Iwan Nurdaya Djafar
http://www.lampungpost.com/
Di zaman lalu
Para raksasa
berjalan di bumi Hitam
Delaney, Douglass, Garvey, King, dan X
[Puisi Obama, Hikayat Orang Kulit Hitam, bait 1]
Obama adalah manusia komplet. Dia adalah Presiden AS, doktor hukum tata negara, dosen, legislator, orator ulung, dan penulis. Bukan itu saja, menggubah puisi pun satu di antara kecakapannya. Tak pelak, dia juga seorang penyair dengan kualitas puisi yang tak memalukan. Saat duduk di bangku SMA, di Akademi Punahou, Honolulu, Hawaii, dia sudah mulai mencipta puisi.
Kecenderungan Obama terhadap puisi boleh jadi disebabkan pergaulannya dengan seorang penyair berkulit hitam yang lebih tua darinya, yang merupakan satu di antara tiga sosok pria di dalam kehidupannya untuk menjadi seorang lelaki dewasa, yang berperan sebagai ayah wali baginya. Pria lainnya adalah kakeknya dari pihak ibu, Stanley “Gramps” Armour Dunham (1918-1992), dan ayah tirinya, Lolo Soetoro Mangunhardjo.
Ayah biologisnya sendiri, Barack Hussein Obama Sr., absen di dalam kehidupannya karena bercerai dengan ibunya saat Obama berusia dua tahun, seorang anak yang baru belajar berjalan. Maka, ketiga sosok pria itu menjadi ayah-pengganti bagi dirinya, yang menyimpan psikologi anak yatim sampai menjelang dewasanya.
Penyair berkulit hitam itu adalah salah seorang sahabat kakeknya yang bernama Frank Marshall Davis, seorang pria baik, yang memasuki usia delapan puluhannya pernah hidup melalui banyak pergulatan internal Afro-Amerika dan membentuk opini-opini tentang keadaan orang-orang kulit hitam di dalam masyarakat berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri.
Dia menulis puisi dan membuat persahabatan dengan orang-orang yang tidak percaya pada demokrasi karena menurutnya orang-orang kulit hitam memiliki suatu peluang yang lebih baik untuk meraih kesetaraan di bawah suatu tipe pemerintahan yang berbeda. Karena pemerintah mematikan, tak ada sistem pemerintahan yang berbuat sesuai dengan janji kesetaraan bagi semua orang.
Obama melihat Frank untuk beberapa petunjuk dari siapa dia bisa menjadi seorang dewasa. Tapi dia juga menonton televisi, musik, dan film untuk contoh-contoh. Budaya pop juga menjadi model perannya. Kecenderungan Obama terhadap puisi boleh jadi juga disebabkan oleh kegemarannya membaca, suatu kegemaran yang ditularkan oleh ibunya, Ann Dunham, yang memang seorang kutu buku.
Dia membaca buku tentang Martin Luther King Jr, seorang Afro-Amerika yang menjadi pejuang kulit hitam. Salah satu buku favoritnya yakni Otobiografi Malcolm X, pejuang kulit hitam AS yang lain yang beragama Islam. Karya-karya sastra Herman Melville, Toni Morisson, dan Friedrich Nietzsche juga disantapnya.
Saat di SMA, dia membaca karya-karya orang-orang berkulit hitam yang terkenal untuk membantunya mempelajari masyarakat, seperti Invisible Man karya Ralph Ellison dan Native Son karya Richard Wright. Dia membaca WEB DuBois dan Langston Hughes, seorang yang sezaman dengan sahabatnya yang lebih tua Frank Davis. “Aku memiliki berton-ton buku. Aku membaca segalanya,” ujar Obama.
Sebagai anak Hawaii yang doyan keluyuran di pantai, dia selalu menyelipkan buku di sakunya. Tak pelak, dia kutu buku juga!
Obama merupakan seorang anak yang suka menyendiri dan pandai menulis. Dalam buku pertamanya Dreams from My Father, Barack
Obama menuturkan tentang mariyuana yang dia isap saat mengenal seorang pemuda sebagai “sesuatu yang bisa meratakan lanskap hatiku, mengaburkan tepi-tepi ingatanku.”
Pengakuan masa muda yang tidak bijaksana ini lebih apa adanya dan lebih liris ketimbang yang diajukan oleh Presiden ke-42 AS (Aku tak mengisap mariyuana) dan ke-43 (Saat aku muda dan tak bertanggung jawab, aku masih muda dan tak bertanggung jawab). Itu muncul sebagai kejutan kecil untuk menemukan yang lain itu, kurang memublikasikan kemabukan—yang untuknya Obama muda mengaku secara terus terang—gubahan dari puisi lirik.
Obsesinya semasa muda yakni mencari jawaban atas pertanyaan: apa artinya menjadi pria kulit hitam di tengah kecamuk rasialisme Amerika Serikat? Ibunya yang berkulit putih (juga nenek dan kakeknya) tidak memiliki banyak pengalaman mengenai kehidupan komunitas kulit hitam dan karenanya tidak banyak membantu Obama di dalam mencari jawaban atas obsesinya itu. Sungguh pun begitu, Obama tidak tinggal diam. Dia justru memburu demi mencari jawaban itu.
Salah satu jawaban itu dituangkannya dalam sebuah puisi yang digubahnya saat di SMA, di bawah tajuk Hikayat Orang Kulit Hitam, yang menggambarkan kerisauan mendalam tentang rasialisme. Di zaman lalu, Obama menulis, Para raksasa/ berjalan di bumi Hitam/ Delaney, Douglass, King, dan X. Pada bait pertama dari puisi lima bait ini, Obama menorehkan sejarah perjuangan para pejuang besar kulit hitam AS yang disebutnya sebagai para raksasa. Para pejuang itu adalah Delaney, Frederick Douglass, Dr. Martin Luther King Jr., dan Malcolm X.
Saat di Kolese Occidental, pada 1981 Obama menulis dua puisi untuk Feast (Pesta), majalah sastra mahasiswa. Puisi itu masing-masing berjudul Lelaki Tua dan Ayah. Pada puisi Lelaki Tua, Obama mengisahkan seorang lelaki tua yang dilupakan, yang kehilangan harga diri, yang begitu lugu di dalam menyiasati kehidupan dan penghidupan dunia yang terlampau pelik. Dia bersikap lurus-lurus belaka di dalam menyusuri dunia yang berliku-liku. Maka, dia adalah seorang lelaki tua yang dilupakan dan diabaikan dunia.
Puisi Ayah agaknya mengabadikan momentum kunjungan ayahnya dari Kenya ke Hawaii saat menyambangi Obama pada usia sepuluh tahun pada 1971. Air matanya mengalir ketika pesawat ayahnya lenyap di angkasa Samudra Pasifik. Hal yang tergambar mengenai fisik ayahnya hanya hitam. Pesan yang selalu teringat adalah petuah sang ayah, yaitu, “Jangan menangis dan tatap masa depan.”
Itulah kunjungan pertama sekaligus terakhir. Pertama, sejak Obama ditinggalkan ayahnya pada usia dua tahun; dan terakhir, karena semenjak itu Obama tak lagi pernah bersua dengannya sampai tiba sebuah kabar melalui telepon internasional bahwa ayahnya meninggal dunia di Kenya pada 1982, dalam suatu kecelakaan mobil. Saat itu Obama sudah berusia 21 tahun.
Puisi Obama yang lain bertajuk Di Bawah Tanah adalah sebuah puisi tentang kawanan monyet yang bermain di bawah air sebuah gua. Sebuah puisi suasana. Puisi itu melukiskan keriangan kawanan monyet yang memakan buah ara, melolong, menari, terguling ke dalam air sehingga bulunya basah dan berbau apak. Kulit-bulu yang basah itu berkilauan dalam warna biru.
Puisi Di Bawah Tanah memberikan sesuatu yang gamblang tentang gambaran simbolis yang tidak jelas dari sekawanan primata bawah air. Menurut Harold Bloom, puisi ini lebih baik daripada puisi Ayah. “Ini memberiku perasaan sangat aneh karena dia bisa membaca puisi-puisi DH Lawrence—ini mengingatkanku akan puisi Snake (Ular),” Bloom menambahkan.
“Aku kira ini adalah tentang suatu arti dari kekuatan, sebagaimana sering dipergunakan Lawrence—suatu arti, sama sekali tidak diartikulasikan, dari sesuatu yang di bawah, berusaha untuk menerobos.”
Puisi lain Obama berjudul Hari-hari Sekolah. Puisi alit ini berbicara tentang kesempatan mengenyam pendidikan bagi orang Afro-Amerika di Amerika Serikat, yang tentu saja mesti disyukuri. Betapa pun, pendidikan merupakan hak asasi manusia yang mesti dijamin. Namun, sejarah perbudakan AS selama ratusan tahun telah mengingkari hak dasar itu. Pendeta Jesse Jackson, misalnya, diseret ke penjara hanya karena membaca buku di perpustakaan, apatah lagi bisa mengenyam pendidikan secara sistematis di sekolah.
Kita tidak tahu berapa jumlah puisi yang pernah digubah oleh Obama. Dalam sebuah wawancara, Obama mengaku masih mempunyai sedikit waktu untuk menulis puisi. Namun dari kelima puisinya di atas, kiranya kita memang bisa menabalkan Obama sebagai penyair.
Sungguh pun begitu, Harold Bloom, pengajar sastra Universitas Yale, mengatakan bahwa Obama telah memilih karier yang tepat, sedikitnya jika muncul suatu pilihan di antara politik dan penyair.
Terhadap kepenyairan Obama sendiri, Bloom berujar, “Secara keseluruhan, sayangku, tidak mungkin. Masa depanmu bukan sebagai seorang sastrawan. Tetapi dalam perhatianku, puisi-puisinya sama sekali tidak akan memperlihatkan yang memalukan padaku.”
Iwan Nurdaya-Djafar, budayawan
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 09 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar