Sabtu, 16 April 2011

Membaca “Luka” Empat Penyair Sumut

S. Satya Dharma
http://waspadamedan.com/

Dunia syair di Sumut tampaknya memang tak pernah kering dari bakat-bakat besar pecinta sastra. Sejumlah nama boleh saja pergi atau pralaya. Namun tunas-tunas baru segera tumbuh menggantikannya.

Keadaan ini bisa jadi karena besarnya ruang berekspresi yang diberikan media massa di daerah ini. Bahkan, seperti tak pernah jera, harian Waspada misalnya, hingga kini tetap memberi space cukup besar bagi lahirnya pengarang dan penyair berbakat di daerah ini.

Maka para pengarang besar Sumut boleh saja pergi. Hijrah ke luar daerah atau meninggal dunia. Namun secepat kepergian mereka, secepat itu pula muncul penggantinya. Bahkan, meskipun aktivitas “bersastra” di daerah ini sempat kehilangan gairah seiring dengan perubahan iklim politik dan pergeseran orientasi budaya di masyarakat, namun karya para penyair Sumut tetap saja muncul di banyak media. Baik suratkabar, majalah ataupun antologi sastra lokal dan nasional.

Tak hanya bakat, dunia kepenyairan di Sumut juga menawarkan banyak tema. Dari masalah cinta, alam semesta, nasionalisme, religi hingga realitas kehidupan sehari-hari. Sajak-sajak tematik itu dirangkai dalam kalimat-kalimat yang tidak saja indah, tapi kadang juga menghentak. Memantulkan kegelisahan, luka dan kepasrahan.

Empat sajak tematik yang coba penulis paparkan berikut ini, karya Afrion, Adi Mujabir, Teja Purnama dan Ys. Rat, hanyalah secuil gambaran dari sekian banyak sajak bernuansa luka dan kegelisahan karya para penyair Sumut yang sampai hari ini tetap setia mendedikasikan hidupnya di dunia sastra.

Afrion, penyair kelahiran Kisaran 29 April 1963 ini adalah salah seorang seniman paling produktif di Sumut. Sampai sekarang ia telah menghasilkan sejumlah buku kumpulan sajak dan naskah drama seperti Orang Orang Tercecer, Orang Orang Terasing, Dialog Bathin, Di Ujung Malam, Huma, Monolog Orang Orang Tercecer, Monolog Tanah Negeri dan Semak Kuburan. Sedangkan sajak-sajak dan cerpennya terkumpul dalam antologi Gelombang, Sangsi, Nyanyian Jiwa, Waktu Beku dan Lelaki Bukan Pilihan.

Dari sejumlah sajaknya yang sempat penulis baca, nuansa luka, kegelisahan dan kepasrahan itu ditawarkan penyair ini dalam sajak berjudul “Jejak Langkah” berikut ini;

Jejak Langkah Kepada Dimas Arika Mihardja lima puluh jejak langkah menyapa kabut tipis daun daun gugur mengeja sabda di balik redup cahaya dalam kedap suara merasakan debar jantung debar yang tak jua henti memberi kabar tentang isyarat batu menyingkap tabir usia tapi kelebat camar berkabar tentang risau pohon angin dan guguran daun jatuh di rimbun bambu mengelana dalam jiwa cahaya matamu seketika memahat senja menyeka kelu tulang menikung gelombang lalu kau di antara lelaki bertualang ditumbuhi sayap sekali waktu tiba digaris tanganmu tumbuh bunga-bunga tentang lumut atau batu ketika dadamu tertahan riak rindu angin biaskan cahaya menyambar senja tapi tak ingin darah mengutukmu pergilah ke mihrab
mengejar takdir kembali ke tanah suci.

Nuansa luka, kegelisahan dan kepasrahan itu juga diperlihatkan Adi Mujabir, penyair kelahiran Desa Kota Galuh, Perbaungan, 18 Nopember 1961. Bedanya luka dan kegelisahan itu di tangan penyair yang sudah menghasilkan antologi sajak“Nyanyian Kakus”, “Sajak Ontang” dan “Puisi Aceh: Surat Buat Habiebie” serta tiga novel; “Merajut Angin”, “Ngah Lara” dan “Meludah Rembulan” ini tak berhenti pada kepasrahan total. Adi Mujabir masih mencoba “berontak” dan bahkan menghibur diri di tengah luka jiwanya. Dengan pengucapan khas dialek melayu, perlawanan dan penghiburan diri terhadap luka itu dipaparkan Adi Mujabir dalam sajak berikut ini;

Dodoy Lah Dodoy (Hiburan ayah pada anak) Sulong Sulong ayah beranjak langkah dari laut bukalah hati bile kembali ade kabar tentang selat ade amanah dari layar ada cande dari sampan Sulong Sulong ayah tiap detik pelan terkayuh mengejar pantai disapa pasir kilau menyilau tatap menatap Sulong nyenyak sekejap harumlah mawar tak terusik jantung emaktak terkoyak atap nipah Sulong mendung mengulong dari muare jangan hirup bau keringat dade ayah berkayuh laut biru sebentar hujan menerjang Sulong ayah suroh laut tertidur memeluk ikan-ikan berbantal lumut malam ini agar karang tak selalu garang.

Kegelisahan, luka dan kepasrahan juga diperlihatkan Teja Purnama. Namun berbeda dengan Adi Mujabir, di tangan penyair kelahiran Medan 19 Januari 1973 yang mengaku sudah menulis puisi dan cerpen sejak SMA dan sudah pula menghasilkan sejumlah antologi sajak seperti “Puisi-Puisi Koran Sabtu Pagi”, “Rentang”, “Dalam Kecamuk Hujan”,“Bumi”, “Jejak”, “Antologi Puisi Indonesia”, “Muara Tiga”, “Tengok 2” dan “Denting” ini, nuansa luka dan kegelisahan itu berhenti total pada kepasrahan. Bacalah sajaknya “Setelah Sholat” berikut ini;

Setelah Sholat kamu mengeluh lagi meragukan jarak bersama pernah kamu benar-benar meninggalkanKu tapi Kutau sesekali kau benar-benar menangis merinduKu pernah juga kamu begitu rajin menemuiKu seperti takut kehilangan waktu bahkan tak ragu, tak malu walau usai melupakanKu kini kamu tak tau lagi Kita makin dekat atau jauh.

Sebaliknya, di tangan Ys. Rat luka dan kegelisahan itu justru menjadi sangat sufistik maknanya. Terhadap luka itu, penyair kelahiran Medan, 8 Agustus 1962 ini rupanya tak mau pasrah begitu saja seperti Afrion atau Teja Purnama, sekalipun ia juga tak mencoba untuk berontak seperti Adi Mujabir. Ys. Rat justru “membaca luka” itu untuk menghayatinya. Penyair dengan prestasi yang cukup membanggakan ini, yang juga sudah menghasilkan sejumlah naskah Sandiwara seperti “Hus!”. “Ciluk…. Ba!”, “Bukan”, “Sampah”, “Bukan Mimpi”, “Jodoh” dan“Bum! Bam! Dum! Dam! Dor!”, bahkan mengajak pembaca untuk menjadikan luka sebagai suatu yang harus dihayati. Bacalah sajaknya berikut ini;

Membaca Penuh Penghayatan

Luka-Luka Kita Membaca matahari terbit dan terbenam seperti rombongan burung ketika pulang harus bersarang pada embun jadi terkulai di atas bebatuan mengering kalaupun menolak pengertian. Percuma waktu menggelepar sepanjang perjalanan ada yang melarang menghentikannya Membaca bulan purnama dan tertutup awan seperti lingkaran kucing ketika lapar harus bersekutu pada tikus tak bisa lain kecuali memangsa mimpi kalaupun mengharap belas kasihan. Sia-sia pagi berlumur liur tak berkesudahan ada yang menghadang di setiap perbatasan

Membaca bintang berkedip dan diam seperti barisan ikan ketika menari riang harus menyerah pada gelombang napas berakhir di jala tak bertuan kalaupun mengejar tepian. Tak guna pasir memanas mengurung peristirahatan ada yang menghalau setiap pemufakatan

Membaca matahari, bulan dan bintang adalah membaca penuh penghayatan luka-luka kita.

Sungguh, membaca sajak-sajak karya empat penyair Sumut ini, nyatalah sudah bahwa sekalipun keempatnya memendam luka yang sama, namun mereka punya cara pengucapan yang berbeda. Dan menurutku, itulah kekayaan sejati seorang penyair yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati