, “Secara keseluruhan, sayangku, tidak mungkin. Masa depanmu bukan sebagai seorang sastrawan. Tetapi dalam perhatianku, puisi-puisinya sama sekali tidak akan memperlihatkan yang memalukan padaku.”

Iwan Nurdaya-Djafar, budayawan

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati