Meninggalkan Sagarobak Tulak Buah Tangan
Yusrizal KW
http://padangekspres.co.id/
Panggilan handphone pertama saya di Selasa pagi 28 Juni 2011 adalah dari sastrawan Darman Moenir. Pengarang ”Bako” itu langsung bertanya, ”Sudah dapat kabar?” Saya balik bertanya, ”Kabar apa, Bang?”
”Pak Wisran sudah mendahului kita pukul 07.30 tadi,” kata Darman sedikit tercekat. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Hampir tak percaya, bahwa orang yang bagi saya terasa bagai orangtua, guru dan sahabat dekat itu, telah menghadap-Nya dalam usia 66 tahun.
Setelah berita duka itu mengaduk-aduk perasaan, mata saya yang sabak mengarah ke sebuah meja di ruang kerja saya di rumah. Di atas meja itu saya melihat sebuah compact disk (CD), warna kuning. Di CD itu ada tulisan tangan pemiliknya: Draft Buku Wisran Hadi 2011.
Tiba-tiba saya merasa takut CD itu rusak. Segera saya copy-kan ke komputer, flashdisk dan hardisk eksternal. Saya takut, CD berisi naskah penting Apak (panggilan saya kepada Wisran Hadi) itu rusak atau hilang.
CD tersebut diserahkan Wisran Hadi ke saya, tanggal 20 Juni 2011 siang, di hadapan Wakil Presiden Komisaris Padang Ekspres Wiztian Yoetri, yang kebetulan juga berkunjung ke Distro Sembalakon milik saya di Jalan Gajah Mada 10 Padang.
”KW, di dalam CD ko lengkap naskah-naskah pilihan Apak. Terbitkanlah, dan jangan dikurang-kurangi. Berapa pun tebal halamannya, harus sebanyak itu diterbitkan. Sampaikan juga ke Sutan Zaili,” kata pengarang yang dikenal dengan naskah ”Jalan Lurus” ini ketika itu. Naskah-naskah berisikan esei, artikel atau makalah-makalah terbaik Wisran Hadi itu sudah diberi judul untuk buku, yaitu Sagarobak – Tulak Buah Tangan Wisran Hadi: ANAK DIPANGKU KEMENAKAN DI BIM.
CD berisi tulisan-tulisan terbaik Wisran Hadi yang akan dibukukan itu, sesungguhnya bermula dari obrolan kami berdua. Bahwa, buku-bukunya yang banyak diterbitkan saat ini, hanya berupa naskah drama dan novel serta cerpen. Tapi, tidak satu pun buku yang utuh memuat tulisan-tulisan atau pikiran-pikiran Wisran Hadi sebagai budayawan, tokoh intelektual dalam melihat dan memaknai serta mengkritisi berbagai persoalan di Ranah Minang dan Indonesia.
Ketika bersilaturahmi ke rumah Sutan Zaili Asril (Kepala Divre Riau Pos Group Padang), 17 Mei lalu, pembicaraan soal penerbitan adalah topik utama kami. Sutan Zaili menyampaikan, kalau dia akan menerbitkan beberapa buku kumpulan tulisannya yang pernah dimuat Padang Ekspres. Termasuk Cucu Magek Dirih, dan beberapa novel. Ternyata, Wisran memberi masukan.
Ia sarankan Sutan Zaili tidak menerbitkan kumpulan tulisan atau artikelnya. Karena, Wisran tahu Sutan Zaili juga menulis novel, Wisran menyarankan, sebaiknya novel-novel Sutan Zaili yang diterbitkan. Karena, ”orang koran” menulis novel, dan beredar, ini hal luar biasa. Tapi, kalau artikel atau esei-esei, kesannya masih umum dan biasa. Kecuali ada yang sangat luar biasa di tulisan-tulisan tersebut. ”Tapi kalau novel Zai, jadi lain nilainya….” kata Wisran ketika itu. Zaili merasa mendapatkan masukan berarti, mengangguk.
Kepada saya dan Wisran Hadi, Sutan Zaili pun menyampaikan, ia dan Padang Ekspres tentu, akan menerbitkan naskah Wisran Hadi tersebut. Dalam perjalanan pulang, saya berkata ke Wisran, ”Apak siapkan naskah itu ya. Akhir Juli paling lambat.” Mulanya penerima hadiah sastrawan ASEAN (Sea Writers Award) dari Raja Thailand ini menilai waktu itu tidak cukup untuk mengumpulkan ratusan tulisannya, kemudian memilah dan mengedit jadi naskah bukua siap cetak. Tapi, saya katakan, ”Setidaknya bulan Ramadhan, pertengahan Agustus 2011 ini naskahnya siap ya, Pak!”
Peraih Federasi Teater Indonesia Award ini menyanggupi deadline yang kami sepakati. Ternyata, bulan Juni masih terpaut di angka 20, Juli dan Ramadhan belum tiba, tokoh kelahiran 27 Juli 1945 ini sudah datang ke saya dan menyerahkan naskah-naskahnya, yang memang sangat banyak: sagarobak tulak istilah beliau.
Berselang delapan hari, setelah naskah itu diserahkan ke saya, Apak—Wisran Hadi, berpulang menghadap-Nya. Tiba-tiba saya merasakan kesedihan mendalam. Sehingga untuk menulis obituarinya pun saya kehilangan kata, karena begitu banyak yang ingin disampaikan dan tak terkatakan. Saya tidak hanya kehilangan orang hebat, orangtua, guru dan sahabat, tapi juga kehilangan teman maota dan berdiskusi di hari-hari yang tidak direncanakan, di ketika suka-suka kami berdua saja.
Ketika melihat CD warna kuning itu, yang diserahkan lebih cepat dari waktu yang dipatok kepada saya, akhirnya kini saya pahamai, kalau itu sebuah isyarat, ternyata Apak pergi lebih cepat. Ya, pergi lebih cepat!
Buah Tangan
Akhirnya CD warna kuning berisi ”sagarobak tundo” tulisan-tulisan nonsastra Wisran Hadi, berisi 78 artikel, yang telah dikelompokkannya menjadi lima bagian sesuai tema saya rasakan sebagai isyarat bermakna. Tulisan-tulisan tersebut dipilihnya dari ratusan artikel atau esei dan makalah yang telah ia lahirkan sepanjang hidupnya.
Malam hari, menjelang tidur, saya berpikir-pikir tentang judul dari naskah buku yang diamanahkan kepada saya itu. Saya ulang menggumamnya dalam hati: Sagarobak-Tulak Buah Tangan Wisran Hadi, ANAK DIPANGKU KEMENAKAN DI BIM.
Tiba-tiba saya terpaut pada kalimat ”Buah Tangan Wisran Hadi”. Ungkapan itu, secara tersirat, akhirnya bisa saya maknai, selain arti sebagai hasil karya, tapi lebih mendalam dan bermakna semacam “kenang-kenangan”, sesuatu yang diberikan atau diwariskan buat seseorang atau masyarakat dalam artian yang lebih besar kepada bangsa. Kenapa demikian. Setelah ia menyerahkan naskah-naskah itu, ia pergi untuk selamanya. Ia pergi tidak dalam hampa, tapi meninggalkan sesuatu, yang akan bermanfaat bagi orang yang kelak membaca ”buah tangan” itu.
Sebanyak 78 Naskah Wisran Hadi yang insya Allah segera diterbitkan Harian Padang Ekspres, akan menginspirasi dan berbagi makna kepada masyarakat pembacanya. Ada pesan tersirat di balik naskah-naskah yang ditinggalkannya pada saya tersebut.
Bahwa, semasa hidupnya, Wisran Hadi adalah seorang budayawan, yang senantiasa menjaga sikap independennya sebagai intelektual, yang esensi dari nilai gagasan serta pemikirannya, bisa terwakili melalui 78 naskah yang akan diterbitkan tersebut.
Dan jika buku ini terbit kelak, artinya, inilah satu-satunya naskah nonsastra Wisran Hadi, yang mewakili sikap, pikiran dan integritasnya. Dan, tentu, ia punya alasan untuk mengatakan ”buah tangan”, setidaknya, ia mewarisi pemikiran dan ilmu yang bermanfaat bagi generasi hari ini dan mendatang.
Kegelisahan
Dalam obrolan lepas di hari-hari bulan Juni ini, Wisran Hadi sering seperti kecewa. Tapi, dari ekspresi wajahnya, saya melihat ia geram. Geram dan muak pada berbagai persoalan yang membelit bangsa ini, yang menurutnya, tengah terjadi pelemahan nilai-nilai dan hancurnya makna kejujuran dalam artian yang parah dan mencemaskan. Termasuk di Ranah Minang sendiri.
”Apak muak bana ko ha,” katanya pada saya. Ia galau, dan memang merisaukan persoalan yang tengah terjadi, seakan sedang berada dalam proses penghancuran nilai-nilai di Ranah Minang, di Indonesia umumnya. Karena itu, ia berkeyakinan, hal demikian tidak boleh dibiarkan. Harus ada cara untuk menegakkan kebenaran, kegelisahan dan kemuakan yang mendera. Salah satunya, teater bisa mengobati kemuakannya itu, atau ia bisa menyampaikan sesuatu melalui teater.
”KW,” katanya kepada saya. ”Apak ingin mentas, kembali menyutradarai naskah teater tahun ini,” sambungnya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ia menyuruh saya mencari pemain baru. Bukan orang teater yang sudah ada dan pernah main. Kalau bisa, anak-anak yang masih di SMA.
Dan keinginan itu, pun disampaikan kepada Sutan Zaili Asril. Ternyata, Sutan Zaili menjawab positif, ”Abang tak usah pikirkan selain karya. Pokoknya berkarya saja. Siapakan pementasannya. Sponsor dan dana, biar menjadi bagian saya dan Yusrizal KW.” Saya melihat kelegaan di wajah Wisran Hadi.
Ternyata, saya belum sempat berpikir bagaimana cara merekrut pemain untuk disutradarainya, pendiri Bumi Teater ini lebih dulu dipanggil Tuhan. Padahal, di sisi lain, saya sudah menyiapkan gambaran tim kerja, salah satunya Pemimpin Redaksi Padang Ekspres Montosori, yang setuju membantu menggarap sponsor untuk pertunjukan Wisran Hadi.
”Kita garap sungguh-sungguh manajemen pertunjukan Pak Wis ini ya,” kata Montosori, ikut semangat. Dan, ketika kini menyadari sutradara itu telah pergi untuk selamanya, saya dan tentu juga Sutan Zaili, merasa Yang Maha Sutradara telah memanggil orang yang kami segani, hormati dan dalam bentuk yang khusus kami sayangi.
Nyali Keberanian
Saya merasa beruntung bisa dekat dengan Wisran Hadi, juga dengan istrinya Raudha Thaib, karena ada sisi lain yang saya dapat yang mungkin tidak ada di tempat lain. Tak perlu panjang-panjang menjelaskan siapa Wisran Hadi sesungguhnya, karena, dunia kebudayaan, cukup mengenalnya.
Menurut saya, Wisranlah orang yang betul-betul paling merdeka dalam berkarya. Dalam menulis, ia tanpa basa-basi. Bahasanya lugas, metafornya banyak, kritikannya tajam, dan di ”mata penanya”, semua umat sama. Karena itu, apa pun pangkat orangnya, ia tidak takut mengkritik atau melawan dengan tulisan, diskusi atau dialog. Bukan suatu yang aneh, kalau ada orang merasa keder duluan untuk adu argumentasi dengan penulis Jilatang ini.
Dari Wisran disadari atau tidak, saya belajar, bahwa untuk menegakkan kebenaran, diperlukan nyali yang hebat. Jika tidak, di zaman orang-orang bebal dan bobrok yang banyak berkuasa, kebenaran akan terkubur. Karena itu, saya akhirnya bisa paham, tulisan yang penuh basa-basi bagi putra Haji Darwas Idris, imam besar Masjid Raya Muhammadiyah ini, untuk beberapa hal tidak mangkus memberi perubahan atau daya kejut sebagai kritik sosial. Cara Wisran dalam mengkritisi berbagai persoalan inilah yang kadang mendapat respons masyarakat.
Negeri ini, sebenarnya masih membutuhkan Wisran Hadi. Dunia kebudayaan Sumatera Barat tentu agak canggung kehilangan salah seorang tokoh besarnya, yang melontarkan pikiran serta kritikan yang merdeka dan memerdekakan, tanpa ada kepentingan lain di dalamnya.
Bagi saya, Wisran Hadi adalah orang yang meleburkan dirinya pada persoalan-persoalan sosial, budaya dan juga politik dalam artian menjaga dengan tegas dan kearifan. Ia muncul, memberi ”daya kejut” dan ”daya gaduh” bagi yang tidak berjalan pada koridor hidup yang benar. Melalui rubrik Jilatang dan Kabagalu (Sabai), ia bisa mengekspresikan kemarahan atau kemuakannya terhadap fenomena sosial yang lagi hangat.
Wisran Hadi adalah orang yang gelisah, yang selalu memelihara sikap kritis. Kegelisahan itu kemudian menjadi energi untuk melahirkan karya-karya bermutu yang mampu memberikan pencerahan. Karena itu, kita selalu mendapatkan karya-karya Wisran Hadi yang melekat di hati pembaca, seperti novel Tamu, Orang-orang Blanti, Imam, Negeri Perempuan dan dari Tanah Tepi. Untuk naskah drama Wisran dikenal dengan Empat Sandiwara Orang Melayu, Empat Lakon Perang Paderi, Wanita Terakhir, Anggun Nan Tongga, dll.
Tulisan ini, hanya catatan kecil bersama Wisran Hadi, di hari-hari terakhir bersamanya. Setidaknya, ada yang bisa dikenang, ia pergi dengan meninggalkan buah tangan, untuk bangsanya. Apak, selamat jalan yo! Terima kasih buah tangannya. Kami akan selalu mendoakanmu, dengan ikhlas dan cinta! (*)
[ Red/Redaksi_ILS ] : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=7337
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar