Pringadi AS
http://reinvandiritto.blogspot.com/
Aku benar-benar tidak berbohong. Toh, tak ada gunanya aku berbohong. Sungguh, tadi aku bertemu Djibril sedang menyunyikan dirinya di tepi bukit sebelah Timur. Ia, dengan jubah putihnya, memandang langit dengan gamang – mengucap mantra-mantra yang tak bisa kupahami artinya. Kira-kira lima menit ia terus begitu. Setelah itu, ia tampak memilin sesuatu yang tak begitu jelas kulihat. Sampai ia mengulum pilinan itu dan asap-asap berbentuk lingkaran mengepul dari mulutnya itu. Ya, aku baru sadar bahwa Djibril juga seorang perokok!
Kau tak percaya padaku?
“Keluarlah, jangan terus bersembunyi,” katanya pelan. Aku jelas kaget. Aku takut. Aku, ah entah. Dengan langkah kaki ragu-ragu kudekatkan diriku padanya. Toh, aku pasti tidak akan bisa melarikan diri. Kautahu… dia malaikat! Bisa terbang, bisa muncul tiba-tiba dihadapanku jika ia mau. Setan-setan saja digambarkan begitu, apalagi malaikat. Pasti lebih itu…
“Jangan takut padaku. Aku bukan Izrail, tidak akan mencabut nyawamu,” katanya sambil tersenyum – tenangkan hatiku.
Aku masih hanya bisa diam.
“Kau merokok?” tanyanya lembut.
Aku menggelengkan kepalaku.
Kepulan asapnya membuatku terbatuk; ia tertawa.
“Darimana kautahu aku ini Djibril?” tanyanya lagi.
Aku diam, masih sedikit takut. Djibril masih asik menghisap rokoknya kemudian menatapku dengan tatapannya yang teduh.
“Hanya Djibril yang sering turun ke bumi, begitu kisah-kisah yang aku tahu,” jawabku memberanikan diri.
Djibril tertawa, “Iya, bisa dibilang… aku pengangguran sekarang. Tak ada lagi tempat yang bisa kusampaikan wahyu. Telah habis kisah kenabian.” Dia mendesah. “Atau kau mau menjadi nabi selanjutnya?” tanyanya dengan nada sedikit bercanda.
Aku menggelengkan kepalaku.
“Tapi seringkali aku difitnah… “ desahnya lagi.
“Maksudmu?”
“Kautahu… beberapa orang di negaramu ini ada yang mengaku mendapatkan wahyu dariku. Atau bahkan mengaku aku. Kalau aku Izrail, sudah kucabut
nyawa mereka dengan cara yang paling menyakitkan.”
Aku menganggukkan kepalaku tanda setuju.
“Kau benar-benar tidak merokok?” tanyanya untuk kesekian kali.
Aku kembali menggelengkan kepalaku. “Rokok tak baik untuk kesehatan,” jawabku pelan.
“Ya, kalau mau aku akan buatkan. Ini bukan tembakau biasa. Ini tembakau surga. Rasanya lebih nikmat dari kretek murahan yang dijual di pasaran. Toh aku tetap sehat meski aku merokok.”
“Mungkin anatomi fisiologi tubuhmu beda.”
Djibril tertawa.
Aku juga (akhirnya) tertawa.
….
Dan kautahu, itu bukan pertemuanku terakhirku dengannya. Sabtu kliwon, purnama bulan berikutnya, lagi-lagi aku tak sengaja bertemu dengannya. Djibril menyamar menjadi manusia. Tapi tentu wajahnya aku kenal. Ia sedang asik bergoyang di diskotik ternama. Kau pasti bertanya kenapa aku bisa berada di tempat itu. Kautahu, aku diajak ke Jakarta oleh anak tetangga untuk mencari kerja. Bagaimana aku tak tergiur, satu tahun ia bekerja, pulangnya sudah membawa mobil baru. Tentu tak kutolak tawarannya. Mungkin nasibku bisa sebaik atau lebih baik dari dia.
Hari pertama ia membicarakan surga ibukota. Dan malamnya aku ikuti ajakannya ke sini, ke tempat keduakalinya aku bertemu dengan Djibril. Aku baru tahu bahwa yang disebut surga itu adalah tempat remang-remang dengan penghuni mayoritas wanita yang disebutnya bidadari, dengan pakaian seadanya: tonjolan-tonjolan dada yang mengundang hasrat dan lautan paha yang diumbar memancing syahwat. Aku tidak, atau belum, terbiasa dengan surga yang seperti ini. Sebab kata orangtuaku dulu, surga itu adalah tempat suci dengan sungai-sungai madu mengalir di dalamnya. Tapi, yang ada di sini – meski nyaris berwarna sama seperti madu – adalah minuman dengan aroma yang menyengat.
“Kau tidak minum?” Djibril bertanya padaku sambil meneguk minuman itu.
“Apa ini?”
“Alkohol. Kau tak tahu?”
Aku menggeleng.
“Kitab suci menyebutnya ‘Khamr’ atau ‘sesuatu yang memabukkan’.”
“Bukannya itu diharamkan?” tanyaku padanya.
“Tadinya tidak…” ia berhenti sejenak – bersendawa. “Ini minuman favorit malaikat.” Dan ia tertawa. Entah apa yang ditertawakannya.
“Kau sudah mabuk.”
“Aku? Mabuk? Tidak mungkin.”
“Kenapa kau di sini? Jangan bilang bahwa kau sudah jenuh jadi malaikat.”
“Ini minuman favorit malaikat! Bukannya tadi aku sudah mengatakannya kepadamu?”
Aku menatapnya dalam. Melihat kedua bola matanya yang mungkin sudah merah.
Djibril mulai bercerita, “Dulu… surga tidak penuh sungai madu. Alkohol lah yang mengalir di dalamnya. Kautahu, kami – kaum malaikat – selalu berpesta
tiap minggunya. Itu dulu sekali, sebelum kalian ada. Kau tentu tidak tahu betapa nikmatnya bercinta dengan bidadari surga yang selalu kembali perawan setelah kami melakukannya.”
“Kau bohong! Dusta!” nadaku mulai meninggi.
Djibril hanya tertawa. “Kautahu, Ablasa, sahabat terdekatku… dia terusir dari kami. Kautahu kenapa? Dia membenci moyangmu, makhluk sok suci yang hobinya menjilat Tuan kami. Ablasa membuat sayembara, siapa yang bisa membongkar topeng kesok-sucian moyangmu itu akan diangkat menjadi pemimpin di antara kami. Sebenarnya aku sudah memperingatkannya, memperingatkan semua kaumku bahwa tindakan seperti itu sudah keterlaluan. Tuan kami bisa marah. Bisa murka. Tapi, Ablasa tetap nekat menggoda. Dan pasti kautahu apa yang selanjutnya terjadi… Ablasa terusir dari surga. Maka, Tuan kami sedikit ‘memperindah’ ceritanya kepada kalian, biar Ia tak kehilangan ‘muka’.”
“Kau benar-benar sudah mabuk. Aku tak mau lagi berbicara kepadamu!”
Aku beranjak pergi. Djibril mencengkram sebelah tanganku, “Kau harus janji, takkan menceritakan kisah ini kepada siapa-siapa. Kalau Ia sampai tahu, aku bukan saja akan dipecat jadi malaikat… nasibku bisa lebih hina ketimbang Ablasa.”
Aku tidak menjawabnya. Aku hentakkan saja tanganku – lepas dari cengkramannya. Lalu pergi.
…
Satu bulan.
Dua bulan.
Ternyata sudah tiga bulan aku di ibukota. Di sini, aku menjadi bawahannya si anak tetangga. Aku hanya sebagai pengantar jasa. Tiap tiga kali dalam seminggu, aku ditugaskan mengantarkan sejumlah paket ke alamat tertentu. Aku tak tahu apa isi paket itu. Yang jelas aku bahagia, gaji lebih satu juta dalam sebulan aku dapatkan. Lumayan untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga di kampung halaman.
Aku masih bersiul di atas motorku, menuju alamat yang ditentukan di kawasan Jakarta Selatan. Terbersit ingatan tiga bulan sebelumnya, tentang Djibril. Ah, pasti dia hanya mengaku Djibril. Djibril tak mungkin seperti itu …, ungkap bathinku. Segerombolan polisi melakukan razia. STNK ada, SIM juga ada. Tak ada yang perlu kucemaskan.
“Ini apa, Pak?” polisi muda satu bertanya. Kutaksir usianya baru duapuluhlimaan.
“Paket, Pak.”
“Bisa saya lihat surat kirimannya?”
Aku merogoh saku celana. Mengeluarkan dompet. Dan kuberikan yang ia minta.
“Boleh kami periksa isinya?”
Dengan terpaksa aku mengiyakan. Maklum, malas rasanya harus membungkus ulang barang ini.
Tak lama, polisi muda tampak memanggil rekannya. Berbisik-bisik. Kemudian berjalan ke arahku. Membekukku. Memborgol tanganku. Tanpa bisa kumengerti alasannya.
“Anda ditangkap dengan tuduhan sebagai pengedar narkoba!”
Aku mengelak. Aku teriak. “Tidak… tidak… aku bukan pengedar!”
“Ini buktinya,” polisi muda itu menunjukkan beberapa bungkusan bubuk berwarna putih yang disebutnya sebagi shabu-shabu. Aku ditangkap dan dibawa ke kantor kepolisian setempat untuk dimintai keterangan.
…
Aku berada dalam kurungan. Disebutnya aku tertangkap tangan, dengan dakwaan yang tak pernah kulakukan. Si anak tetangga sudah tak ada. Kabarnya ia sudah tak ada di tempat saat aku tertangkap. Aku menjadi terdakwa tunggal. Padahal… kautahu aku tak tahu apa-apa. Aku cuma korban ketidaktahuan. Aku adalah … Hah sudahlah…
Aku hanya bisa menangis.
Dan terus menangis.
Terus menerus berada dalam tekanan. Lama-lama tak selera makan.
Malam kedelapan, dua sosok tampak berusaha membangunkan. Mungkin petugas polisi sialan yang mencoba memaksaku makan seperti hari-hari sebelumnya. Namun setelah kuperhatikan, suara itu tampak tak asing. Seperti… ya kautahu… itu suara Djibril!
“Djibril? Kaukah itu?” Tanyaku dengan suara lirih dengan bibir bergetar pelan.
“Kau sudah sadar rupanya… tidak kusangka kau jadi seperti ini.”
“Djibril… aku tidak bersalah. Tolong aku.”
Samar-samar kulihat ia tersenyum. Sementara aku tak tahu siapa di sampingnya. Mukanya ia tutupi dengan topeng hitam. Dengan baju serba hitam pula.
“Bukannya kau sempat meragukan ke-Djibrilanku?” tanyanya dengan nada sinis.
Aku cuma diam.
“Tapi untunglah… karena itu kau tak membicarakan apa yang pernah kita bicarakan kepada orang lain,” lanjutnya lagi mengungkit kata-kata yang
ia bicarakan saat dia mabuk. “Dan hentikan pikiran bahwa saat itu aku sedang mabuk!” ia menghardik keras – tahu apa yang aku pikirkan.
“Aku akan menolongmu.”
Aku tersenyum. Ingin bangkit memeluknya.
Laki-laki (kukira laki-laki) di sampingnya maju ke hadapanku. Suaranya serak-serak bernada tenor. “Dengan cara apa?” tanyanya kepada Djibril.
“Terserahmu…” Djibril memalingkan muka.
Dan kautahu… aku menjerit. Sakit… sakit sekali. Tidak akan bisa kau bayangkan rasa sakitnya. Beberapa menit aku harus bergumul dengan rasa sakit ini. Aku tersadar… dia Izrail, Si Pencabut Nyawa. Sejenak kutatap Djibril yang sudah memalingkan mukanya. Dan zapp… semua pandanganku lenyap.
…
(Kau dengar ceritaku kan? Hei kau, tatap aku!
Ternyata percuma mengajakmu bicara
Sekali pun kau tak bisa mendengarku)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 24 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar