S. Satya Dharma
http://waspadamedan.com/
Dunia syair di Sumut tampaknya memang tak pernah kering dari bakat-bakat besar pecinta sastra. Sejumlah nama boleh saja pergi atau pralaya. Namun tunas-tunas baru segera tumbuh menggantikannya.
Keadaan ini bisa jadi karena besarnya ruang berekspresi yang diberikan media massa di daerah ini. Bahkan, seperti tak pernah jera, harian Waspada misalnya, hingga kini tetap memberi space cukup besar bagi lahirnya pengarang dan penyair berbakat di daerah ini.
Maka para pengarang besar Sumut boleh saja pergi. Hijrah ke luar daerah atau meninggal dunia. Namun secepat kepergian mereka, secepat itu pula muncul penggantinya. Bahkan, meskipun aktivitas “bersastra” di daerah ini sempat kehilangan gairah seiring dengan perubahan iklim politik dan pergeseran orientasi budaya di masyarakat, namun karya para penyair Sumut tetap saja muncul di banyak media. Baik suratkabar, majalah ataupun antologi sastra lokal dan nasional.
Tak hanya bakat, dunia kepenyairan di Sumut juga menawarkan banyak tema. Dari masalah cinta, alam semesta, nasionalisme, religi hingga realitas kehidupan sehari-hari. Sajak-sajak tematik itu dirangkai dalam kalimat-kalimat yang tidak saja indah, tapi kadang juga menghentak. Memantulkan kegelisahan, luka dan kepasrahan.
Empat sajak tematik yang coba penulis paparkan berikut ini, karya Afrion, Adi Mujabir, Teja Purnama dan Ys. Rat, hanyalah secuil gambaran dari sekian banyak sajak bernuansa luka dan kegelisahan karya para penyair Sumut yang sampai hari ini tetap setia mendedikasikan hidupnya di dunia sastra.
Afrion, penyair kelahiran Kisaran 29 April 1963 ini adalah salah seorang seniman paling produktif di Sumut. Sampai sekarang ia telah menghasilkan sejumlah buku kumpulan sajak dan naskah drama seperti Orang Orang Tercecer, Orang Orang Terasing, Dialog Bathin, Di Ujung Malam, Huma, Monolog Orang Orang Tercecer, Monolog Tanah Negeri dan Semak Kuburan. Sedangkan sajak-sajak dan cerpennya terkumpul dalam antologi Gelombang, Sangsi, Nyanyian Jiwa, Waktu Beku dan Lelaki Bukan Pilihan.
Dari sejumlah sajaknya yang sempat penulis baca, nuansa luka, kegelisahan dan kepasrahan itu ditawarkan penyair ini dalam sajak berjudul “Jejak Langkah” berikut ini;
Jejak Langkah Kepada Dimas Arika Mihardja lima puluh jejak langkah menyapa kabut tipis daun daun gugur mengeja sabda di balik redup cahaya dalam kedap suara merasakan debar jantung debar yang tak jua henti memberi kabar tentang isyarat batu menyingkap tabir usia tapi kelebat camar berkabar tentang risau pohon angin dan guguran daun jatuh di rimbun bambu mengelana dalam jiwa cahaya matamu seketika memahat senja menyeka kelu tulang menikung gelombang lalu kau di antara lelaki bertualang ditumbuhi sayap sekali waktu tiba digaris tanganmu tumbuh bunga-bunga tentang lumut atau batu ketika dadamu tertahan riak rindu angin biaskan cahaya menyambar senja tapi tak ingin darah mengutukmu pergilah ke mihrab
mengejar takdir kembali ke tanah suci.
Nuansa luka, kegelisahan dan kepasrahan itu juga diperlihatkan Adi Mujabir, penyair kelahiran Desa Kota Galuh, Perbaungan, 18 Nopember 1961. Bedanya luka dan kegelisahan itu di tangan penyair yang sudah menghasilkan antologi sajak“Nyanyian Kakus”, “Sajak Ontang” dan “Puisi Aceh: Surat Buat Habiebie” serta tiga novel; “Merajut Angin”, “Ngah Lara” dan “Meludah Rembulan” ini tak berhenti pada kepasrahan total. Adi Mujabir masih mencoba “berontak” dan bahkan menghibur diri di tengah luka jiwanya. Dengan pengucapan khas dialek melayu, perlawanan dan penghiburan diri terhadap luka itu dipaparkan Adi Mujabir dalam sajak berikut ini;
Dodoy Lah Dodoy (Hiburan ayah pada anak) Sulong Sulong ayah beranjak langkah dari laut bukalah hati bile kembali ade kabar tentang selat ade amanah dari layar ada cande dari sampan Sulong Sulong ayah tiap detik pelan terkayuh mengejar pantai disapa pasir kilau menyilau tatap menatap Sulong nyenyak sekejap harumlah mawar tak terusik jantung emaktak terkoyak atap nipah Sulong mendung mengulong dari muare jangan hirup bau keringat dade ayah berkayuh laut biru sebentar hujan menerjang Sulong ayah suroh laut tertidur memeluk ikan-ikan berbantal lumut malam ini agar karang tak selalu garang.
Kegelisahan, luka dan kepasrahan juga diperlihatkan Teja Purnama. Namun berbeda dengan Adi Mujabir, di tangan penyair kelahiran Medan 19 Januari 1973 yang mengaku sudah menulis puisi dan cerpen sejak SMA dan sudah pula menghasilkan sejumlah antologi sajak seperti “Puisi-Puisi Koran Sabtu Pagi”, “Rentang”, “Dalam Kecamuk Hujan”,“Bumi”, “Jejak”, “Antologi Puisi Indonesia”, “Muara Tiga”, “Tengok 2” dan “Denting” ini, nuansa luka dan kegelisahan itu berhenti total pada kepasrahan. Bacalah sajaknya “Setelah Sholat” berikut ini;
Setelah Sholat kamu mengeluh lagi meragukan jarak bersama pernah kamu benar-benar meninggalkanKu tapi Kutau sesekali kau benar-benar menangis merinduKu pernah juga kamu begitu rajin menemuiKu seperti takut kehilangan waktu bahkan tak ragu, tak malu walau usai melupakanKu kini kamu tak tau lagi Kita makin dekat atau jauh.
Sebaliknya, di tangan Ys. Rat luka dan kegelisahan itu justru menjadi sangat sufistik maknanya. Terhadap luka itu, penyair kelahiran Medan, 8 Agustus 1962 ini rupanya tak mau pasrah begitu saja seperti Afrion atau Teja Purnama, sekalipun ia juga tak mencoba untuk berontak seperti Adi Mujabir. Ys. Rat justru “membaca luka” itu untuk menghayatinya. Penyair dengan prestasi yang cukup membanggakan ini, yang juga sudah menghasilkan sejumlah naskah Sandiwara seperti “Hus!”. “Ciluk…. Ba!”, “Bukan”, “Sampah”, “Bukan Mimpi”, “Jodoh” dan“Bum! Bam! Dum! Dam! Dor!”, bahkan mengajak pembaca untuk menjadikan luka sebagai suatu yang harus dihayati. Bacalah sajaknya berikut ini;
Membaca Penuh Penghayatan
Luka-Luka Kita Membaca matahari terbit dan terbenam seperti rombongan burung ketika pulang harus bersarang pada embun jadi terkulai di atas bebatuan mengering kalaupun menolak pengertian. Percuma waktu menggelepar sepanjang perjalanan ada yang melarang menghentikannya Membaca bulan purnama dan tertutup awan seperti lingkaran kucing ketika lapar harus bersekutu pada tikus tak bisa lain kecuali memangsa mimpi kalaupun mengharap belas kasihan. Sia-sia pagi berlumur liur tak berkesudahan ada yang menghadang di setiap perbatasan
Membaca bintang berkedip dan diam seperti barisan ikan ketika menari riang harus menyerah pada gelombang napas berakhir di jala tak bertuan kalaupun mengejar tepian. Tak guna pasir memanas mengurung peristirahatan ada yang menghalau setiap pemufakatan
Membaca matahari, bulan dan bintang adalah membaca penuh penghayatan luka-luka kita.
Sungguh, membaca sajak-sajak karya empat penyair Sumut ini, nyatalah sudah bahwa sekalipun keempatnya memendam luka yang sama, namun mereka punya cara pengucapan yang berbeda. Dan menurutku, itulah kekayaan sejati seorang penyair yang sebenarnya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar