Sabtu, 27 Agustus 2011

Sutardji, Puisi, Takdir

Bandung Mawardi*
Lampung Post, 7 Sep 2008

SUTARDJI Calzoum Bachri (SCB) dengan kalem menuturkan: Pemberian sekian penghargaan dan gelar kehormatan membuatnya malu karena merasa belum bisa berbuat apa-apa. Semua itu takdir.

Tuturan itu hadir karena SCB menjadi penerima penghargaan Achmad Bakrie 2008 bidang kesusastraan.

Pengakuan SCB mengingatkan penulis pada Nietzsche dalam Ecce Homo. Nietzsche dalam bab Mengapa Aku adalah Takdir dengan arogan mengakui: “Aku tahu takdirku…Aku bukan seorang manusia, aku sebuah dinamit.”

SCB memiliki kemiripan dengan pengakuan Nietzsche karena SCB dengan berani hadir dengan pembaharuan estetika puisi Indonesia modern. Kehadiran itu memakai kredo ampuh untuk keimanan atas realisasi pencapaian estetika. SCB menobatkan diri sendiri sebagai “dinamit” yang membuat ledakan besar dalam perpuisian Indonesia modern. Ledakan itu adalah O Amuk Kapak sebagai takdir penyair dan puisi.

SCB sejak awal mulai membuat takdir dan menciptakan kesempurnaan takdir itu dalam perbenturan dan konfrontasi besar dengan pembaca dan kondisi zaman. Orang-orang pun sejak itu mulai menaruh perhatian untuk ikhtiar memahami SCB dan puisi-puisinya. Sampai hari ini SCB belum selesai terpahami. SCB berlaku seperti Nietzsche yang selalu menanyakan: “Sudahkah aku dipahami?”

Pertanyaan itu dalam kasus SCB terus menemukan sekian jawaban dari A. Teeuw, Dami N. Toda, Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, Umar Junus, Goenawan Mohamad, Rachmat Djoko Pradopo, Harry Aveling, Arief B. Prasetyo, Ignas Kleden, dan deretan nama yang masih panjang. Orang-orang itu ingin memahami SCB dalam sekian perspektif dan pamrih. “Sudahkah aku (SCB) dipahami?” Pertanyaan itu sampai hari ini terus menemukan jawaban.

Dami N. Toda dengan eksplisit mengakui takdir SCB itu dalam esai Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dalam Sketsa. Eksekusi dari Dami N. Toda: Chairil adalah mata kanan dan Sutardji adalah mata kiri dalam perpuisian Indonesia modern.

Takdir itu hadir dalam polemik panjang mengenai kredo dan puisi-puisi SCB. Dami N. Toda adalah pembela militan untuk SCB dengan kepercayaan bahwa puisi-puisi SCB membuktikan pembaruan atau ledakan bom estetika. Kredo SCB menjadi alasan untuk takdir bahwa ada kebenaran estetik menantang alur besar perpuisian Indonesia modern. Kebenaran yang direalisasikan SCB: “Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian… Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea. Kata-kata harus bebas menentukan diri sendiri.”

Kehadiran kredo dan puisi-puisi SCB menentukan gairah kritik sastra mulai tahun 1970-an dengan pelbagai label dan teori. Dami N. Toda menjadi sosok penting dan menentukan untuk SCB mirip dengan peran H.B. Jassin untuk Chairil Anwar.

Dami N. Toda terus menulis tentang SCB dengan publikasi esai-esai (kritik sastra) penting dan mumpuni dalam kesusastraan Indonesia modern. Peran lain tampak pada sosok Umar Junus yang tekun mengkaji SCB dengan kritis. Umar Junus (1981) pun mengakui takdir SCB dan menilai bahwa kredo dan puisi-puisi (yang) mantra SCB itu menciptakan misteri atas misteri puisi. SCB hadir dengan pamrih emansipasi kata dari tirani dan permainan bahasa dengan kontradiksi-kontradiksi memukau.

Kesibukan tukang kritik mengurusi puisi-puisi SCB, membuat Ajip Rosidi gerah. Ajip Rosidi menuduh sekian tukang kritik terlena dan latah masuk pembicaraan puisi-puisi SCB dengan konsep mantra yang dicantumkan SCB dalam kredo. Ajip Rosidi sekadar menjadi interupsi karena tidak mengeluarkan keringat deras untuk membuat kondisi kritik sastra dan puisi mencapai ekstase.

A. Teeuw dengan analitis menunjukkan kontradiksi-kontradiksi dalam buku Tergantung Pada Kata (1980). A. Teeuw secara genit memberi judul untuk bab SCB dengan ungkapan kotradiktif Terikat dalam Pembebasan Kata. Judul itu adalah vonis utuh A. Teeuw mulai dari asumsi sampai konklusi.

Arus puisi dengan ruh modernitas bergulir sejak Pujangga Baru dan meledak dalam puisi-puisi Chairil Anwar menemukan penantang ampuh yakni SCB. Kredo puisi SCB adalah kekasih dan musuh untuk alur-alur perpuisian Indonesia modern. SCB hadir dengan puisi-puisi dalam tegangan tradisionalitas, modernitas, dan posmodernitas. Puisi-puisi SCB menjadi ledakan dalam kesadaran bahasa dan olahan estetik untuk membuka kemungkinan-kemungkinan struktur dan sistem makna. Kehadiran puisi-puisi SCB itu pun mengingatkan publik atas diri Chairil Anwar melalui revolusi dan pemberian ruh hidup atas potensi bahasa.

Perkara bahasa dalam revolusi Chairil Anwar dan SCB itu membuat Rachmat Djoko Pradopo kena rayuan dengan publikasi penelitian Bahasa Puisi Penyair Utama Sastra Indonesia Modern (1985). Penelitian itu menempuh jalan kecil karena cenderung akademis, formalistik, dan struktural. Penelitian itu sejak awal percaya bahwa Chairil Anwar dan SCB adalah pembaharu perpuisian Indonesia modern. Kekuatan dua penyair itu ada dalam permainan dan pengolahan bahasa.

Hal itu menjadi dalil baku Rachmat yang kaku dan kikuk: “Pembicaraan atau analisis puisi itu yang terpenting adalah analisis kebahasaan. Kepuitisan atau nilai estetis sajak itu terutama ditentukan oleh bahasa atau penggarapan bahasanya.”

Takdir SCB belum selesai dalam tulisan-tulisan tukang kritik sebagai malaikat pencatat kebaikan atau keburukan. SCB sebagai takdir masih mendapatkan perhatian dalam esai-esai mutakhir. Polemik SCB mulai tahun 1970-an mayoritas belum berubah dalam perkara-perkara baku kredo dan pencapaian estetika.

Kehadiran O Amuk Kapak jadi lahan tak pernah selesai digarap dan terus menumbuhkan sesuatu untuk dipanen. Buku-buku puisi lain dari SCB selalu jadi penantian tanpa akhir. SCB dengan genit menonton resah dan marah pembaca dan tukang kritik. Radhar Panca Dahana menilai kegenitan SCB menemukan klaim dalam kelakar bahwa O Amuk Kapak adalah puncak. Pertanyaan atas kelakar itu: Apakah SCB mau dan sanggup mencipta puncak-puncak lain?

Takdir yang diciptakan SCB memiliki usia panjang dan aura memukau. Pembacaan dan penilaian Arief B. Prasetyo (2002) atas puisi-puisi SCB menunjukkan kuasa SCB dalam rumah puisi Indonesia modern.

Arief B. Prasetyo merasa pukau SCB itu sejak bocah ingusan sampai ketika sanggup menjadi pembaca puisi yang kritis. Kepercayaan publik bahwa puncak SCB adalah O Amuk Kapak seakan menemukan penguatan pada kecurigaan Arief B. Prasetyo: “Jangan-jangan, justru lantaran telanjur menanggung beban sejarah di pundaknya, Sutardji kelak cuma akan menyulut batang mercon basah dengan buku puisi barunya. Itulah momen mengenaskan…”

Ignas Kleden dalam esai Puisi dan Dekonstruksi: Perihal Sutardji Calzoum Bachri (2007) membuat pembacaan lain dengan kritis. Kleden menilai kredo puisi SCB bukan teori tapi rencana kerja, program, desain, atau tekad. SCB bekerja menulis puisi untuk mencari kebenaran kredo itu. SCB membuktikan itu dengan sekian risiko dan kontradiksi.

Kleden mengakui SCB patut mendapatkan catatan-catatan penting karena sanggup melakukan dekonstruksi dalam konteks bahasa, sastra, dan kebudayaan. SCB memukau dan menggairahkan.

Sekian pembacaan dan penilaian atas puisi-puisi SCB adalah bukti antusiasme dan kerepotan publik dan tukang kritik sastra. SCB sebagai penyair ampuh pun menerima ganjaran-ganjaran besar atau “kutukan indah” dari pelbagai orang dan lembaga. Berita-berita mutakhir menyebutkan bahwa SCB mendapatkan acara-acara fenomenal: perayaan usia ke-66 tahun (14–19 Juli 2007) di TIM (Jakarta); Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (10 Desember 2007); peringatan 67 tahun SCB di Pekanbaru (Riau) dengan penerbitan buku puisi Atau Ngit Cari Agar dan peresmian bulan Juni sebagai “bulan Sutardji”; penerima penghargaan Achmad Bakrie 2008 untuk kesusastraan. SCB adalah takdir membawa berkah. Keren!

* Bandung Mawardi, Kritikus sastra dan peneliti Kabut Institut, Solo
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/09/apresiasi-sutardji-puisi-takdir.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati