Jumat, 13 Mei 2011

Ada dan Perlukah Kebudayaan Nasional?

Darman Moenir*
Media Indonesia, 14 Maret 2007

OPINI Edi Sedyawati “Fitnah terhadap Kebudayaan Nasional?” (Media Indonesia, 5/3) perlu ditanggapi. Kalau tidak, dikhawatirkan penyeragaman kebudayaan (yang pada suatu era pernah sangat gencar diupayakan) akan kembali mengemuka. Pada hakikatnya dia ingin menegaskan bahwa kebudayaan nasional itu ada dan perlu ada.

Pertanyaan yang segera diantarkan oleh pendapat itu adalah apakah gerangan kebudayaan nasional? Pertanyaan ini sesungguhnya bersifat klasikal, dan kadang-kadang menjadi membosankan.

Adakah hubungan kebudayaan nasional dengan ketidakpercyaan akan perlunya keindonesiaan? Keindonesiaan? Apakah itu hantu gagasan global(isme) yang dianggap hendak melihat sistem-sistem global sebagai satu-satunya pengendali nilai yang sah dalam kehidupan di masa kini?

Pertanyaan-pertanyaan itu mengundang ingatan pada Sutan Takdir Alisjahbana yang berkukuh pada pendirian, bahwa kebudayaan nasional bukan kelanjutan Sriwiyaja, Majapahit, Mataram, Aceh, Bugis, Minangkabau, atau Banjarmasin. Dan Sanusi Pane menolak, karena keindonesiaan, bagi Pane, telah ada sejak zaman pra-Indonesia dalam adat dan seni.

Bahkan Purbatjaraka menganggap Alisjahbana waringin sungsang, cara berpikir terbalik. Perdebatan yang juga melihatkan Ki Hadjar Dewantara dan Dr Sutomo, dalam satu hal, adalah problem utama dalam merumuskan kebudayaan nasional dan, di lain hal, dalam upaya menghubungkannya dengan kebudayaan daerah yang plural dan terserak di pelbagai wilayah di bumi Indonesia.

Rujukan Edi Sedyawati adalah Undang-Undang Dasar 1945. Namun tidakkah, dalam hal ini, UUD 1945 defensif? Padahal kebudayaan, kebudayaan apa pun, dinamik, ofensif dan ekspansif! Paling penting, konsep kebudayaan tidak pernah membingungkan.

Ketika kebudayaan menjadi terbuka bahkan memengaruhi (antara satu sama lain), maka sikap memerdekakan menjadi bijaksana. Oleh karena itu, upaya menyeragamkan dengan label kebudayaan nasional terasa mengikat dan membebani. Ini tidak perlu, sungguh tidak perlu.

Pengalaman ‘menyebalkan’ dan ‘menyengsarakan’ terjadi di Republik Indonesia ketika nyaris empat dekade negara dan pemerintah mengambil-oper kegiatan-kegiatan kebudayaan, kegiatan-kegiatan kesenian, mulai dari pusat kekuasaan di Ibu Kota sampai ke akar rumput di pelosok-pelosok. Dengan kekuasaan, penyeragaman sekuat tenaga digelindingkan. Orde Baru yang sangat berminat untuk memonopoli atau mendominasi makna konsep kebudayaan sesuai kepentingan politiknya.

Maka, sebagai contoh konkret, dalam praktik lapangan, didirikanlah lembaga-lembaga pengelola kesenian dalam bentuk taman-taman budaya, sekolah-sekolah tinggi kesenian, pusat-pusat rekreasi umum seperti Taman Mini Indonesia Indah dan museum-museum (tingkat) provinsi di seluruh negeri (pada saat itu di 27 provinsi).

Setelah taman-taman budaya, museum-museum dan institusi-institusi kesenian itu diplot seragam dengan kemauan pusat (baca: Jakarta), maka yang terjadi adalah pemasungan, termasuk pemasungan kreativitas. Daerah-daerah nyaris tidak diberi peluang untuk mengunjukkan jati diri mereka.

Paling memasygulkan adalah, setelah serba menentukan itu lalu Jakarta menjadi seolah-olah serba tahu, serbabisa. Jakarta obviously knows and does all. Jakarta menutup pintu kepusparagaman, dan yang ada hanya keseragaman.

Daerah-daerah pun, pada era itu, ‘tunduk’ atau, tidak dapat tidak, harus tunduk kepada Jakarta kalau tidak ingin dikucilkan dalam pembagian ‘roti’ pembangunan kebudayaan. Dengan ketundukan itu, nilai-nilai kebudayaan Aceh, kebudayaan Batak, kebudayaan Melayu, Bali, Bugis, Papua, juga nilai-nilai kebudayaan Jawa dan Sunda diplot dan, seperti korus, menjadi serbaseragam.

Tidak ada yang keberatan andai budaya tumpeng(an) mekar dan dipertahankan sebagai khazanah kultural bangsa Indonesia untuk dan di etnik tertentu.

Siapa pun bisa bangga dengan eksistensi tumpengan itu. Tetapi persoalan menjadi serius menyesatkan setelah tumpengan dijadikan sajian wajib di setiap acara seremonial di bumi persada, dari Sabang sampai Merauke, dari Padang sampai Banda Naire. Penyesatan dan kesesatan itu bukan cuma menggelikan, tetapi juga bersifat naif.

Pada gilirannya, untuk mengulang-ulang, hampir semua pejabat pemerintah pernah berbahasa Indonesia dengan artikulasi ken untuk semua akhiran kan. Lidah Padang pun lancar sekali menyebut dikataken, mengutamaken, dst. Bukankah penjajahan kultural seperti ini berbahaya?

Kebudayaan nasional itu barangkali tidak ada, dan takkan pernah ada. Apakah makna nasional? Bangsa? Kebangsaan? Nationality? Akan tetapi, selalu, kita mempunyai dan membanggakan kebudayaan Jawa, kebudayaan Sunda, kebudayaan Melayu, Aceh, Bali, Bugis, Papua, dan pelbagai kebudayaan yang ada di bumi Indonesia. Itulah kebudayaan kita, kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia adalah berbagai kebudayaan daerah di Republik Indonesia yang sangat beragam etika dan estetikanya. Dan itu sama sekali tidak mungkin, sebagaimana disiratkan lagi oleh Edi Sedyawati, direkayasa dengan kekuatan raksasa yang hegemonik dan melibas! Sekaligus sangat diragukan andaikata memang ada fitnah terhadap kebudayaan nasional ketika kebudayaan nasional yang eksis dan selalu eksis adalah kebudayaan daerah yang puspa ragam. Itulah kebudayaan kita, kebudayaan Indonesia, tanpa embel-embel nasional.

*) Sastrawan, tinggal di Padang
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/03/esai-ada-dan-perlukah-kebudayaan.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati