Zuriati *
http://www.harianhaluan.com/
Saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pemaknaan terhadap sebuah teks yang berjudul “Saudagar Penguasa”. Teks itu ditulis oleh Fachry Ali dan dimuat di Gatra, No. 44 Tahun XIII (13-19 September 2007). Kutipan itu berbunyi: “Sebenarnya tidak ada yang istimewa tentang ‘kritik’ Akbar Tanjung atas kinerja Partai Golkar pasca-kepemimpinannya. Dengan mengutip seorang ahli politik [cetak tebal dari penulis] dari Universitas Tasmania, Australia, dalam disertasinya, Akbar menyatakan bahwa Golkar dewasa ini telah didominasi kaum saudagar.”
Jika dibaca secara kritis, kutipan itu mengandung makna, bahwa sebenarnya, penulis ingin menyatakan, bahwa ada yang istimewa tentang kritik Akbar Tanjung terhadap kinerja Partai Golkar pasca-kepemimpinannya itu. Kata-kata yang dicetak tebal di atas mengandung makna (yang tidak diungkapkan), bahwa, dulu, Golkar didominasi oleh kaum bukan saudagar, seperti dirinya (Akbar Tanjung). Dengan mengutip pendapat seorang ahli politik, sebenarnya, Akbar Tanjung ingin mengatakan, bahwa dirinya bukan seorang saudagar, melainkan seorang politikus. Karena dipimpin oleh Akbar Tanjung yang seorang politikus, kinerja Golkar baik. Akan tetapi, sekarang, Golkar didominasi oleh kaum saudagar, seperti Yusuf Kalla. Saudagar dan pimpinan partai politik (Golkar) merupakan dua pekerjaan yang berbeda. Bagaimanapun, seorang saudagar, tentu saja, lebih mengutamakan pekerjaannya sebagai saudagar dan mengurus Golkar merupakan pekerjaan yang kedua. Oleh karena itu, kinerja Golkar menjadi tidak baik. Lebih jauh, pernyataan Akbar Tanjung itu bermakna, bahwa kinerja Golkar lebih baik di bawah kepemimpinannya daripada di bawah kepemimpinan Yusuf Kalla: Saya (Akbar Tanjung) yang seorang politikus lebih baik daripada dia (Yusuf Kalla) yang seorang saudagar dalam memimpin Golkar.
Makna yang sangat sederhana dan terbatas di atas tersembunyi di dalam teks, di dalam diksi (pilihan kata) atau di dalam bahasa, yang diperoleh melalui oposisi biner. Dengan oposisi biner itu, makna yang ada di belakang atau yang tersembunyi di dalam kata-kata atau bahasa yang dipakai dalam teks itu ditemukan. Dari oposisi biner itu, kelihatan, bahwa ada relasi kuasa di dalam teks itu, antara pemimpin Golkar yang dahulu dan sekarang, antara Akbar Tanjung yang politikus dan Yusuf Kalla yang saudagar. Pernyataan Akbar Tanjung dengan mengutip seorang politikus itu mengandung kuasa, bahwa dia lebih baik daripada Yusuf Kalla. Akbar Tanjung, tampak, mendominasi Yusuf Kalla. Dengan makna yang sederhana dan sangat terbatas yang ditemukan dalam kutipan teks itu, saya melihat bahwa teks dan relasi kuasa mempunyai kaitan yang sangat erat: Teks menyembunyikan relasi kuasa, atau relasi kuasa disembuyikan di dalam teks.
Pemahaman yang sangat terbatas dalam melihat kaitan antara teks dan relasi kuasa di atas; bahwa teks menyembunyikan relasi kuasa, atau relasi kuasa tersembuyi di dalam teks, didasarkan pada perspektif Cultural Studies yang memahami budaya sebagai teks dan praktik hidup sehari-hari (praktik budaya), suatu ranah tempat berlangsungnya pertarungan terus-menerus atas makna dan kelompok-kelompok subordinat mencoba menentang penimpaan makna yang penuh dengan kepentingan-kepentingan kelompok dominan. Hal itulah pulalah yang membuat budaya bersifat ideologis—ideologi merupakan konsep sentral dalam Cultural Studies.
Menurut Hall, teks dan juga praktik budaya tidak dibubuhkan bersama makna, tidak dijamin secara pasti oleh tujuan-tujuan produksi. Akan tetapi, makna itu senantiasa merupakan akibat dari tindakan ‘artikulasi’ (sebuah proses ‘praktik produksi’ yang sifatnya aktif). Proses ini disebut ‘artikulasi’, karena makna harus diekspresikan, dalam konteks yang spesifik, dalam momen historis yang spesifik, dan di dalam sebuah wacana yang spesifik. Dengan begitu, ekspresi selalu dikaitkan dan disesuaikan dengan konteks. “Makna senantiasa ditentukan oleh konteks artikulasi”, begitu kata Volosinov.
Teks dan juga praktik budaya bersifat ‘multiaksentual’, yakni teks dan praktik budaya bisa diartikulasikan dengan ‘aksen’ yang berbeda oleh orang yang berbeda dalam konteks yang berbeda untuk tujuan politis yang berbeda. Oleh karena itu, makna merupakan sebuah produksi sosial. Sebuah teks atau praktik atau peristiwa merupakan tempat artikulasi makna-makna yang beragam bisa berlangsung. Makna yang berbeda dapat dibubuhkan atau diberikan pada peristiwa yang sama, sehingga makna senantiasa merupakan tempat yang potensial terhadap konflik. Dengan demikian, teks merupakan sebuah rumah ‘inkorporasi’ dan ‘resistensi’, tempat hegemoni dimenangkan atau dikalahkan.
Sementara itu, Foucault mengonseptualisasikan pengalaman manusia terhadap dominasi dan subordinasi sebagai efek ‘kuasa’ daripada sebagai kelanjutan dari sumber kuasa yang spesifik. Negosiasi dan pergulatan di dalam masyarakat tidak semata-mata berkenaan dengan pemilikan kuasa, tetapi lebih pada istilah penyebaran kuasa yang diperebutkan. Kuasa itu berada di mana-mana dan pada level tertentu dapat diakses oleh semua orang. Ia merupakan sesuatu yang selalu berubah, menghasilkan pokok-pokok intensitas, dan juga dapat dipandang sebagai pembangkit pokok-pokok perlawanan.
Bagi Foucault, kuasa tidak terletak di dalam agensi, seperti negara, kekuatan ekonomi, atau individu, tetapi memandangnya dalam pengertian operasi ‘mikro’ kuasa. Foucault menggunakan kuasa sebagai sesuatu yang digunakan daripada sesuatu yang dimiliki. Kuasa tidak melekat pada agen atau kepentingan, tetapi digabungkan di dalam berbagai praktik. Jadi, bagi Foucault, kuasa bukan sesuatu yang absolut, melainkan kuasa yang berarti relasi kuasa. Oleh karena itu, misalnya, Foucault mengakui pelaksanaan kuasa laki-laki atas perempuan, tetapi menolak bahwa laki-laki memegang kuasa atas perempuan itu.
Teks merupakan penyederhanaan atas realitas yang seringkali lepas dari konteksnya. Realitas itu dikemas dengan kata-kata (bahasa) menjadi sebuah teks. Artinya, kata-kata juga berfungsi membentuk atau mewujudkan kenyataan, bukan merepresentasikannya. Suatu kata dapat menciptakan objeknya sendiri, sehingga bahasa memiliki kekuasaan melebihi kebenaran dan realitas itu sendiri. Dalam pengertian itu dapat dilihat, bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang mempunyai dunianya sendiri.
Bahasa selalu membentuk dan merangkai realitas dalam bentuk teks. Akan tetapi, teks selalu mendistorsi realitas. Oleh karena itu, teks selalu menyimpan diskursus tertentu dan menyembunyikan pesan ideologi tertentu. Dengan teks, ketimpangan diproduksi dan disembunyikan. Sementara, ketimpangan itu berhubungan dengan relasi kuasa yang ada atau yang tersembunyi dalam teks. Dengan demikian, teks selalu menyimpan kuasa, atau kuasa itu selalu menyembunyikan dirinya dalam teks.
Relasi kuasa bermakna, bahwa ada kuasa yang masuk ke dalam bahasa (teks), yang kemudian akan menjadi wacana. Relasi kuasa itu merupakan sesuatu yang sangat kompleks, dalam berbagai tempat dan waktu. Kuasa itu bukanlah sesuatu entitas, melainkan sesuatu yang ada di mana-mana dan diaktifkan dalam setiap relasi sosial, seperti dalam percakapan. Segala sesuatu yang diaktifkan itu meliputi konteks, seperti dengan siapa berbicara, di mana dibicarakan, apa yang dibicarakan, kapan dibicarakan, dan bagaimana cara berbicara. Segala sesuatu yang diaktifkan inilah, yang kemudian, membentuk wacana.
Teks merupakan perangkat yang paling efektif untuk menyebarkan wacana. Sehubungan dengan itu, Foucault menyatakan, bahwa tidak ada kekuasaan tanpa wacana dan tidak ada wacana tanpa adanya kekuasaan. Hal itu berarti, bahwa wacana selalu bekerja melewati jaringan kuasa. Sementara, praktik kekuasaan selalu ditampilkan dengan menggunakan teks. Begitulah dalam konteks pengetahuan, misalnya, Foucault menyatakan, bahwa wacana selalu terakumulasi melewati pengetahuan dan pengetahuan selalu mempunyai efek terhadap kuasa. Penyelenggara kekuasaan selalu memproduksi pengetahuan sebagai basis dari kekuasaannya. Kekuasaan menjadi hampir tidak mungkin tanpa didukung oleh suatu politik kebenaran. Pengetahuan tidak merupakan pengungkapan samar, tetapi pengetahuan itu berada dalam relasi-relasi kuasa itu.
Lebih lanjut, Foucault menyatakan, bahwa kuasa bersifat kapiler, yang menyebar melalui wacana, tubuh, dan hubungan di dalam metafor jaringan. Wacana penting dalam relasi kuasa. Wacana terkait dengan bidang praktis tempat ia disebarkan; ia merupakan serangkaian praktik daripada struktur. Wacana berkembang dalam wilayah ketidaksadaran manusis (subjek). Ia bergerak menuju kognitif manusia (subjek) dengan tanpa adanya sebuah persetujuan dari subjek tersebut. Dengan sendirinya, subjek akan meregulasi wacana yang baru, untuk kemudian, menjadikannya sebuah paradigma subjek. Dengan begitu, subjek akan mendisiplinkan tubuhnya sesuai dengan diskursus yang berkembang. Kuasa beroperasi melalui pengaturan institusional, seperti pendidikan, pekerjaan, dan hukum. Operasi kontrol sosial melalui agensi mendisiplinkan tubuh, pikiran, dan emosi, yang membentuk formasi hierarki kuasa, seperti gender, etnisitas, dan kelas. Praktik yang dipelajari di dalam institusional membentuk identitas subjektif.
Demikianlah, wacana membagi realitas menjadi dua pilihan yang selalu oposisional, seperti antara penguasa dan yang dikuasai, antara benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk. Wacana selalu memiliki korelasi dengan kekuasaan. Oleh karena itu, kekuasaan selalu memberikan pilihan terhadap wacana tertentu, sehingga wacana tersebut menjadi dominan dan wacana yang lainnya menjadi terpinggirkan. Wacana dominan memberikan arahan cara suatu objek harus dibaca dan dipahami dan struktur diskursif yang tercipta atas objek selalu mereproduksi ruang kosong yang tidak pernah dapat terbaca oleh subjek, sehingga wacana yang lainnya terpinggirkan. Wacana itu disebarkan melalui teks yang menyimpan relasi-relasi kuasa.
*) Peneliti dan Staf Pengajar Fakultas Sastra Unand. 10 April 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar