Sabtu, 27 Agustus 2011

Sutardji, Tradisi, Apresiasi

Ibnu Wahyudi*
Pikiran Rakyat, 28 Juli 2007

SELAMA sepekan, sampai Kamis kemarin, digelar sejumlah acara untuk menyambut 66 tahun usia penyair bernama Sutardji Calzoum Bachri yang dipusatkan di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Kalau menurut Dami N. Toda dalam Hamba-hamba Kebudayaan, tahun ini Sutardji baru berusia 62 tahun. Secara statistik, sangat sedikit sastrawan Indonesia yang dalam pencapaian usia tertentu dirayakan dengan semarak dan menghadirkan sejumlah pengamat sastra Indonesia dari dalam maupun luar negeri sebagai pembicaranya. Dengan kata lain, diadakannya acara bertajuk “Pekan Presiden Penyair” ini paling kurang menunjukkan kebermaknaan eksistensi sastrawan kelahiran Riau tahun 1941 (atau 1945?) ini berkaitan dengan perjalanan sastra Indonesia yang tahun ini mencapai 150 tahun jika dihitung sejak tahun 1857.

Penyair yang di masa lalu namanya sering dipelesetkan dengan Sutardji Calzoum Bir –lantaran dalam beberapa acara pembacaan puisi ia sering membaca sembari menenggak bir– tak pelak lagi adalah sastrawan, istimewanya sebagai penyair, yang bersastra dari suatu pijakan kesadaran puitika yang bernas. Setidak-tidaknya dari kredo yang pernah ia kemukakan, jelas menunjukkan bahwa ada alas yang mendasari arah atau kecenderungan berpuisinya itu. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika beberapa kali dapat kita baca pikirannya melalui sejumlah tulisannya yang menyiratkan konsep bersastranya.

Gugatannya atas karya-karya yang ia nyatakan sebagai puisi gelap, misalnya, yang menurutnya marak pada tahun 1980-an, sekurang-kurangnya telah menunjukkan sikap dan pengambilan posisinya dalam dunia kepenyairan dan kepengarangan pada umumnya.

Demikian pula dari “perdebatan” kecilnya dengan Joko Pinurbo soal salah cetak dalam puisi, misalnya, atau komentarnya atas sajak-sajak Sapardi Djoko Damono, menjelaskan akan sikap kesastraannya itu. Dan kenyataan ini, secara jelas memberikan bukti kepada kita akan proses kepenyairannya, yang dalam konteks Indonesia dapat dinyatakan sebagai istimewa, sebab yang jauh lebih banyak adalah penyair yang menghasilkan sajak-sajak, tetapi tanpa didukung oleh suatu konsep berkarya yang dapat dipahami oleh pembaca.

Dengan kata lain, yang jauh dan sangat lebih banyak adalah sajak-sajak yang ditulis karena adanya dorongan untuk menulis sajak begitu saja.

Tradisi

Ketika tulisannya mengenai “pantun” dipublikasikan, sejumlah orang dan konon juga banyak pelaku sastra di Malaysia cukup terhenyak akan kedalaman pemahaman Sutardji atas pantun, Sementara, bentuk pantun ini sangat dikenal dan masih segar-bugar di sana, sedangkan di Indonesia dapat dikatakan tidak lagi menjadi bagian keseharian. Kemampuan Sutardji dalam mendedah dan mengeksplorasi pola pantun yang sedemikian itu, barang tentu bukan sesuatu yang mengherankan. Sama tidak mengherankannya ketika di akhir kredonya ia menyatakan “maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra” yang secara jelas dapat dipahami sebagai akar budaya dan roh kepenyairannya. Dan baik pantun maupun mantra adalah bentuk sastra (lisan) dari khazanah pribumi yang tentu dapat disebut sebagai sebuah tradisi yang kita miliki.

Dengan demikian, antara Sutardji dan tradisi dapat dinyatakan sebagai sebuah kesatuan, sebuah kedirian. Oleh kenyataan ini, maka ketika membaca sajak-sajaknya yang mantra itu, yang kemudian sangat terasa adalah sifat kealamiahannya; bukan keartifisialannya. Dalam kesenian, kebersatuan semacam ini akan mempertontonkan suatu “kehidupan” yang menawan. Dan itulah sajak-sajak Sutardji, yang utamanya telah dikumpulkan dalam O Amuk Kapak: sebuah diri yang hakiki.

Tapi jangan silap, mantra Sutardji tentu tidak lagi berfungsi sebagaimana mantra di masa dulu. Mantra-mantra Sutardji menyimpan misteri; ia menyiratkan sesuatu yang di masa kini kerapkali dinyatakan sebagai representasi sebuah komunikasi. Oleh karena itu, jika sajak-sajak Sutardji masih saja dipahami sebagai pelaksanaan atau penerusan belaka dari tradisi mantra, jelas itu sipi.

Dalam sajak yang berjudul “Shang—Hai” contohnya, yang berbunyi “//ping di atas pong/ pong di atas ping/ ping ping bilang pong/ pong pong bilang ping/ mau pong? Bilang ping/ mau mau bilang pong/ mau ping bilang pong/ mau mau bilang ping/” paling tidak memperlihatkan fenomena kemanusiaan yang paling dasar, yaitu bahwa komunikasi itu ternyata sangat sering tidak komunikatif. Kendati tampak ada komunikasi, ternyata sesungguhnya tidak ada komunikasi, seperti banyak dipancarkan oleh karya-karya absurd.

Maka, pengeksplorasian khazanah tradisi yang berupa mantra itu, sejatinya untuk menetak jalan buntu. Oleh karena itu, idiom kapak, bukan hanya dalam bentuk puisi, melainkan secara nyata dihadirkan dalam pembacaan puisinya sekitar 30-an tahun lalu, menyiratkan akan repotnya suatu komunikasi.

Kembali kepada soal kredo yang ditulis tanggal 30 Maret 1973, khususnya dalam pernyataannya bahwa “Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya” dan “Bila kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan” tentu segera mengingatkan kita pada hakikat kearbitreran atau kemanasukaan dalam menyebut benda dengan kata apa saja. Ini lagi-lagi soal komunikasi. Namun, realitas tak selamanya bisa diajak kompromi, sebagaimana mantra yang sangat terbatas sebagai sarana komunikasi dengan bukan sesama. Perihal kearbitreran ini, perhatikan sajaknya yang berjudul “Sejak”, misalnya pada “//sejak kapan sungai dipanggil sungai/ sejak kapan tanah dipanggil tanah/ sejak kapan derai dipanggil derai/ sejak kapan resah dipanggil resah/”.

Sebagaimana Friedrich Nietzsche dengan teologi “death of God”-nya, kalimat kredonya “bila kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan” sesungguhnya semata-mata sekadar penyemangat atau siasat dalam soal yang personal sifatnya. Artinya, baik Nietzsche maupun Sutardji sepertinya mau menyatakan bahwa di sekitar diri ini sangat banyak belenggu, sehingga perlu ada upaya membebaskan atau “memberontak” dalam kadar yang seberapa pun.

Apresiasi

Salah seorang peserta lomba baca puisi dalam rangkaian kegiatan “Pekan Presiden Penyair” ini konon membacakan puisi “Mesin Kawin” nyaris tanpa busana dan beraksi di pentas seolah suatu persetubuhan. Dari sisi penghayatan, barangkali peserta ini dapat dinilai sebagai mencoba lebur ke dalam esensi sajak menurut pandangannya. Namun dari sisi yang luas, perlu disadari bahwa apresiasi terhadap kepenyairan Sutardji lebih sering bukan pada aspek penghayatan terhadap karya melainkan pada sosok atau penampilannya.

Dalam beberapa acara apresiasi sastra yang diikuti Sutardji sebagai narasumber, konon yang lebih mengemuka adalah apresiasi terhadap identifikasi kepenyairan yang bukan pada proses pemahaman terhadap karya-karya, tapi lebih kepada keflamboyanan atau juga kenyentrikan sang sastrawan. Tentu, ini bukan kesalahan Sutardji misalnya, namun kesalahan dunia pengajaran sastra di Indonesia pada umumnya.

Inilah Sutardji Calzoum Bachri, yang baik karya maupun penampilannya, telah mampu menghipnotis banyak peminat sastra di Indonesia, sebagaimana seorang pesulap telah mampu memukaunya: “aku dipukau David Copperfield”.

* Ibnu Wahyudi, Peminat sastra, tinggal di Depok
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/07/khazanah-sutardji-tradisi-apresiasi.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati