Jumat, 13 Mei 2011

Mari Menghargai Sebuah Dokumentasi

Riki Utomi
Riau Pos, 17 April 2011

KITA tentu sepakat bila suatu ilmu yang kita geluti menjadi bermakna karena kita mengamalkannya, karena juga oleh faktor tersedianya referensi yang menjadi sumber pengetahuan ilmu tersebut. Segala sumber ilmu itu dapat termaktub pada buku-buku, juga dapat berupa kliping-kliping koran yang terbit dari berbagai tahun silam. Tetapi tidak semua orang yang memiliki sebuah gagasan besar untuk mendokumentasikan semua literatur buku dan kliping-kliping itu secara konsisten agar orang lain dapat dengan langgeng belajar dari dokumentasinya. Hal itu tentu memerlukan kerja keras selama bertahun-tahun.

Seorang HB Jassin, seperti yang dikatakan Ignas Kleden (2004) merupakan seorang “dokumentator”. Negeri ini boleh merasa beruntung seandainya dapat memiliki seorang Jassin lagi dalam 50 atau 100 tahun mendatang. Dokumentasi Sastra HB Jassin, bukan hanya menjadi saksi ketekunan dan komitmennya seumur hidup, tetapi juga sebuah dokumentasi terbaik dan juga terbesar di dunia tentang apa yang telah dicapai dalam sastra Indonesia modern. Lanjut Kleden, lebih dari itu, dokumen itu telah dibangun selama bertahun-tahun tidak dengan dukungan dari lembaga manapun —pemerintah maupun swasta, nasional maupun asing— tetapi dilakukan sendiri dengan kekuatan fisik, kekuatan finasial, kekuatan intelektual, dan juga kekuatan jiwa yang ada padanya.

Baru setelah itu, Ali Sadikin yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dapat menghargai usaha tersebut dan meringankan beban keuangan dan menajemen Jassin. Dalam dunia sastra Indonesia (modern) di Indonesia dewasa ini, pertumbuhannya telah mengalami perkembangan yang pesat dan mengagumkan. Perkembangan yang diiringi apresiasi yang memadai menjadikan pertumbuhan sastra Indonesia mampu menunjukkan eksistensinya bukan hanya di Indonesia tetapi juga di manca negara.

Sebuah dokumentasi memiliki arti penting untuk memajukan sebuah ilmu pengetahuan. Dia —dokumentasi itu— sebagai tempat tumpuan, harapan, dan “pelarian” setelah sumber-sumber lain tak dapat ditemukan. Maka sebuah dokumentasi mampu hadir sebagai pencerminan dari, katakanlah “budaya baca” kita, inilah pentingnya dari sebuah dokumentasi. Bukankah untuk menanamkan sikap budaya membaca juga ditopang dari lengkapnya literatur dan sumber-sumber buku yang memadai dan mudah didapat?

Dan kemudian, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, dalam hal memajukan budaya baca, sungguh telah memiliki peran dan andil besar. PDS HB Jassin bukan saja sebagai bentuk perpustakaan, tetapi juga sebagai ruang publik untuk diskusi, pertemuan sastra, dan gedung ilmu pengetahuan yang patut dijaga dan dilestarikan. Mengingat begitu urgennya pusat dokumentasi ini, sudah semestinya siapapun yang cinta akan dunia sastra patut menghargainya.

Namun belum lama ini, seperti yang kita saksikan di tayangan berita-berita televisi atau juga di media-media massa , mengabarkan bahwa PDS HB Jassin tidak lagi memiliki dana subsidi yang memadai dari pemerintah. Ini tentu sangat menyedihkan. Sebagai sebuah pusat perbukuan sastra terlengkap, keberadaan PDS ini mampu menjadi tumpuan utama bagi semua pihak yang memiliki kepentingan dalam masalah sastra.

Dari sepucuk surat yang diterima Ajip Rosidi pada 16 Februari 2011 lalu, yang langsung ditandatangani oleh Fauzi Bowo, sangat mengejutkan. Surat yang memiliki keterangan nomor SK IV 215/2011 itu menetapkan secara jelas bahwa Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin tahun ini hanya memperoleh dana dari pemerintah DKI Jakarta sebesar 50 juta rupiah. Hal ini menyedihkan Ajip Rosidi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, sebab Ajip tahu betul bahwa angka Rp50 juta setahun tidak dapat menopang perkembangan PDS.

Tak dapat disangkal, dengan alokasi dana seperti itu tentu akan tidak memadai untuk perawatan optimal. Pemerintah semestinya lebih jauh melihat betapa besar fungsi dan peran PDS HB Jassin selama ini dalam menumbuhkan perkembangan sastra. Harus diakui bahwa HB Jassin sebagai pendirinya benar-benar berjuang untuk memajukan dunia sastra di Indonesia ini dengan semangat dan cita-cita yang luhur juga tanpa mengenal lelah. Bertahun-tahun Jassin mengumpulkan dan mendokumentasikan buku-buku sastra hingga orang lain hari ini dengan mudah dapat menikmatinya tanpa kesulitan. Jassin dengan kesadarannya ingin menunjukkan bahwa sastra Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang panjang dan perlu diapresiasi. Dia juga banyak menulis, membela kritikan-kritikan tajam yang menyerang karya-karya sastrawan Indonesia , mengulasnya dengan brilian nan menggugah bahwa karya-karya sastrwan kita memiliki kualitas yang unggul. Semua itu dilakukan oleh sang “Paus Sastra” Indonesia itu dengan loyalitas tinggi. Seperti Ignas Kleden bilang, seandainya kita mempunyai lima orang Jassin saja, maka mungkin sekali ingatan kita akan tertolong, mungkin banyak kesalahan dapat terhindar, dan mungkin pula kita sudah maju beberapa langkah lebih ke depan dari sekarang, dan tidak terlalu sering salah alamat.

Jassin tidak sebatas dokumentator, dia juga memberi contoh apa gunanya membangun sebuah dokumentasi, karena itu dia menulis, melakukan kritik, menulis pengantar teori, membuat studi, mengajar sastra dan mengajak orang lain melakukan hal yang sama dengan memanfaatkan dokumentasinya tanpa meminta bayaran dari menggunakan dokumentasinya. Upaya-upaya besar Jassin itu tentulah harus dinilai dengan apresiasi A Plus dan gegapnya tepuk tangan kita kalau kita sendiri, memang, mau menghargai sebuah dokumentasi itu.

Budi Darma (dalam Kleden) menyebutkan bahwa Jassin adalah kritikus tulen dan juga kritikus plus. Dia menjadi kritikus tulen karena telah menghargai sastra sebagai benar-benar suatu produk, bukan sekadar produk sampingan. Dia juga kritikus plus, karena diantara banyak kritiknya, ada beberapa yang matang menjadi kritik yang penting yang tak mungkin dilewatkan peneliti lainnya.

Bercermin pada semua itu, setidaknya pemerintah DKI Jakarta memiliki andil besar dalam mempertahankan PDS HB Jassin. Sebab, jerih payahnya dalam menumbuhkan ilmu pengetahuan sastra Indonesia telah jauh dan tanpa pamrih. Sepatutnya kita memberi apresiasi tinggi dengan menjaga dan menghargai PDS itu yang telah didirikannya. Arti penting dokumentasi tersebut baru dapat dipahami, bila diingat bahwa untuk berbagai bidang studi lainnya hampir tidak ada pusat dokumentasi di Indonesia yang dapat diandalkan. Untuk belajar sejarah dan kebudayaan Indonesia mahasiswa dan sarjana Indonesia akan pergi ke Leiden (Belanda). Untuk belajar politik mereka harus ke Ithaca, Amerika Serikat. Untuk belajar ekonomi ke Canberra (Australia). Dan untuk belajar asal-usul dan perkembangan bahasa sendiri mungkin harus ke Hamburg (Jerman) atau Kyoto (Jepang). Hanya untuk belajar sastra Indonesia modern seorang sarjana atau mahasiswa yang tekun cukup indekos di Jakarta dan bisa mendapatkan hampir segala bahan yang dibutuhkannya. Demikian pula mahasiswa asing yang ingin menulis tentang sastra Indonesia modern niscaya belum mantap hatinya jika belum pernah memanfaatkan PDS HB Jassin.

Maka, betapa urgennya sebuah PDS HB Jassin dalam menumbuh kembangkan sastra Indonesia di Tanah Air ini. Untuk itu kita mesti menghargai jerih payahnya dan alangkah terpujinya kalau kita turut menjaga Pusat Dokumentasi itu. Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini, hendaklah berpikir kembali, berpikir jauh ke depan dalam mengambil langkah-langkah sebuah kebijakan. Dan harus ada upaya konkret dari pemerintah untuk mempertahankan PDS HB Jassin ini dengan perhatian yang tinggi, selain memberi dana besar yang memadai untuk segala proses perawatannya.

Membangun manusia Indonesia seutuhnya bukan hanya dari segi finansial yang mati-matian mengejar nilai ekonomis, bersifat hedonis, dan serba praktis, tetapi lebih luhur kita mau menjaga dan menghargai juga melestarikan jasa-jasa penegak ilmu pengetahuan yang bersifat humaniora, sastra dan budaya sebagai contohnya. Semoga harapan kita Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin tetap berdiri kokoh dan dikenang sampai kapanpun. Semoga.

Riki Utomi, peminat dan penikmat sastra. Menulis puisi, cerpen, esai dan dimuat di sejumlah media dan terangkum dalam beberapa antologi bersama. Alumnus FKIP UIR Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini berproses di sekolah kejuruan di Kep. Meranti. Tinggal di Selatpanjang.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/04/mari-menghargai-sebuah-dokumentasi.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati