Riki Utomi
Riau Pos, 17 April 2011
KITA tentu sepakat bila suatu ilmu yang kita geluti menjadi bermakna karena kita mengamalkannya, karena juga oleh faktor tersedianya referensi yang menjadi sumber pengetahuan ilmu tersebut. Segala sumber ilmu itu dapat termaktub pada buku-buku, juga dapat berupa kliping-kliping koran yang terbit dari berbagai tahun silam. Tetapi tidak semua orang yang memiliki sebuah gagasan besar untuk mendokumentasikan semua literatur buku dan kliping-kliping itu secara konsisten agar orang lain dapat dengan langgeng belajar dari dokumentasinya. Hal itu tentu memerlukan kerja keras selama bertahun-tahun.
Seorang HB Jassin, seperti yang dikatakan Ignas Kleden (2004) merupakan seorang “dokumentator”. Negeri ini boleh merasa beruntung seandainya dapat memiliki seorang Jassin lagi dalam 50 atau 100 tahun mendatang. Dokumentasi Sastra HB Jassin, bukan hanya menjadi saksi ketekunan dan komitmennya seumur hidup, tetapi juga sebuah dokumentasi terbaik dan juga terbesar di dunia tentang apa yang telah dicapai dalam sastra Indonesia modern. Lanjut Kleden, lebih dari itu, dokumen itu telah dibangun selama bertahun-tahun tidak dengan dukungan dari lembaga manapun —pemerintah maupun swasta, nasional maupun asing— tetapi dilakukan sendiri dengan kekuatan fisik, kekuatan finasial, kekuatan intelektual, dan juga kekuatan jiwa yang ada padanya.
Baru setelah itu, Ali Sadikin yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dapat menghargai usaha tersebut dan meringankan beban keuangan dan menajemen Jassin. Dalam dunia sastra Indonesia (modern) di Indonesia dewasa ini, pertumbuhannya telah mengalami perkembangan yang pesat dan mengagumkan. Perkembangan yang diiringi apresiasi yang memadai menjadikan pertumbuhan sastra Indonesia mampu menunjukkan eksistensinya bukan hanya di Indonesia tetapi juga di manca negara.
Sebuah dokumentasi memiliki arti penting untuk memajukan sebuah ilmu pengetahuan. Dia —dokumentasi itu— sebagai tempat tumpuan, harapan, dan “pelarian” setelah sumber-sumber lain tak dapat ditemukan. Maka sebuah dokumentasi mampu hadir sebagai pencerminan dari, katakanlah “budaya baca” kita, inilah pentingnya dari sebuah dokumentasi. Bukankah untuk menanamkan sikap budaya membaca juga ditopang dari lengkapnya literatur dan sumber-sumber buku yang memadai dan mudah didapat?
Dan kemudian, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, dalam hal memajukan budaya baca, sungguh telah memiliki peran dan andil besar. PDS HB Jassin bukan saja sebagai bentuk perpustakaan, tetapi juga sebagai ruang publik untuk diskusi, pertemuan sastra, dan gedung ilmu pengetahuan yang patut dijaga dan dilestarikan. Mengingat begitu urgennya pusat dokumentasi ini, sudah semestinya siapapun yang cinta akan dunia sastra patut menghargainya.
Namun belum lama ini, seperti yang kita saksikan di tayangan berita-berita televisi atau juga di media-media massa , mengabarkan bahwa PDS HB Jassin tidak lagi memiliki dana subsidi yang memadai dari pemerintah. Ini tentu sangat menyedihkan. Sebagai sebuah pusat perbukuan sastra terlengkap, keberadaan PDS ini mampu menjadi tumpuan utama bagi semua pihak yang memiliki kepentingan dalam masalah sastra.
Dari sepucuk surat yang diterima Ajip Rosidi pada 16 Februari 2011 lalu, yang langsung ditandatangani oleh Fauzi Bowo, sangat mengejutkan. Surat yang memiliki keterangan nomor SK IV 215/2011 itu menetapkan secara jelas bahwa Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin tahun ini hanya memperoleh dana dari pemerintah DKI Jakarta sebesar 50 juta rupiah. Hal ini menyedihkan Ajip Rosidi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, sebab Ajip tahu betul bahwa angka Rp50 juta setahun tidak dapat menopang perkembangan PDS.
Tak dapat disangkal, dengan alokasi dana seperti itu tentu akan tidak memadai untuk perawatan optimal. Pemerintah semestinya lebih jauh melihat betapa besar fungsi dan peran PDS HB Jassin selama ini dalam menumbuhkan perkembangan sastra. Harus diakui bahwa HB Jassin sebagai pendirinya benar-benar berjuang untuk memajukan dunia sastra di Indonesia ini dengan semangat dan cita-cita yang luhur juga tanpa mengenal lelah. Bertahun-tahun Jassin mengumpulkan dan mendokumentasikan buku-buku sastra hingga orang lain hari ini dengan mudah dapat menikmatinya tanpa kesulitan. Jassin dengan kesadarannya ingin menunjukkan bahwa sastra Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang panjang dan perlu diapresiasi. Dia juga banyak menulis, membela kritikan-kritikan tajam yang menyerang karya-karya sastrawan Indonesia , mengulasnya dengan brilian nan menggugah bahwa karya-karya sastrwan kita memiliki kualitas yang unggul. Semua itu dilakukan oleh sang “Paus Sastra” Indonesia itu dengan loyalitas tinggi. Seperti Ignas Kleden bilang, seandainya kita mempunyai lima orang Jassin saja, maka mungkin sekali ingatan kita akan tertolong, mungkin banyak kesalahan dapat terhindar, dan mungkin pula kita sudah maju beberapa langkah lebih ke depan dari sekarang, dan tidak terlalu sering salah alamat.
Jassin tidak sebatas dokumentator, dia juga memberi contoh apa gunanya membangun sebuah dokumentasi, karena itu dia menulis, melakukan kritik, menulis pengantar teori, membuat studi, mengajar sastra dan mengajak orang lain melakukan hal yang sama dengan memanfaatkan dokumentasinya tanpa meminta bayaran dari menggunakan dokumentasinya. Upaya-upaya besar Jassin itu tentulah harus dinilai dengan apresiasi A Plus dan gegapnya tepuk tangan kita kalau kita sendiri, memang, mau menghargai sebuah dokumentasi itu.
Budi Darma (dalam Kleden) menyebutkan bahwa Jassin adalah kritikus tulen dan juga kritikus plus. Dia menjadi kritikus tulen karena telah menghargai sastra sebagai benar-benar suatu produk, bukan sekadar produk sampingan. Dia juga kritikus plus, karena diantara banyak kritiknya, ada beberapa yang matang menjadi kritik yang penting yang tak mungkin dilewatkan peneliti lainnya.
Bercermin pada semua itu, setidaknya pemerintah DKI Jakarta memiliki andil besar dalam mempertahankan PDS HB Jassin. Sebab, jerih payahnya dalam menumbuhkan ilmu pengetahuan sastra Indonesia telah jauh dan tanpa pamrih. Sepatutnya kita memberi apresiasi tinggi dengan menjaga dan menghargai PDS itu yang telah didirikannya. Arti penting dokumentasi tersebut baru dapat dipahami, bila diingat bahwa untuk berbagai bidang studi lainnya hampir tidak ada pusat dokumentasi di Indonesia yang dapat diandalkan. Untuk belajar sejarah dan kebudayaan Indonesia mahasiswa dan sarjana Indonesia akan pergi ke Leiden (Belanda). Untuk belajar politik mereka harus ke Ithaca, Amerika Serikat. Untuk belajar ekonomi ke Canberra (Australia). Dan untuk belajar asal-usul dan perkembangan bahasa sendiri mungkin harus ke Hamburg (Jerman) atau Kyoto (Jepang). Hanya untuk belajar sastra Indonesia modern seorang sarjana atau mahasiswa yang tekun cukup indekos di Jakarta dan bisa mendapatkan hampir segala bahan yang dibutuhkannya. Demikian pula mahasiswa asing yang ingin menulis tentang sastra Indonesia modern niscaya belum mantap hatinya jika belum pernah memanfaatkan PDS HB Jassin.
Maka, betapa urgennya sebuah PDS HB Jassin dalam menumbuh kembangkan sastra Indonesia di Tanah Air ini. Untuk itu kita mesti menghargai jerih payahnya dan alangkah terpujinya kalau kita turut menjaga Pusat Dokumentasi itu. Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini, hendaklah berpikir kembali, berpikir jauh ke depan dalam mengambil langkah-langkah sebuah kebijakan. Dan harus ada upaya konkret dari pemerintah untuk mempertahankan PDS HB Jassin ini dengan perhatian yang tinggi, selain memberi dana besar yang memadai untuk segala proses perawatannya.
Membangun manusia Indonesia seutuhnya bukan hanya dari segi finansial yang mati-matian mengejar nilai ekonomis, bersifat hedonis, dan serba praktis, tetapi lebih luhur kita mau menjaga dan menghargai juga melestarikan jasa-jasa penegak ilmu pengetahuan yang bersifat humaniora, sastra dan budaya sebagai contohnya. Semoga harapan kita Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin tetap berdiri kokoh dan dikenang sampai kapanpun. Semoga.
Riki Utomi, peminat dan penikmat sastra. Menulis puisi, cerpen, esai dan dimuat di sejumlah media dan terangkum dalam beberapa antologi bersama. Alumnus FKIP UIR Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini berproses di sekolah kejuruan di Kep. Meranti. Tinggal di Selatpanjang.
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/04/mari-menghargai-sebuah-dokumentasi.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar