Jumat, 01 Juli 2011

Catatan Kecil di Hari-hari Sebelum Kepergian Wisran Hadi

Meninggalkan Sagarobak Tulak Buah Tangan
Yusrizal KW
http://padangekspres.co.id/

Panggilan handphone pertama saya di Selasa pagi 28 Juni 2011 adalah dari sastrawan Darman Moenir. Pengarang ”Bako” itu langsung bertanya, ”Sudah dapat kabar?” Saya balik bertanya, ”Kabar apa, Bang?”

”Pak Wisran sudah mendahului kita pukul 07.30 tadi,” kata Darman sedikit tercekat. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Hampir tak percaya, bahwa orang yang bagi saya terasa bagai orangtua, guru dan sahabat dekat itu, telah menghadap-Nya dalam usia 66 tahun.

Setelah berita duka itu mengaduk-aduk perasaan, mata saya yang sabak mengarah ke sebuah meja di ruang kerja saya di rumah. Di atas meja itu saya melihat sebuah compact disk (CD), warna kuning. Di CD itu ada tulisan tangan pemiliknya: Draft Buku Wisran Hadi 2011.
Tiba-tiba saya merasa takut CD itu rusak. Segera saya copy-kan ke komputer, flashdisk dan hardisk eksternal. Saya takut, CD berisi naskah penting Apak (panggilan saya kepada Wisran Hadi) itu rusak atau hilang.

CD tersebut diserahkan Wisran Hadi ke saya, tanggal 20 Juni 2011 siang, di hadapan Wakil Presiden Komisaris Padang Ekspres Wiztian Yoetri, yang kebetulan juga berkunjung ke Distro Sembalakon milik saya di Jalan Gajah Mada 10 Padang.

”KW, di dalam CD ko lengkap naskah-naskah pilihan Apak. Terbitkanlah, dan jangan dikurang-kurangi. Berapa pun tebal halamannya, harus sebanyak itu diterbitkan. Sampaikan juga ke Sutan Zaili,” kata pengarang yang dikenal dengan naskah ”Jalan Lurus” ini ketika itu. Naskah-naskah berisikan esei, artikel atau makalah-makalah terbaik Wisran Hadi itu sudah diberi judul untuk buku, yaitu Sagarobak – Tulak Buah Tangan Wisran Hadi: ANAK DIPANGKU KEMENAKAN DI BIM.

CD berisi tulisan-tulisan terbaik Wisran Hadi yang akan dibukukan itu, sesungguhnya bermula dari obrolan kami berdua. Bahwa, buku-bukunya yang banyak diterbitkan saat ini, hanya berupa naskah drama dan novel serta cerpen. Tapi, tidak satu pun buku yang utuh memuat tulisan-tulisan atau pikiran-pikiran Wisran Hadi sebagai budayawan, tokoh intelektual dalam melihat dan memaknai serta mengkritisi berbagai persoalan di Ranah Minang dan Indonesia.

Ketika bersilaturahmi ke rumah Sutan Zaili Asril (Kepala Divre Riau Pos Group Padang), 17 Mei lalu, pembicaraan soal penerbitan adalah topik utama kami. Sutan Zaili menyampaikan, kalau dia akan menerbitkan beberapa buku kumpulan tulisannya yang pernah dimuat Padang Ekspres. Termasuk Cucu Magek Dirih, dan beberapa novel. Ternyata, Wisran memberi masukan.

Ia sarankan Sutan Zaili tidak menerbitkan kumpulan tulisan atau artikelnya. Karena, Wisran tahu Sutan Zaili juga menulis novel, Wisran menyarankan, sebaiknya novel-novel Sutan Zaili yang diterbitkan. Karena, ”orang koran” menulis novel, dan beredar, ini hal luar biasa. Tapi, kalau artikel atau esei-esei, kesannya masih umum dan biasa. Kecuali ada yang sangat luar biasa di tulisan-tulisan tersebut. ”Tapi kalau novel Zai, jadi lain nilainya….” kata Wisran ketika itu. Zaili merasa mendapatkan masukan berarti, mengangguk.

Kepada saya dan Wisran Hadi, Sutan Zaili pun menyampaikan, ia dan Padang Ekspres tentu, akan menerbitkan naskah Wisran Hadi tersebut. Dalam perjalanan pulang, saya berkata ke Wisran, ”Apak siapkan naskah itu ya. Akhir Juli paling lambat.” Mulanya penerima hadiah sastrawan ASEAN (Sea Writers Award) dari Raja Thailand ini menilai waktu itu tidak cukup untuk mengumpulkan ratusan tulisannya, kemudian memilah dan mengedit jadi naskah bukua siap cetak. Tapi, saya katakan, ”Setidaknya bulan Ramadhan, pertengahan Agustus 2011 ini naskahnya siap ya, Pak!”

Peraih Federasi Teater Indonesia Award ini menyanggupi deadline yang kami sepakati. Ternyata, bulan Juni masih terpaut di angka 20, Juli dan Ramadhan belum tiba, tokoh kelahiran 27 Juli 1945 ini sudah datang ke saya dan menyerahkan naskah-naskahnya, yang memang sangat banyak: sagarobak tulak istilah beliau.

Berselang delapan hari, setelah naskah itu diserahkan ke saya, Apak—Wisran Hadi, berpulang menghadap-Nya. Tiba-tiba saya merasakan kesedihan mendalam. Sehingga untuk menulis obituarinya pun saya kehilangan kata, karena begitu banyak yang ingin disampaikan dan tak terkatakan. Saya tidak hanya kehilangan orang hebat, orangtua, guru dan sahabat, tapi juga kehilangan teman maota dan berdiskusi di hari-hari yang tidak direncanakan, di ketika suka-suka kami berdua saja.

Ketika melihat CD warna kuning itu, yang diserahkan lebih cepat dari waktu yang dipatok kepada saya, akhirnya kini saya pahamai, kalau itu sebuah isyarat, ternyata Apak pergi lebih cepat. Ya, pergi lebih cepat!

Buah Tangan

Akhirnya CD warna kuning berisi ”sagarobak tundo” tulisan-tulisan nonsastra Wisran Hadi, berisi 78 artikel, yang telah dikelompokkannya menjadi lima bagian sesuai tema saya rasakan sebagai isyarat bermakna. Tulisan-tulisan tersebut dipilihnya dari ratusan artikel atau esei dan makalah yang telah ia lahirkan sepanjang hidupnya.

Malam hari, menjelang tidur, saya berpikir-pikir tentang judul dari naskah buku yang diamanahkan kepada saya itu. Saya ulang menggumamnya dalam hati: Sagarobak-Tulak Buah Tangan Wisran Hadi, ANAK DIPANGKU KEMENAKAN DI BIM.

Tiba-tiba saya terpaut pada kalimat ”Buah Tangan Wisran Hadi”. Ungkapan itu, secara tersirat, akhirnya bisa saya maknai, selain arti sebagai hasil karya, tapi lebih mendalam dan bermakna semacam “kenang-kenangan”, sesuatu yang diberikan atau diwariskan buat seseorang atau masyarakat dalam artian yang lebih besar kepada bangsa. Kenapa demikian. Setelah ia menyerahkan naskah-naskah itu, ia pergi untuk selamanya. Ia pergi tidak dalam hampa, tapi meninggalkan sesuatu, yang akan bermanfaat bagi orang yang kelak membaca ”buah tangan” itu.

Sebanyak 78 Naskah Wisran Hadi yang insya Allah segera diterbitkan Harian Padang Ekspres, akan menginspirasi dan berbagi makna kepada masyarakat pembacanya. Ada pesan tersirat di balik naskah-naskah yang ditinggalkannya pada saya tersebut.

Bahwa, semasa hidupnya, Wisran Hadi adalah seorang budayawan, yang senantiasa menjaga sikap independennya sebagai intelektual, yang esensi dari nilai gagasan serta pemikirannya, bisa terwakili melalui 78 naskah yang akan diterbitkan tersebut.

Dan jika buku ini terbit kelak, artinya, inilah satu-satunya naskah nonsastra Wisran Hadi, yang mewakili sikap, pikiran dan integritasnya. Dan, tentu, ia punya alasan untuk mengatakan ”buah tangan”, setidaknya, ia mewarisi pemikiran dan ilmu yang bermanfaat bagi generasi hari ini dan mendatang.

Kegelisahan

Dalam obrolan lepas di hari-hari bulan Juni ini, Wisran Hadi sering seperti kecewa. Tapi, dari ekspresi wajahnya, saya melihat ia geram. Geram dan muak pada berbagai persoalan yang membelit bangsa ini, yang menurutnya, tengah terjadi pelemahan nilai-nilai dan hancurnya makna kejujuran dalam artian yang parah dan mencemaskan. Termasuk di Ranah Minang sendiri.

”Apak muak bana ko ha,” katanya pada saya. Ia galau, dan memang merisaukan persoalan yang tengah terjadi, seakan sedang berada dalam proses penghancuran nilai-nilai di Ranah Minang, di Indonesia umumnya. Karena itu, ia berkeyakinan, hal demikian tidak boleh dibiarkan. Harus ada cara untuk menegakkan kebenaran, kegelisahan dan kemuakan yang mendera. Salah satunya, teater bisa mengobati kemuakannya itu, atau ia bisa menyampaikan sesuatu melalui teater.

”KW,” katanya kepada saya. ”Apak ingin mentas, kembali menyutradarai naskah teater tahun ini,” sambungnya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ia menyuruh saya mencari pemain baru. Bukan orang teater yang sudah ada dan pernah main. Kalau bisa, anak-anak yang masih di SMA.

Dan keinginan itu, pun disampaikan kepada Sutan Zaili Asril. Ternyata, Sutan Zaili menjawab positif, ”Abang tak usah pikirkan selain karya. Pokoknya berkarya saja. Siapakan pementasannya. Sponsor dan dana, biar menjadi bagian saya dan Yusrizal KW.” Saya melihat kelegaan di wajah Wisran Hadi.

Ternyata, saya belum sempat berpikir bagaimana cara merekrut pemain untuk disutradarainya, pendiri Bumi Teater ini lebih dulu dipanggil Tuhan. Padahal, di sisi lain, saya sudah menyiapkan gambaran tim kerja, salah satunya Pemimpin Redaksi Padang Ekspres Montosori, yang setuju membantu menggarap sponsor untuk pertunjukan Wisran Hadi.

”Kita garap sungguh-sungguh manajemen pertunjukan Pak Wis ini ya,” kata Montosori, ikut semangat. Dan, ketika kini menyadari sutradara itu telah pergi untuk selamanya, saya dan tentu juga Sutan Zaili, merasa Yang Maha Sutradara telah memanggil orang yang kami segani, hormati dan dalam bentuk yang khusus kami sayangi.

Nyali Keberanian

Saya merasa beruntung bisa dekat dengan Wisran Hadi, juga dengan istrinya Raudha Thaib, karena ada sisi lain yang saya dapat yang mungkin tidak ada di tempat lain. Tak perlu panjang-panjang menjelaskan siapa Wisran Hadi sesungguhnya, karena, dunia kebudayaan, cukup mengenalnya.

Menurut saya, Wisranlah orang yang betul-betul paling merdeka dalam berkarya. Dalam menulis, ia tanpa basa-basi. Bahasanya lugas, metafornya banyak, kritikannya tajam, dan di ”mata penanya”, semua umat sama. Karena itu, apa pun pangkat orangnya, ia tidak takut mengkritik atau melawan dengan tulisan, diskusi atau dialog. Bukan suatu yang aneh, kalau ada orang merasa keder duluan untuk adu argumentasi dengan penulis Jilatang ini.

Dari Wisran disadari atau tidak, saya belajar, bahwa untuk menegakkan kebenaran, diperlukan nyali yang hebat. Jika tidak, di zaman orang-orang bebal dan bobrok yang banyak berkuasa, kebenaran akan terkubur. Karena itu, saya akhirnya bisa paham, tulisan yang penuh basa-basi bagi putra Haji Darwas Idris, imam besar Masjid Raya Muhammadiyah ini, untuk beberapa hal tidak mangkus memberi perubahan atau daya kejut sebagai kritik sosial. Cara Wisran dalam mengkritisi berbagai persoalan inilah yang kadang mendapat respons masyarakat.

Negeri ini, sebenarnya masih membutuhkan Wisran Hadi. Dunia kebudayaan Sumatera Barat tentu agak canggung kehilangan salah seorang tokoh besarnya, yang melontarkan pikiran serta kritikan yang merdeka dan memerdekakan, tanpa ada kepentingan lain di dalamnya.

Bagi saya, Wisran Hadi adalah orang yang meleburkan dirinya pada persoalan-persoalan sosial, budaya dan juga politik dalam artian menjaga dengan tegas dan kearifan. Ia muncul, memberi ”daya kejut” dan ”daya gaduh” bagi yang tidak berjalan pada koridor hidup yang benar. Melalui rubrik Jilatang dan Kabagalu (Sabai), ia bisa mengekspresikan kemarahan atau kemuakannya terhadap fenomena sosial yang lagi hangat.

Wisran Hadi adalah orang yang gelisah, yang selalu memelihara sikap kritis. Kegelisahan itu kemudian menjadi energi untuk melahirkan karya-karya bermutu yang mampu memberikan pencerahan. Karena itu, kita selalu mendapatkan karya-karya Wisran Hadi yang melekat di hati pembaca, seperti novel Tamu, Orang-orang Blanti, Imam, Negeri Perempuan dan dari Tanah Tepi. Untuk naskah drama Wisran dikenal dengan Empat Sandiwara Orang Melayu, Empat Lakon Perang Paderi, Wanita Terakhir, Anggun Nan Tongga, dll.

Tulisan ini, hanya catatan kecil bersama Wisran Hadi, di hari-hari terakhir bersamanya. Setidaknya, ada yang bisa dikenang, ia pergi dengan meninggalkan buah tangan, untuk bangsanya. Apak, selamat jalan yo! Terima kasih buah tangannya. Kami akan selalu mendoakanmu, dengan ikhlas dan cinta! (*)

[ Red/Redaksi_ILS ] : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=7337

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati