Mahmud Jauhari Ali
Tabloid Serambi Ummah 12 Des 2008
Seorang lelaki setengah baya berhidung mancung berjalan melintasiku. Kulit jari manisnya dihiasi cincin perak bamata hijau ranum. Bajunya rapi dan terlihat bersih. Lelaki itu berjalan mendekati seorang nenek tua yang hendak manyeberangi jalan raya. Aku terharu malihatnya. Pada masa sekarang masih ada orang yang baik hati mambantu orang lain dalam kesusahan. Lelaki itu kembali melintasiku lagi dan kali ini matanya menatapku sekali.
“Assalamu’alaikum”, lelaki setengah baya itu manyapaku.
“Wa’alaikumussalam”, jawabku dengan agak sedikit bingung.
Aku merasa pernah melihat lelaki itu, tetapi aku tidak ingat persisnya di mana. Ia tersenyum kepadaku kala melintasiku. Aku maneruskan perjalananku ke arah pasar. Aku membeli celana panjang dan baju kaos berwarna merah muda. Saat aku bajalan kembai ke rumahku, aku bertemu kembali dengan lelaki tadi. Saat itu kulihat lelaki itu masuk ke dalam masjid di dekat pasar. Ia terus masuk tanpa menoleh ke rah lain sehingga ia tidak melihatku. Langkahku terus kuayunkan ke arah rumah.
Lelah, penat, gerah, dan lapar sangat terasa sekali olehku setelah aku sampai di rumah. Aku masih teringat dengan lelaki setengah baya tadi. Aku penasaran, siapa gerangan lelaki itu karena aku yakin pernah melihat ia sebelumnya. Sore harinya aku diminta ibuku ke warung membeli telur ayam kampung. Jarak warungnya cukup jauh dari rumah tempat tinggalku. Kupilih lima belas butir telur ayam kampung yang baik pesanan ibuku.
“Berapa Pak harga lima belas butir telur ayam kampung ini?” tanyaku sambil menunjuk telur-telur yang sudah kupilih.
“Enam belas ribu rupiah Nak.”
Sengaja tidak kutanyakan harga per butirnya karena saat itu aku sedang malas manghitung harga sebutir telur dikali lima balas butir.
Aku terkejut, saat aku megetahui uang ibuku ternyata tertinggal di atas lamari hiasku. Setiap kali aku hendak bepergian, aku memang tidak pernah lupa berhias terlebih dahulu. Menurutku penampilan itu termasuk urusan yang penting dalam hidup. Sialnya, dompetku pun tidak kubawa. Pikirku, akan terasa lelah sekali jika aku harus kembali pulang ke rumah mangambil uang itu. Terlintas dalam pikiranku untuk berhutang telur kepada pemilik warung.
“Assalamu’alaikum!”
Aku terkejut mendengar suara salam dari arah balakangku. Suara itu sekaligus memecah pikiranku yang sedang bingung. Kulihat di balakangku. Bertambah terkejutlah aku. Pasalnya, lelaki setengah baya yang bertemu denganku tadi siang sudah ada di hadapanku saat ini.
“Wa’ailaikumussalam!” balasku sekenanya.
“Kamu sedang menunggu jemputan ya?” tanyanya dengan nada bercanda.
Aku heran dengan pertanyaan itu. Pertanyaannya mamberi kesan kalau ia mengetahui tentangku dan tentang pekerjaanku.
“Aku tidak sedang menunggu siapa-siapa.”
“Kamu sedang ada masalah saat ini?”
Lelaki itu rupanya senang bertanya, dalam pikiranku. Ia memang telihat seperti orang terpelajar dari penampilannya.
“Ya, aku sedang ada masalah. Uang ibuku dan dompetku tertinggal di rumah dan saat ini aku sedang bingung untuk membayar lima belas telur ayam kampung yang hendak kubeli.
“Barapa harganya?” ia kembali bertanya kepadaku dan kujawab seadanya.
“Pak, ini uangnya.” Lelaki itu berkata sambil menyerahkan uang kepada pemilik warung.
Aku heran mengapa orang ini senang sekali membatu orang lain. Pohon hidup dengan adanya akar, bergitu pula dengan manusia yang berbuat dengan adanya alasan. Saat kukatakan terima kasih dan bertanya kepadanya mengapa ia senang membantu orang lain, ia hanya mengatakan bahwa kita wajib menolong orang yang sedang mengalami kesusahan semampu kita. Kata-katanya pendek , tetapi penuh arti. Aku saat itu hanya mengangguk-anggukan kepalaku sebagai tanda bahwa aku mengerti dengan perkataannya.
“Kamu tenang saja, uang yang kupakai tadi adalah uang yang halal. Wassalamu’alaikum ”, katanya saat ia hendak pergi meninggalkanku.
Aku tidak berkata apa-apa lagi saat itu kepadanya selain ucapan salam. Kulangkahkan kakiku menuju rumah. Aku masih bertanya-tanya sendiri tentang lelaki itu. Dalam pikiranku, siapa gerangan lelaki itu. Ia mengingatkanku dengan ayaku yang telah lama meninggalkan aku dan ibuku untuk dapat hidup bersama dengan wanita lain. Aku sudah lupa wajah ayahku. Saat ayahku menceraikan ibuku, aku masih berusia lima tahun. Semua foto ayahku pun sudah dimusnahkan ibuku. Aku memakluminya karena wanita mana yang tidak sakit hati ditinggalkan lelaki yang sangat dicintainya. Kulupakan soal lelaki itu dan ayahku, pasalnya aku harus menyiapkan pakaianku untuk kupakai nanti malam.
***
Malam harinya aku kembali melangkahkan kedua kakiku di luar rumah. Banyak orang di jalanan. Ada yang bajalan sepertiku, bersepeda, berkendara, dan banyak juga yang bermobil. Kotaku selalu ramai walau hari sudah malam. Malam itu kupakai celana panjang dan baju kaos berwarna merah muda yang kubeli tadi siang. Aku sering berjalan di malam hari. Saat di tengah perjalanan, hujan lebat menyerangku secara bertubi-tubi. Aku langsung lari ke arah warung bakso yang ada di dekatku untuk berteduh. Malam itu udara sangat dingin. Aroma bakso tercium di hidungku. Perutku menjadi lapar karena menciumnya. Ingin sekali aku makan bakso saat itu, tetapi uangku yang masih bertengger di dompetku sisa sedikit setelah aku membeli celana panjang dan baju kaos yang sedang kupakai ini.
“Assalamu’ailaikum!”
Salam dan suara itu sudah akrab di talingaku. Aku tidak terkejut lagi, melainkan aku bingung mengapa lelaki itu terus mengikutiku.
“wa’alaikumussalam!” balasku.
“Ayo makan! Aku taraktir kamu malam ini makan bakso.”, katanya.
Kami makan bakso bersama malam itu. Aku duduk di sampingnya. Udara malam menjadi teman kami saat itu. Lelaki itu banyak bertanya tentangku, mulai dari namaku, tempat tinggalku, hingga pekerjaanku. Saat lelaki itu bertanya soal pekerjaanku, aku terpaksa mendustainya. Aku katakan kepadanya bahwa aku bekerja bersama ibuku berjualan kain di pasar. Aku berdusta karena aku tidak mau mengatakan pekerjaanku yang sebenarnya kepada lelaki itu. Bakso yang kami makan sudah habis. Hujan pun telah reda. Kini saatnya kami harus berpisah.
Aku merasa lelaki itu sengaja mengikuti aku. Aku juga merasa sebenarnya lelaki itu sebenarnya hendak manyadarkan aku dari parbuatan yang selama ini aku perbuat. Selesai dengan pekerjaanku, aku langsung pulang ke rumah. Terasa lelah sekali tubuhku saat aku kembali di rumah. Kurebahkan tubuhku di atas alas kasur kesayangaku yang empuk. Tak terasa, sudah empat jam aku tidur. Tidurku sangat nyenyak. Saat siang hari, aku sendirian di rumah. Ibuku setiap pagi sampai siang hari berjualan kue pisang di perempatan jalan. Perempuan seusiaku sebenarnya masih duduk di bangku sekolah. Akan tetapi, aku malah di rumah. Aku putus sekolah saat aku duduk di bangku kelas dua Sekolah Lanjutan Menengah Pertama. Tidak ada biaya lagi untukku melanjutkan sekolah. Siang hari pekerjaanku memasak di rumah untuk makan kami sekeluarga. Walau hanya aku dan ibuku, kami adalah keluarga yang bahagia. Biasanya kami makan bersama di samping rumah sambil menikmati hembusan angin yang sejuk dari sela-sela pepohonan milik kami.
***
Tidak terasa hari sudah gelap kembali. Aku pun harus mencari uang seperti biasanya. Malam itu malam yang kesekian kali aku bekerja.
“Rat ada orang.”, pak Udin mamberitahukanku.
“Di dalam ya Pak orangnya?” tanyaku kepada pak Udin.
“Ya, masuk saja di kamar 31.”, jawab beliau.
Kumasuki kamar 31. Malam itu terasa berbeda di batinku. Aku terkejut sekali setelah aku tahu orang yang ada di kamar 31 itu lelaki setengah baya yang sering menemuiku.
“Terkejut ya melihatku ada di sini?” tanya lelaki itu kepadaku.
“Ya, aku akui hatiku terkejut.”, jawabku lirih.
“Jangan salah sangka padaku! Aku ada di sini bermodal nekad. Aku sudah tidak tahan melihatmu yang masih sangat muda harus bekerja di tempat-tampat seperti ini.”
“Jadi sebenarnya Bapak sudah tahu tentangku?”
“Ya, benar sekali katamu. Aku sengaja mengikuti dan mencontohkan perbuatan yang baik di hadapanmu agar kamu sadar kalau sebenarnya berbuat baik itu lebih bermanfaat daripada berbuat sebaliknya.”
“Ya, yang Bapak katakan itu benar dan aku salah.”
“Maaf jika kamu beranggapan bahwa aku terlalu cerewet dalam hal ini! Aku ini hanya ingin menyerumu ke jalan kebaikan agar kamu dapat memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.”
Air mataku langsung mengucur di atas kedua belah pipiku. Lelaki itu tersenyum melihatku. Dalam pikiranku, andai ia adalah ayahku akan kupeluk erat-erat tubuhnya.
“Masih bisakah tobatku diterima-Nya?”
“Mengapa tidak?”
“Senyumku kembali merekah di kedua bibirku.”
***
Setelah malam itu berlalu aku tidak lagi menginjakkan kakiku di tempat-tempat seperti itu. kujalani hidupku dengan normal bersama ibuku yang sangat aku sayangi. Kubuang jauh-jauh kenangan burukku dari kehidupanku. Kini, aku berjualan kue pisang menggantikan ibuku yang sudah mulai tua. Ibuku kuminta untuk istirahat di rumah. Aku meikmati pekerjaanku sekarang. Sewaktu-waktu aku masih teringat dengan lelaki setengah baya yang pernah mampir di kehidupanku itu. Entah siapa sebenarnya lelaki itu.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar