Sabtu, 02 Juli 2011

Sastra dan Agama

Sigit Susanto
http://www.harianhaluan.com/

“SASTRA akan meng­gan­tikan peran agama,” kata Sartre suatu kali. Pemikiran Sartre tersebut bukan saja tak beralasan. Namun ke­cen­derungannya ke arah itu sudah terbukti. Terutama pada masyarakat yang pu­nya peradaban modern, di negara-negara industri maju. Banyak anggota masyarakat yang lebih suka membaca karya sastra, ketimbang mengonsumsi buku-buku agama. Mereka lebih antu­sias untuk menghadiri berbagai pertunjukan teater, seni atau pembacaan karya sastra daripada mengunjungi gereja-gereja. Juga para pendeta sudah makin ber­kurang pengaruhnya, daripa­da sastrawannya.

Perubahan daya tarik masyarakat secara besar-besaran dari agama ke ilmu pengetahuan itu, bukan datang begitu saja, setidak­nya sejak berkembangnya pemikiran monumental “Aufklärung” dari Kant di tahun 1783. Imannuel Kant menyebut “Aufklärung” sebagai sebuah jalan keluar manusia dari kesalahannya sendiri yang tidak dewasa. Kritik Kant sebenarnya ditujukan untuk agama Kristen. Akan tetapi kehidupan mitos di dalam masyarakat juga menjadi korbannya. Berbagai pemikiran berbau gereja dan ketuhanan serta mitos yang tak bisa diterangkan akal sehat, jadi sasaran untuk ditinggalkan. Mereka mulai meneliti ulang pada setiap sendi kehidupan agar bisa diterangkan secara rasional.

Sampai akhirnya Adorno menjuluki Aufklärung ibarat seorang diktator yang memaksakan pada rakyatnya. Kalau Aufklärung sudah benar-benar dijalankan, kenapa masih ada kekuatan seperti Hitler yang anti Yahudi (Dialektik der Aufk­lärung). Temuan Kant yang sudah berusia tiga abad itu ternyata hingga kini masih sangat sulit menembus dinding kelas masyarakat tradisional, dimana atribut spiritual baik lewat agama dan tradisi takhayul ataupun mitos masih dianggap kuat dan dipercayai bisa memberi kebahagiaan batin sehari-hari. Celakanya masyarakat kelas tradisional itu banyak berkubang di negara-negara berkembang dan miskin. Feuerbach, teolog Jerman sudah memberi peringatan, Hanya orang-orang miskin yang setia pada agama, agar mereka bisa bermimpi dan melupakan kemiskinannya. Akhirnya lupa mengritisi penguasa negeri sendiri.

Menilik pikiran Feuerbach, tak salah bila banyak pengikut agama baik yang liberal maupun radikal lebih banyak berada di pedesaan yang miskin. Mereka selalu terlambat dalam mengikuti perkembangan arus peradaban baru. Sebaliknya para penggemar sastra, masih didominasi oleh masyarakat modern kota. Bukan hanya mereka cukup memadai dalam menerima transformasi berbagai perkembangan, tetapi fasilitas seperti, toko buku, percetakan, perpus­takaan, dan gedung pertunjukan cukup tersedia.

Isaac Bashevis Singer, peraih nobel sastra 1978 termasuk yang tidak sepen­dapat dengan pernyataan Sartre di atas. Singer menandaskan, tak mungkin sastra akan menggantikan peranan agama. Karena sastra juga tak memberi arti yang sebesar agama. Dia menilai, tak ada novel, cerpen dan puisi yang bisa menandingi “Kesepuluh Perintah Tuhan.”

Dua pemikiran kontroversial antara Sartre dan Singer ini masih bisa jauh diperbincangkan. Apabila semua karya tulis diklaim sebagai karya sastra. Tak disangkal, bahwa Alquran dan Injil serta kitab suci lain pun juga sebuah hasil karya sastra. Padahal di rumah-rumah keluarga penguasa Inggris di negeri jajahannya dulu sering ditemukan dalam lacinya dua buku saja. Satu Injil dan yang lainnya buku Shakespeare. Hal itu sebuah bukti lama, bahwa dua jenis karya, yakni agama dan sastra tidak hanya saling berdampingan, tetapi juga berusaha merebut pengikut atau pembaca masing-masing hingga sekarang.

Di Indonesia perkem­bangan sastra dan agama tidak seimbang. Lebih-lebih di zaman rezim Orde Baru, perkem­bang­an sastra banyak meng­alami kemandegan. Ba­nyak buku-buku sastra maupun sastrawan kiri telah diberangus dan karyanya dilarang beredar. Sementara perkembangan agama terus melaju me­nyu­sup ke desa-desa pelo­sok dan makin meluas. Setelah tumbangnya re­zim Orde Baru, perkem­bangan sastra mulai tam­pak. Dan berdiri beberapa kantong-kantong kecil sastra di berbagai kota. Kalau dulu di masa rezim Orde Baru hanya seba­gian sastrawan saja yang ikut meneguk dosa. Seka­rang sastra bukan lagi barang eksklusif yang harus dekat dengan kekuasaan. Sastra milik semua orang, termasuk kelompok marginalnya. Pinjam istilah Nietzsche, “Apa yang tidak membuatku mati, aku akan semakin kuat.”

Peristiwa tumbangnya diktator Soeharto identik dengan peristiwa tumbangnya Hitler, dimana nilai-nilai lama di masyarakat dikritisi dan segera digantikan dengan nilai-nilai baru. Kegiatan sastra dan agama semarak, silih berganti dan melimpah ruah. Pencinta sastra dan pengikut agama menjadi sama-sama militan. Nilai-nilai sastra atau agama, mulai diaduk-aduk ulang. Semua nilai yang pro rezim lama harus dising­kirkan.

Hal ini yang membuat para sastrawan dan rohaniwan yang pernah digemukkan oleh rezim Orde Baru mulai kasak-kusuk ketakutan. Mereka mencari tempat untuk menyelamatkan diri. Salah satu media sastra yang menjadi benteng­nya sastra pada rezim Orde Baru adalah media Horison. Lewat media Horison, maka sastra Indonesia sempat beralih fungsi sebagai media pelipur lara.

Media sastra yang menghibur penguasa. Media yang tanpa pembelaan rakyat bawah. Tak pernah memuat karya yang beriklim antitesis pada sistem pendidikan nasional. Oleh karenanya media ini dengan leluasa rajin masuk ke sekolah-sekolah dengan disokong oleh pemerintah. (www.indonesiaarts.or.id)

15 May 2011

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati