Jumat, 26 Agustus 2011

Mudik Melampaui Fenomena Sosial

Ismatillah A. Nu’ad
http://www.jurnalnasional.com/

Sudah lazim dan menjadi tradisi masyarakat Islam di Indonesia, di hari-hari mendekati lebaran, masyarakat muslim melakukan mudik pulang ke kampung halaman masing-masing. Mudik ternyata bukan saja fenomena fisik, dimana banyak orang melakukan perjalanan pulang ke kampung.

Tradisi itu juga menyimbolkan fenomena “metafisik”, dalam arti sejauh-jauhnya orang melakukan pengembaraan, pada akhirnya akan kembali ke habitatnya sebagai manusia makhluk ciptaan Tuhan.

Mudik bukan sekadar fenomena sosiologis biasa, sebab jika hanya fenomena sosiologis, pertanyaannya mengapa orang harus pulang kampung di hari-hari menjelang lebaran? Belum lagi ada pelbagai risiko, di mana pada saat itu bukan hanya segelintir orang, melainkan jutaan orang yang pulang kampung.

Itu menandakan bahwa mudik bukan sekadar fenomena sosiologis. Ada spirit religiositas di mana orang berkeinginan keras untuk pulang kampung, dan ada satu titik perasaan di mana tak menghendaki penjelasan rasional ketika banyak orang melakukan mudik untuk berlebaran, melakukan maaf-maafan di kampung halaman mereka.

Bagaimana mungkin orang yang tak punya salah lalu meminta maaf? Bagaimana untuk menjelaskan orang yang tak pernah bertemu dengan kerabatnya dalam satu tahun, misalnya, lalu kemudian dianggap satu dan lainnya memiliki kesalahan sehingga harus bermaaf-maafan?

Ada wilayah yang diistilahkan Mircea Eliade (1999) sebagai teritori sakral dalam suatu tradisi keagamaan. Serasional apapun seorang muslim, ketika pada hari-hari menjelang lebaran kemudian tak pulang mudik, maka akan bersedih hatinya. Atau paling tidak, ada suatu perasaan mengganjal di mana dirinya ingin pulang kampung menemui keluarga.

Ada satu cerita, ketika seorang karyawan buruh yang pada malam takbiran terkena shift kerja malam, terpaksa ia tak pulang mudik karena bosnya juga tak meliburkannya. Tanpa terasa linangan air mata menetes dan membasahi pipinya. Padahal sebelumnya ia masih dapat menahan dan mencoba mengabaikan detik-detik terakhir meninggalkan Ramadan.

Namun apa daya tangan tak sampai, dorongan religi ternyata lebih kuat, menyiratkan bahwa dalam diri manusia terdapat fitrah dimana ketika lebaran berharap bisa pulang kampung.

Ranah Sosiologis
Dalam ranah sosiologis, fenomena seperti mudik dan bermaaf-maafan, dapat juga dijadikan sebagai satu variabel untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang. Sebab salah satu konsep religiositas dalam metodologi penelitian, misalnya, model Glock dan Stark (1989) adalah mempertanyakan apa yang diistilahkan sebagai keterlibatan ritual (ritual involvement), yaitu tingkat sejauh mana seseorang terlibat mengerjakan ritual-ritual tradisi keagamaan mereka, dan juga keterlibatan secara konsekuen (consequential involvement), yaitu tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan tradisi ajaran agamanya.

Mudik sebagai tradisi generik masyarakat Indonesia, ternyata tak hanya dilakukan kaum muslim, entah apakah ini bersifat kasuistik atau tidak. Yang jelas, ada seorang tetangga yang beragama Katolik, seminggu sebelum lebaran ia sudah memesan tiket kereta api untuk pulang mudik di Jawa.

Setelah ditanyakan mengapa ikut-ikutan mudik? ia hanya mengatakan bahwa dalam tradisi keluarganya, setiap lebaran mesti pulang kampung, sama-sama merayakan seperti keluarga muslim umumnya. Untuk memohon maaf pada ibu dan bapaknya, berkumpul bersama keluarga, dan bertemu karib-kerabat di kampung halaman.

Jadi ada spirit religiositas di mana mudik kemudian menjadi simbol keagamaan universal, yang ternyata tak dilakukan dan dirasakan kaum muslim semata. Mungkin tak secara terang-terangan, ketika ada umat agama lain pada momen-momen seperti mudik dan lebaran, dijadikan tradisi secara rutin tiap tahun. Sebagaimana mungkin ada kaum muslim yang tak secara terang-terangan merasakan kegembiraan ketika Natal dan Tahun Baru masehi tiba.

Mudik tak selalu melakukan perjalanan pulang kampung. Sebab ia bisa berarti bentuk simbolik di mana manusia ingin kembali. Dalam kasus tertentu, ada keluarga-keluarga yang tak punya sanak-keluarga diluar wilayahnya. Atau mungkin juga antarkeluarganya sudah menetap di satu wilayah tertentu, seperti di Jakarta semua, misalnya.

Ketika datang fenomena lebaran, mereka saling berkumpul. Di situ secara fisik, mereka tak melakukan mudik dalam arti pulang kampung. Namun di situ mudik berarti saling menemui sanak-keluarga satu dengan lainnya.

Kekayaan Budaya
Kejadian-kejadian seperti bahwa ada umat nonmuslim yang juga turut merayakan mudik dan lebaran, bukanlah apologi semata. Atau ingin menunjukan superioritas tradisi Islam diatas tradisi keagamaan lainnya.

Hal itu ingin menggambarkan bahwa tradisi mudik, lebaran dan maaf-maafan, sudah merupakan tradisi universal umat beragama di Indonesia. Itu merupakan suatu kelangkaan dan kekayaan budaya tersendiri, karena pada saat yang sama, belum tentu, atau tak mungkin di negara-negara lainnya fenomena seperti itu bisa terjadi.

Mungkin jika direlevansikan, fenomena mudik yang dilakukan tak hanya oleh kaum muslim, sedikit memberi gambaran bagaimana teori-teori perubahan sosial teraktualisasi secara nyata. Peter L. Berger (2001) misalnya, memberi sinyalemen bahwa yang dimaksud perubahan sosial adalah bagaimana interaksi sosiologis bersirkulasi secara tak lazim.

Jika selama ini, misalnya, yang dianggap memberi investasi itu orang-orang kaya. Maka dalam teori perubahan sosial justru yang memberi investasi juga adalah orang-orang miskin: orang kaya tak akan ada tanpa orang miskin. Di situ, bagaimana pola sirkulasi sosiologis diputarbalikan secara dialektik. Seperti dalam fenomena mudik, bagaimana kemudian mudik tak hanya dilakukan kaum muslim untuk merayakan lebaran dan maaf-maafan, namun juga dilakukan kaum Nonmuslim.

Bagaimana dari tradisi mudik, dimana ada penghormatan antarsesama umat beragama kemudian diaktualisasikan lagi ke bentuk-bentuk tradisi lainnya, sehingga kerukunan antarumat beragama terasa lebih berarti. Di situ teori perubahan sosial memasuki ranah-ranah tradisi keagamaan yang sensitif sekalipun, seperti soal pluralisme-agama, misalnya, pluralisme justru berarti saling menghormati, mengakui, dan menghargai perbedaan agama.

Dalam gejala dimana situasi kerukunan antarumat beragama merenggang, maka pluralisme sebagai suatu nilai fundamental pegangan bagi pemeluk agama, bukan malah diharamkan. Peran negara justru diuntungkan dengan pluralisme, karena sistem tatanan kenegaraan dan kebangsaan akan berjalan dinamis manakala kerukunan antarumat beragama terjadi secara konkret dan faktual.

*) Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan, Universitas Paramadina, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati